31 Juli 2009

Lima Santri Tebu Ireng Suspect Flu Babi Dirujuk ke Malang

KEDIRI | SURYA Online - Lima santri Pondok Pesantren (Ponpes) Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur (Jatim),  yang diduga terinfeksi virus flu babi (A-H1N1) yang sebelumnya dirawat di RSUD Pelem Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim), kini dirujuk ke RS Saiful Anwar Malang.

“Kami sengaja merujuk kelima pasien ke Malang, agar mereka mendapatkan penanganan lebih baik,” kata Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) RSUD Pelem, A Razik, Jumat (31/7).

Razik mengatakan, dirujuknya kelima santri Ponpes Tebu Ireng tersebut atas dasar permintaan keluarga. Selain itu, fasilitas di Malang juga lebih baik ketimbang di Kediri.
Dengan dirujuk tersebut, pihaknya berharap kondisi kelima santri terebut menjadi lebih baik, mengingat kondisi tubuh mereka lemah saat dibawa ke Pare.

Menyinggung dengan hasil uji laboratorium, Razik mengaku pihaknya belum mendapatkannya. Namun, karena kelima santri tersebut sudah terlanjur dirujuk ke Malang, pihaknya menyerahkan pada rumah sakit rujukan. “Karena kelima pasien sudah dirujuk ke Malang, maka untuk hasil laboratorium kami serahkan pada rumah sakit rujukan,” kata Razik.

Sebelumnya, sebanyak lima santri dari Ponpes Tebu Ireng, Jombang dirujuk ke Kediri, setelah sempat dirawat di Poliklinik Ponpes As Salam karena diduga terinfeksi virus flu babi.
Selain di rumah sakit tersebut, dua pasien dari lokasi yang sama juga dirawat di RS HVA Toloengredjo, Kediri. Mereka juga sakit influenza dengan gejala mirip flu babi, seperti panas, tenggorokan sakit, dan disertai batuk.

Kedua pasien itu juga dirujuk ke Malang untuk mendapatkan fasilitas dan penanganan penyakit lebih baik. ant

Gaul OKE, Narkoba NO WAY, Prestasi MY WAY

Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2009 mengambil tema “Gaul Ok, Narkoba No Way, Prestasi My Way”, dimana anak-anak khususnya usia sekolah menjadi fokus dalam pemberantasan narkoba. Pemilihan tema dianggap relevan karena penyalahgunaan narkoba tidak saja terjadi pada orang dewasa, namun usia remaja bahkan usia yang lebih muda.


Dalam sambutanya saat membuka seminar peringatan Hari Anak Nasional (29/07/2009) di Jakarta, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dr. Budihardja, DTM&H, MPH menyambut baik tema yang diangkat dalam peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2009, karena anak sekolah merupakan kelompok penduduk terbesar yaitu 30% (65 juta) dari 236 juta penduduk Indonesia.
Menurut dr. Budihardja, pentingnya pemberantasan penyalahgunaan narkoba pada usia sekolah terkait dengan dampaknya yang berbahaya, yaitu menimbulkan gangguan fisik, mental emosional (emosi labil, keras kepala, tidak bisa mengontrol diri) dan kehidupan sosial. Selain itu, dapat merusak organ vital seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru, hati, kesehatan reproduksi, dan lain-lain.

Pada peringatan Hari Narkoba Sedunia 26 Juni 2008 lalu, dinyatakan jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 4 juta orang dan 70% diantaranya adalah anak sekolah.

Dr. Budihardja menambahkan, berdasarkan hasil survey Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba Badan Narkotika Nasional tahun 2007, lebih dari 22.000 kasus narkoba terjadi di kalangan siswa SMA, 6.000 kasus siswa SMP, dan 3.000 kasus siswa SD. Sedangkan jumlah kasus narkoba menurut data Badan Narkotika Nasional, meningkat dari 3.617 kasus menjadi 17.355 kasus (5 kali lipat) dalam tahun 2001-2006.

Sedangkan dari data Departemen Kesehatan tahun 2006, pengguna narkoba suntik merupakan penyumbang tertinggi penyebaran HIV. 46% penderita HIV/AIDS ditularkan melalui jarum suntik, tambah dr. Budihardja.

Penanggulangan masalah narkoba, menurut dr. Budihardja merupakan masalah yang harus ditanggulangi bersama baik lintas program, maupun lintas sektor serta melibatkan pihak swasta, LSM, media cetak, dan elektronik.

Merespon permasalahan tersebut Departemen Kesehatan telah membentuk fasilitator khusus dalam pelayanan kesehatan remaja dan pemberdayaan remaja sebagai konselor bagi kelompok sebayanya. Pelayanan kesehatan remaja dilakukan berupa upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif di dalam dan di luar gedung puskesmas, baik remaja sekolah maupun luar sekolah.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.

Sumber: Depkes

70 % Pengguna Narkoba Adalah Anak Sekolah

Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2009 mengambil tema “Gaul Ok, Narkoba No Way, Prestasi My Way”, dimana anak-anak khususnya usia sekolah menjadi fokus dalam pemberantasan narkoba. Pemilihan tema dianggap relevan karena penyalahgunaan narkoba tidak saja terjadi pada orang dewasa, namun usia remaja bahkan usia yang lebih muda.

Dalam sambutanya saat membuka seminar peringatan Hari Anak Nasional (29/07/2009) di Jakarta, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dr. Budihardja, DTM&H, MPH menyambut baik tema yang diangkat dalam peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2009, karena anak sekolah merupakan kelompok penduduk terbesar yaitu 30% (65 juta) dari 236 juta penduduk Indonesia.
Menurut dr. Budihardja, pentingnya pemberantasan penyalahgunaan narkoba pada usia sekolah terkait dengan dampaknya yang berbahaya, yaitu menimbulkan gangguan fisik, mental emosional (emosi labil, keras kepala, tidak bisa mengontrol diri) dan kehidupan sosial. Selain itu, dapat merusak organ vital seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru, hati, kesehatan reproduksi, dan lain-lain.

Pada peringatan Hari Narkoba Sedunia 26 Juni 2008 lalu, dinyatakan jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 4 juta orang dan 70% diantaranya adalah anak sekolah.

Dr. Budihardja menambahkan, berdasarkan hasil survey Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba Badan Narkotika Nasional tahun 2007, lebih dari 22.000 kasus narkoba terjadi di kalangan siswa SMA, 6.000 kasus siswa SMP, dan 3.000 kasus siswa SD. Sedangkan jumlah kasus narkoba menurut data Badan Narkotika Nasional, meningkat dari 3.617 kasus menjadi 17.355 kasus (5 kali lipat) dalam tahun 2001-2006.

Sedangkan dari data Departemen Kesehatan tahun 2006, pengguna narkoba suntik merupakan penyumbang tertinggi penyebaran HIV. 46% penderita HIV/AIDS ditularkan melalui jarum suntik, tambah dr. Budihardja.

Penanggulangan masalah narkoba, menurut dr. Budihardja merupakan masalah yang harus ditanggulangi bersama baik lintas program, maupun lintas sektor serta melibatkan pihak swasta, LSM, media cetak, dan elektronik.

Merespon permasalahan tersebut Departemen Kesehatan telah membentuk fasilitator khusus dalam pelayanan kesehatan remaja dan pemberdayaan remaja sebagai konselor bagi kelompok sebayanya. Pelayanan kesehatan remaja dilakukan berupa upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif di dalam dan di luar gedung puskesmas, baik remaja sekolah maupun luar sekolah.

Seputar INFLUENZA H1N1


TANYA JAWAB SEPUTAR INFLUENZA BARU H1N1

1. Apa yang disebut dengan influenza baru H1N1?
Influenza baru H1N1 merupakan influenza (flu) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
subtipe H1N1 baru strain Meksiko. Virus ini tidak ada kaitannya dengan virus influenza
musiman yang ada selama ini (seasonal influenza).

2. Apa perbedaan influenza baru H1N1 dengan flu biasa dan flu burung?
Influenza baru H1N1 cukup berbahaya, mudah menular dan dapat menimbulkan kematian
karena virus strain baru influenza H1N1 ini lebih berbahaya dibanding flu musiman seperti
virus flu A H1N1, H2N1, H3N1 dan H3N2 yang biasa terdapat pada sesorang yang
menderita flu musiman. Penyebaran flu baru H1N1 telah menyebar di 99 negara dengan
55.867 kasus yang dilaporkan dan 238 kematian, sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menaikkan status kewaspadaan pandemi influenza baru A H1N1 dari fase 5 ke fase 6 yang
merupakan fase tertinggi. Mekipun angka kematiannya (Case Fatality Rate/CFR) hanya
sekitar 0,5% namun flu baru H1N1 ini mudah menular. Sampai saat ini (24 Juni 2009) di
Indonesia sudah dilaporkan 2 kasus positif flu H1N1 dan keduanya merupakan kasus impor
yang artinya mereka tertular dari negara lain.
Sedangkan flu burung H5N1 juga sangat berbahaya karena mematikan. Angka
kematiannya lebih dari 80%. Namun saat ini di Indonesia penularan flu burung H5N1 masih
sebatas dari unggas ke manusia (fase 3). Sampai saat ini belum ada penularan flu burung
H5N1 antar manusia.

3. Bagaimana seseorang dapat tertular influenza baru H1N1?
Virus dapat menular dari manusia ke manusia semudah seperti flu musiman biasa yang
dapat ditularkan lewat paparan percikan ludah (droplet) seorang yang terinfeksi melalui
batuk atau bersin yang terhirup atau yang mencemari tangan atau permukaan benda.
Untuk mencegah terjadinya penularan, seorang yang menderita flu harus melakukan etika
batuk/bersin dengan menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin, bila flu berat
sebaiknya tinggal di rumah sementara waktu, cuci tangan setelah beraktivitas, dan menjaga
jarak dengan orang yang sehat.

4. Apa gejala seseorang menderita flu baru H1N1?
Gejala flu baru H1N1 yang dapat sama dengan seperti flu biasa (influenza like-illnes),
seperti demam (> 38oC), batuk, pilek, letih, lesu, sakit tenggorokan mungkin disertai mual,
muntah dan diare, bila semakin berat akan mengakibatkan sesak napas atau napas sesak
yang menyebabkan terjadinya pneumonia yang mengakibatkan kematian.

5. Seberapa besar kita harus waspada terhadap penyebaran flu baru H1N1?
Kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini karena pada tanggal 11 Juni
2009, dunia telah dinyatakan Pandemi oleh WHO.
Sebelumnya kita mengenal flu musiman biasa menyerang berbagai lapisan masyarakat.
Banyak masyarakat yang memiliki kekebalan terhadap virus flu musiman tersebut sehingga
memungkinkan terbatasnya penyebaran infeksi. Namun kasus kematian akibat flu musiman
di negara dengan 4 musim masih cukup tinggi (5% -15%). Sedangkan virus influenza baru
A H1N1 merupakan virus strain baru (Meksiko) yang sebagian besar orang belum memiliki
kekebalan atau mempunyai kekebalan yang lemah kemudian bisa lebih parah dibandingkan
flu musiman. Tingkat keparahan penyakit ini mulai dari ringan sampai berat yang
mengakibatkan kematian. Sebagian besar orang yang terjangkit virus tersebut mengalami
sakit yang ringan dan dapat sembuh tanpa obat antiviral atau tanpa pelayanan medis. Pada
kasus yang lebih parah, lebih dari separuh dirawat di rumah sakit akibat minimnya
pelayanan medis, tidak tersedianya antiviral yang cukup dan sistem kekebalan yang lemah.

6. Bagimana cara untuk mencegah tertular flu baru H1N1?
  1. Biasakan cuci tangan memakai sabun dengan air bersih sesering mungkin. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan di sekitar Anda.
  2. Etika batuk/bersin yaitu bila bersin atau batuk, tutup hidung dan mulut dengan tisu dan tisu dibuang di tempat sampah. Jaga jarak atau kontak dengan orang lain terutama jika terlihat sakit flu. Jangan meludah di sembarang tempat.
  3. Bila mengalami gejala flu segera ke dokter, Puskesmas, Rumah Sakit atau klinik terdekat.

7. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa flu baru H1N1 telah
mencapai fase 6 dalam kewaspadaan pandemi, apa yang perlu Anda lakukan untuk
mencegah tertular flu baru H1N1?
  1. Hindari kontak dengan orang yang yang berasal atau baru bepergian dari negaraterjangkit (lihat informasi negara yang terjangkit flu ini yang dikeluarkan oleh WHO).
  2. Apabila sangat diperlukan harus bepergian ke negara terjangkit, lakukan tindakan pencegah yang diperlukan seperti cuci tangan sesering mungkin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, hindari kontak dengan orang yang sedang flu, dan menggunakan masker yang telah direkomendasikan oleh Pejabat Berwenang Kesehatan setempat.
  3. Bila menderita flu, segeralah periksa ke klinik terdekat, dokter praktek, Puskesmas, atau Rumah Sakit. Sehingga semakin cepat diperiksa kesehatannya akan semakin cepat mendapatkan pelayanan kesehatan.
8. Apakah di Indonesia sudah ada yang terjangkit flu baru H1N1 (strain Meksiko)?
Sampai saat ini di Indonesia sudah dilaporkan adanya 2 (dua) penderita flu baru H1N1.
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada hari Rabu, 24 Juni telah menyatakan
bahwa dua kasus positif Influenza A H1N1 tersebut merupakan kasus impor, artinya mereka
tertular dari negara lain. Mereka itu adalah WA (Pria, 37 tahun), warga negara Indonesia
(WNI), pekerjaan pilot. Sebelum sakit, WA pada tanggal 14 Juni 2009 terbang ke Perth,
Australia dan kemudian tanggal 18 Juni 2009 pergi ke Hongkong. Pada tanggal 19 Juni
2009 yang lalu, WA masuk RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dengan keluhan
demam. Kondisi kesehatan pasien membaik dan saat ini masih diisolasi di rumah sakit
tersebut.
Kasus kedua adalah BM (wanita, 22 tahun), warga negara Inggris, tinggal di Melbourne
Australia. Ia berkunjung ke Bali tanggal 19 Juni 2009. Tanggal 20 Juni 2009 BM merasa
panas dan batuk. Kemudian berobat ke rumah sakit dengan membawa Health Alert Card
yang didapat dari Bandara Ngurah Rai dan langsung dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar.
Kondisi pasien saat ini baik dan masih diisolasi di rumah sakit tersebut.

Departemen Kesehatan telah menetapkan langkah-langkah untuk mengatasi penyakit yang
sudah merebak di 99 negara di dunia, dengan:
  1. Meningkatkan kewaspadaan di seluruh jajaran kesehatan serta mengirimkan Surat Edaran baru dari Menkes dan Dirjen P2PL yang menyatakan adanya kasus influenza H1N1 baru di Bali dan Jakarta.
  2. Meningkatkan aktivitas semua fasilitas kesehatan di RS, KKP, Laboratorium dan sarana kesehatan lainnya.
  3. Meningkatkan kesiapan logistik serta kemampuan SDM.
  4. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (Jumpa Pers, Iklan Layanan Masyarakat, Talkshow di Radio dan Televisi, Poster dan Leaflet) .
  5. Masyarakat dapat menghubungi Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) : Telp. (021) 4257125; Fax : (021) 42877588 ; Email : poskoklbp2pl@yahoo.com ; Call Center: (021) 30413700; Website Depkes : www.depkes.go.id dan www.penyakitmenular.info

9. Apakah sudah ada obat atau vaksin yang ampuh untuk flu baru H1N1?
Sampai saat ini belum ada vaksin yang ampuh untuk mencegahanya. Obat antiviral yang
masih efektif untuk pengobatan adalah Oseltamifir (Tamiflu), dengan catatan segera
mendapatkan pengobatan setelah merasa sakit flu.

Seputar Penanggulangan Pandemi Flu baru H1N1 oleh Departemen Kesehatan RI

Masyarakat diminta tetap waspada hadapi pandemi Influenza A H1N1. Berperilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) mempunyai andil besar untuk ikut mencegah penularan influenza A H1N1. Perilaku tersebut diantaranya mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, dan melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor, ke sekolah atau ke tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter.

Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat. Namun angka kematiannya sangat rendah yakni 0,4%.


A. Respons Departemen Kesehatan dalam Penanggulangan Flu baru H1N1
  1. Menteri Kesehatan koordinasikan pencegahan dan penanggulangan Influenza A H1N1
  2. Surat Edaran Dirjen PP dan PL Departemen Kesehatan RI
  3. Surat Edaran Dirjen Bina Pelayanan Medik
  4. Surat Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat

B. Siaran Pers

  1. 27 Juli 2009 Tambahan 16 Kasus Baru Influenza A H1N1
  2. 27 Juli 2009 Tambahan 38 Kasus Influenza A H1N1
  3. 25 Juli 2009 Kasus Positif Influenza A H1N1 Tambah 19 Kasus
  4. 24 Juli 2009 Kasus Baru Positif Influenza A H1N1 Tambah 21 Orang, Satu Meninggal
  5. 23 Juli 2009 Tambahan Kasus Positif Influenza A H1N1
  6. 22 Juli 2009 Masyarakat Diminta Tetap Waspada Hadapi Pandemi Influenza A H1N1
  7. 20 Juli 2009 Masyarakat Dapat Mencegah Penularan Influenza A H1N1
  8. 16 Juli 2009 Masyarakat Dapat Mencegah Penularan Influenza A H1N1
  9. 15 Juli 2009 Walau Angka Kematian Rendah, Masyarakat Diminta Tetap Waspada
  10. 14 Juli 2009 26 Kasus Baru Positif Influenza A H1N1
  11. 13 Juli 2009 Masyarakat Diminta Tetap Waspada Hadapi Penyebaran Influenza A H1N1
  12. 12 Juli 2009 13 WNI Positif Terjangkit Influenza A H1N1 di Korea
  13. 12 Juli 2009 Di Indonesia Sudah Ada 64 Kasus Influenza A H1N1
  14. 9 Juli 2009 Dua Puluh Empat Tambahan Kasus Baru Positif Influenza A H1N1
  15. 7 Juli 2009 Pasien H1N1 Tambah Delapan Kasus
  16. 4 Juli 2009 Tambahan Kasus Baru Influenza A H1N1
  17. 30 Juni 2009 Untuk Cegah Flu Babi: Penumpang Wajib Kenakan Masker
  18. 28 Juni 2009 Enam Kasus Baru Influenza A H1N1
  19. 24 Juni 2009 Menteri Kesehatan Laporkan Dua Kasus Influenza A H1N1
  20. 15 Juni 2009 Menteri Kesehatan Koordinasikan Pencegahan dan Penanggulangan Influenza A Baru H1N1

C. Tanya Jawab Seputar Flu A baru H1N1

D. Peraturan-perundangan terkait Penanggulangan Penyakit Menular Potensi Wabah/KLB

E. Informasi Jumlah Kasus Flu A Baru H1N1 di Dunia

F. Komunikasi Risiko

G. Surveilans Epidemiologi

  1. Petunjuk Teknis Surveilans Epidemiologi Flu H1N1

H. Virologi

I. Perbekalan Kesehatan/Farmasi

J. Penatalaksanaan Kasus

Dalam rangka menangani pasien flu baru H1N1, telah disediakan 100 Rumah Sakit yang juga merupakan RS rujukan Flu Burung (Avian Influenza). Daftar 100 Rumah Sakit lebih lanjut terlampir di sini.
Penatalaksanaan kasus Flu baru H1N1 terus dikembangkan saat ini oleh Departemen Kesehatan. Pedoman penatalaksanaan flu baru H1N1 dapat merujuk pada tatalaksana kasus avian influenza.

30 Juli 2009

Depkes : Virus Santri Tebuireng Bukan Flu Babi


Sumber : surabaya.detik.com

Tim Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Kamis (30/7/2009). Tim Dirjen Depkes itu juga memeriksa kesehatan para santri yang masih diisolasi.

Seusai memeriksa santri yang diisolasi di Wisma Ilyas, Dirjen P3L Depkes, Tjandra Yoga Aditama menyatakan para santri tidak terserang virus flu babi atau A-H1N1 melainkan hanya flu berat.

"Virus yang diderita para santri, tidak ada hubungannya dengan virus flu babi karena tidak berhubungan dengan babi," kata Tjandra usai menjenguk santri yang diisolasi.

Karena tidak terkait dengan virus flu babi, para santri diharap tidak resah. Namun tetap waspada dengan menjaga kebersihan.

Menurut Tjandra, data yang dimiliki Depkes RI menyebutkan, 90 persen penderita virus A-H1N1 bisa sembuh tanpa harus masuk rumah sakit atau dirawat inap dengan perlakuan khusus. Sedang tingkat kematian penderita virus tersebut hanya 0,4 persen saja.

Tjandra mendukung langkah pengurus Pondok Pesantren Tebuireng yang mengisolasi para santri yang menderita flu. "Biar tidak menular ke para santri lain," jelasnya.

Sebelumnya puluhan santri mengalami demam tinggi disertai batuk secara mendadak. Dinas Kesehatan Jombang mengambil sample darah dan hasilnya 5 santri Pondok Pesantren Tebuireng positif mengidap virus flu babi.(fat/fat)

Kebakaran di Rumah Sakit Sari Asih Serang Akibat Arus Pendek Listrik

dr. H. Djadja Buddy Suhardja S., MPH, Kepala Dinas Kesehatan Prov. Banten membantah terjadi ledakan di RS Sari Asih Serang, yang benar di rumah sakit tersebut terjadi kebakaran trafo yang menyebabkan keluarnya asap tebal. Diduga kebakaran akibat arus pendek listrik pada trafo di RS tersebut. Kebakaran terjadi tanggal 29 Juli 2009 pukul 17.55


Menurut dr. Djaja, akibat kebakaran tersebut menyebabkan pasien panik tetapi bisa dilakukan evakuasi.Tujuh orang pasien sempat dievakuasi ke RSUD Serang, RS Budi Asih Serang dan RS Krakatau Medika. Tetapi malam itu juga listrik dapat nyala kembali dan pasien dikembalikan ke RS Sari Asih dalam keadaan aman dan tenang. “Tidak ada korban jiwa maupun luka-luka. Perawat yang terjebak dalam lift sudah tenang kembali setelah mengalami shock karena kaget dan stres”, ujar dr. Djadja.
dr. Djaja minta Direktur RS Sari Asih, dr. Budi untuk masa-masa mendatang bertindak hati-hati, khususnya kewaspadaan terhadap semua sarana yang dimiliki rumah sakit agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Sumber: Depkes

29 Juli 2009

Gaul Ok, Narkoba No Way, Prestasi My Way

Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2009 mengambil tema “Gaul Ok, Narkoba No Way, Prestasi My Way”, dimana anak-anak khususnya usia sekolah menjadi fokus dalam pemberantasan narkoba. Pemilihan tema dianggap relevan karena penyalahgunaan narkoba tidak saja terjadi pada orang dewasa, namun usia remaja bahkan usia yang lebih muda.

Dalam sambutanya saat membuka seminar peringatan Hari Anak Nasional (29/07/2009) di Jakarta, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dr. Budihardja, DTM&H, MPH menyambut baik tema yang diangkat dalam peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2009, karena anak sekolah merupakan kelompok penduduk terbesar yaitu 30% (65 juta) dari 236 juta penduduk Indonesia.

Menurut dr. Budihardja, pentingnya pemberantasan penyalahgunaan narkoba pada usia sekolah terkait dengan dampaknya yang berbahaya, yaitu menimbulkan gangguan fisik, mental emosional (emosi labil, keras kepala, tidak bisa mengontrol diri) dan kehidupan sosial. Selain itu, dapat merusak organ vital seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru, hati, kesehatan reproduksi, dan lain-lain. Pada peringatan Hari Narkoba Sedunia 26 Juni 2008 lalu, dinyatakan jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 4 juta orang dan 70% diantaranya adalah anak sekolah. Dr. Budihardja menambahkan, berdasarkan hasil survey Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba Badan Narkotika Nasional tahun 2007, lebih dari 22.000 kasus narkoba terjadi di kalangan siswa SMA, 6.000 kasus siswa SMP, dan 3.000 kasus siswa SD.

Sedangkan jumlah kasus narkoba menurut data Badan Narkotika Nasional, meningkat dari 3.617 kasus menjadi 17.355 kasus (5 kali lipat) dalam tahun 2001-2006. Sedangkan dari data Departemen Kesehatan tahun 2006, pengguna narkoba suntik merupakan penyumbang tertinggi penyebaran HIV. 46% penderita HIV/AIDS ditularkan melalui jarum suntik, tambah dr. Budihardja. Penanggulangan masalah narkoba, menurut dr. Budihardja merupakan masalah yang harus ditanggulangi bersama baik lintas program, maupun lintas sektor serta melibatkan pihak swasta, LSM, media cetak, dan elektronik.

Merespon permasalahan tersebut Departemen Kesehatan telah membentuk fasilitator khusus dalam pelayanan kesehatan remaja dan pemberdayaan remaja sebagai konselor bagi kelompok sebayanya. Pelayanan kesehatan remaja dilakukan berupa upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif di dalam dan di luar gedung puskesmas, baik remaja sekolah maupun luar sekolah.

23 Juli 2009

Dicari, 5.414 Orang Miskin Untuk Dapat Jatah Jamkesmas

Sumber : surya.co.id

Jika Anda warga miskin di Kabupaten Malang dan belum mendapat jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), segeralah mendaftar. Sebab, masih ada jatah sekitar 563.173 peserta jamkesmas untuk warga miskin ini.

Kabupaten Malang, mendapat kuota jamkesmas dari Departemen Kesehatan sebanyak 568.587 orang. Namun, baru terpenuhi 563.173 orang yang telah terdata. Untuk memenuhi kekurangan jatah ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, telah meminta pihak kecamatan agar jemput bola mendata warga miskin di wilayahnya. Kriteria miskin, tentu saja mengacu pada 14 kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) (lihat tabel).
Manajer Kepesertaan Tim Pengelolaan Jamkesmas Dinkes Kabupaten Malang, Arbani M Wibowo, Jamkesmas terserap untuk 39 puskesmas. Serapan terbanyak untuk puskesmas Tumpang, dengan jumlah peserta sebanyak 23.603.
“Puskesmas Tumpang ini mendapat alokasi banyak karena saldonya pada tahun sebelumnya sampai minus. Sehingga asumsinya banyak warga miskin yang bolak balik berobat. Selain itu, jumlah warga miskinnya juga banyak,” papar Arbani.
Sementara alokasi terendah Jamkesmas, yakni sebesar Rp 38 juta diberikan kepada Puskesmas Gondanglegi. Hal ini karena sisa saldo tahun sebelumnya masih sekitar Rp 174 juta dengan jumlah peserta ‘hanya’ 12.380 orang.
Untuk puskesmas dengan serapan dana Jamkesmas yang rendah tersebut, Arbani berharap puskesmas ‘jemput bola’ mendekati warga. “Bisa jadi warga enggan ke puskesmas karena lokasinya terlalu jauh dan ini berarti perlu biaya besar untuk mencapai ke sana,” katanya.
Jelas Arbani, alokasi Jamkesmas pada 2009 untuk Kabupaten Malang mencapai Rp 6,8 miliar. Sementara 2008 lalu disediakan Rp 3,6 miliar karena pada tahun sebelumnya terdapat sisa saldo sekitar Rp 4 miliaran. Para peserta Jamkesmas mendapat subsidi 100 persen untuk biaya pengobatan kesehatannya.
Pemutakhiran data warga miskin bakal dilakukan pada 2010 mendatang. Hal ini dilakukan karena ada data warga miskin yang mungkin sudah tidak berhak lagi mendapat Jamkesmas.vie
Beberapa Kriteria Miskin versi BPS
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang
2. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
3. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
4. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
5. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
6. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
7. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
8. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
9. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
10. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Cegah Flu A-H1N1

Sumber :kompas.com
 
Kesadaran masyarakat akan pandemi virus influenza A-H1N1 harus lebih ditingkatkan lagi. Serangkaian laporan mengindikasikan jumlah orang terinfeksi flu A-H1N1 makin hari bertambah secara signifikan. Mulai sekarang masyarakat perlu digugah untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Demikian terungkap dalam Health Forum bertajuk "Healthy Life, Happy Community" yang dilakukan oleh ASEC (ASEAN Secretariat) of Women's Wing di Jakarta, Kamis (23/7).

Seperti dikutip dari pidato pembukaan Menkes RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari yang dibacakan oleh wakil dari Depkes, mencegah jelas lebih baik dan jauh lebih efisien dibanding melakukan pengobatan pada pasien yang telah positif menderita flu A-H1N1.

Karena itu, masyarakat diimbau turut berkontribusi dalam membatasi dampak penyebaran pandemi. Terutama kaum wanita, diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan, karena kaum wanita memainkan peran penting dalam keluarga dan komunitas.

Sementara media massa sebagai penyampai pesan ke publik diharapkan menyampaikan berita yang proporsional, kritis, serta memberi masukan positif. Peranan media pada titik ini adalah membagikan informasi yang komunikatif-edukatif.

Presiden Direktur ASEAN Secretariat of Women's Wing, Vennila Pushpanathan sendiri menyatakan, "Kita perlu memiliki kepedulian pada kesehatan serta menyanterkan pendidikan kesehatan yang baik. Generasi penerus seyogyanya dipersiapkan untuk bekerja sukarela bagi program pembangunan komunitas sosial." M9-09

Survey INSIDe : Kinerja Depkes Teratas

Sumber : suarasurabaya.net

Survey Institute for National Strategic Interest and Development ( INSIDe ) menunjukkan selama pemerintahan SUSILO BAMBANG YUDHOYONO, masyarakat paling puas dengan kinerja Departemen Kesehatan.

YUDI LATIEF Ketua INSIDe pada FAIZ reporter Suara Surabaya di Jakarta, Kamis (23/07) mengatakan survey dilakukan lewat pendekatan kuantitatif dengan alat pengumpul data kuesioner dan dilakukan di 12 kota di Indonesia, seperti Medan, Padang,Bandar Lampung, Jakarta Timur, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Kupang, Pontianak, Manado, dan Makassar.

Menurut YUD, survey dilakukan selama dua minggu mulai 27 Juni sampai 15 Juli 2009 untuk proses pengumpulan, pengolahan, dan analisa data. Secara keseluruhan, responden penelitian sebanyak 1.200 orang dengan mempertimbangkan proporsi jumlah penduduk di tiap kota daerah penelitian.

YUDI menjelaskan, margin of error lebih kurang 3 % pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden usia 17 tahun ke atas atau 17 tahun ke bawah tetapi sudah menikah.

Kata YUDI, dari hasil survey sesudah diolah sampai dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package for the Social Science), masyarakat puas dengan kinerja Departemen Kesehatan 14,6%, Departemen Pendidikan 12,1%, Kementrian Pemuda dan Olah Raga 10%, dan seterusnya.

Sedangkan pengetahuan publik terhadap program-program kesehatan yang disediakan pemerintah, diantaranya 13% masyarakat mengetahui program Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan 14,5% mengetahui Pondok Bersalin Desa.

YUDI mengatakan, kebanyakan masyarakat yang tahu unit layanan puskesmas 93,4% pernah menggunakan layanan ini. Untuk penilaian dan apresiasi kinerja SITI FADILAH SUPARI Menteri Kesehatan, 65,42% masyarakat masih ingin mempertahankan SITI FADILAH SUPARI sebagai Menkes, sedang 26,42% minta diganti.(faz/edy)

22 Juli 2009

Tips : Berobat yang efisien

Dalam keadaan sekarang ini hidup terasa semakin sulit. Segala hal menjadi mahal. Dulu, jika sakit, tinggal pergi ke dokter. Tapi sekarang ini banyak orang yang tidak bisa selalu menebus obatnya, jika pergi ke dokter.

Sama seperti harga barang lain, harga obat pun ikut-ikutan terbang ke langit. Sementara upaya untuk mengobati diri sendiri pun bukan tanpa bahaya. Jika yang diobati sendiri bukan penyakit ringan, ongkos pengobatannya menjadi lebih besar. Misalnya, jika harus dirawat di rumah sakit. Memang ada kondisi yang bisa diobati sendiri dengan obat warung. Tapi ada saatnya pula kapan harus ke dokter, serta bagaimana bersikap kritis dan rasional dalam penggunaan obat.

Berikut ini ada sepuluh panduan yang mungkin bisa dimanfaatkan agar lebih efisien dalam berobat.

1. Tidak semua keluhan sakit memerlukan obat.

Betul. Bagaimanapun obat menjadi "racun" jika salah alamat dan dipakai secara berlebihan. Sekalipun itu obat warung, pasti ada efek sampingannya. Lebih-lebih jika sering dipakai. Efek sampingan obat sakit kepala terhadap ginjal dan hati, misalnya. Orang Amerika sudah jera, sebab obat sakit kepala (aspirin) dulu diperlakukan masyarakat mirip kacang goreng. Sakit kepala sedikit, langsung minum obat.

Pihak yang konservatif lebih takut menggunakan obat, sehingga tidak sebentar-sebentar minum obat. Betapa ringannya pun obat itu pasti ada efek buruknya bagi tubuh. Mereka yang bergerak di bidang pengobatan alternatif merasa prihatin atas pemakaian bahan kimia obat pada tubuh. Pengobatan homeopathy, mixobition, prana, orthomoleculer medicine, accupressure, maupun akupungtur, sebetulnya hendak menjauhkan tubuh dari imbas bahan kimiawi obat. Jika masih bisa sembuh atau meringankan tanpa obat, sebaiknya tidak memilih obat.

2. Tidak semua obat menyembuhkan penyakit.

Memang, tidak semua obat menyembuhkan penyakit. Jika pemakaian obat yang sama untuk waktu lama tidak mengubah penyakit, mungkin obatnya memang tidak tepat. Dalam keadaan begini, sebaiknya obat segera dihentikan. Prinsip dalam memakai obat memperhitungkan unsur manfaat dan melupakan efek buruknya. Jika masih punya manfaat, efek buruk obat boleh dilupakan. Tapi jika minum obat tidak memberi manfaat, orang cuma memikul efek buruknya. Ini yang harus dicegah.

Banyak pasien kanker juga tidak sudi diberi obat, sebab efek buruk obat kanker dianggap menyengsarakan: rambut rontok, kulit jelek, dan sel darah rusak. Karena manfaatnya cuma memperpanjang hidup dan efek buruknya dirasa menyengsarakan, maka orang tidak memilih obat.

Obat menjadi tidak bermanfaat kalau dokter salah mendiagnosis. Pemakaian obat untuk penyakit baru yang tanpa reaksi kesembuhan harus dicurigai. Dalam hal ini selain salah mendiagnosis, bisa saja dokter salah memberi obat, atau obatnya memang palsu.

Rata-rata obat sudah memberikan reaksi setelah beberapa kali diminum. Obat suntik segera memberikan reaksi. Jika tidak ada reaksi sama sekali, tanyakan pada dokternya. Melanjutkan obat tanpa khasiat, selain merugikan kocek, juga memikul efek buruk obat.

3. Tidak semua obat dalam resep harus diterima.

Benar. Dalam meresepkan obat, dokter berpola pada dua hal. Pertama, memberikan jenis obat untuk meringankan keluhan dan penderitaan pasien. Jenis obat ini sebetulnya perlu tidak perlu. Jika pasien bisa tahan dengan keluhan demam, nyeri, batuk, mual, atau muntahnya, dan dokter memperkirakan tidak akan mengancam jiwa, obat pereda keluhan dan gejala tidak begitu perlu.

Yang lebih perlu tentu obat pokok. Obat ini yang membasmi atau meniadakan sumber penyakitnya. Kalau infeksi, ya, antibiotiknya. Kalau darah tinggi, ya, penyebab darah tingginya. Soal pereda demam, pereda nyeri kepala, pusing, boleh diberi boleh tidak.

Orientasi dokter sering memihak pada permintaan pasien. Kebanyakan pasien mengira keluhan dan gejala yang mereda identik dengan sembuh. Karena itu pasien (dan sering-sering juga dokter) lebih mementingkan obat simptomatik daripada obat untuk meniadakan penyebab penyakitnya. Dengan atau tanpa obat simptomatik, asal pilihan obatnya tepat, sebetulnya penyakit akan sembuh juga.

4. Mutu obat tidak ditentukan oleh harganya.

Bukan sebab harganya tinggi maka obat lebih bermutu. Semua obat generik, yang meniru obat aslinya, jika dibuat dengan standar pembuatan obat yang baik (CPOB), pasti sama manjurnya.

Banyak kali kesembuhan pasien ditentukan pula oleh faktor psikisnya. Rasanya kurang tokcer kalau tidak minum obat mahal. Pasien dari awal sudah tidak percaya pada obat yang berharga rendah. Sugesti begini bisa berpengaruh terhadap proses kesembuhan dan memang bisa tidak sembuh betulan. Efek placebo begini banyak menghantui orang kota. Imbasnya, dokter yang tak mau dianggap kurang bonafid akan selalu memberi resep yang mahal, walaupun ia tahu ada pilihan yang lebih murah. Takut pasien nggak sembuh. Padahal obat sama yang lebih murah mengobati lebih banyak pasien (di pedesaan) yang dari awalnya memang percaya saja.

5. Kebanyakan obat bisa menimbulkan penyakit baru.

Benar. Orang sekarang doyan sekali banyak minum berbagai jenis obat sekaligus. Minum obat jadi kebanggaan. Padahal di negara-negara maju, orang mampu pun semakin membatasi pemakaian obat.

Semakin berderet resep yang diberikan dokter, mungkin saja bisa mencerminkan keragu-raguan dokter. Tapi itu juga bisa untuk menenteramkan hati pasien, yang dianggap dokter punya efek menyembuhkan juga.

Banyak ahli obat mencemaskan kecenderungan dokter sekarang yang menulis resep lebih banyak. Resep yang disebut bersifat polypharmacy menjadikan perut pasien mirip apotek. Semua jenis obat masuk. Hal ini sering tidak rasional.

Pemakaian obat secara berlebihan yang tidak jelas manfaat dan tujuannya, jelas merugikan pihak pasien. Kasus kesalahan pihak dokter dalam memberi obat atau iatrogenic menjadi pembicaraan masyarakat modern. Kini, semakin banyak kasus orang sakit akibat kebanyakan obat yang tidak perlu. Penyakit iatrogenic sedang dicemaskan masyarakat yang sadar akan bahaya obat.

6. Pasien tetap punya hak bertanya.

Kesalahan selama ini sebab pasien tidak memanfaatkan haknya untuk bertanya pada dokter yang memeriksanya. Jangankan bertanya obat yang diberikan, soal apa penyakitnya pun sering pasien belum tahu. Pasien cenderung menerima saja apa yang dikatakan dan diberikan dokter.

Di pihak lain, kondisi yang tersedia pada kebanyakan dokter di negara berkembang kurang cukup waktu bagi dokter untuk menjawab pertanyaan pasien. Dokter berpikir, yang penting sembuh, pasien tak perlu banyak bertanya.

Namun dalam hal obat, pasien perlu bertanya. Kultur pasien di Barat selalu memanfaatkan haknya untuk bertanya. Bahkan bertanya apa saja, sebab memang kewajiban dokter untuk menjelaskan, apa yang dilakukan dokter terhadap diri pasiennya. Termasuk obat apa yang diberikan, bagaimana cara kerjanya, apa efek buruknya, dan seterusnya.

Pasien yang banyak bertanya menguntungkan dirinya dalam banyak hal. Begitu juga dalam hal resep yang dia terima. Mestinya, pasien menanyakan jenis-jenis obat yang diresepkan dokter. Apa gunanya dan apa bahayanya. Apakah boleh dikurangi? Misalnya, obat-obat yang cuma meringankan keluhan dan gejala, apa bisa dicoret dari resep atas kesepakatan dokternya.

7. Apotek tidak berhak menukar obat lain dari yang ditulis dokter.

Ya, acap kali terjadi apotek menukar obat yang tidak sesuai dengan yang dituliskan dokter tanpa sepengetahuan dokter. Motifnya lebih karena alasan ekonomi. Mungkin obat yang diminta dokter memang tidak ada. Agar pasien tidak mencari ke apotek lain, apotek menukarnya sendiri dengan obat yang sama dari pabrik yang lain.

Mungkin juga sebab kenakalan apotek, misalnya sengaja menukarnya dengan obat yang walaupun sama tapi harganya lebih tinggi, atau yang memberi untung lebih besar bagi apotek. Ini berarti merugikan kocek pasien, padahal khasiat kesembuhannya tidak berbeda. Sekali lagi obat yang lebih tinggi harganya tidak berarti selalu lebih manjur.

8. Tidak semua obat harus dihabiskan.

Pasien sering bingung apa obat yang diberikan dokter perlu dihabiskan atau tidak. Juga karena komunikasi pasien - dokter yang buntu, pasien dirugikan sebab memakai obat secara salah. Sebab, tidak semua obat yang diberikan dokter perlu dihabiskan. Obat jenis simptomatik, yaitu untuk meredakan keluhan dan gejala pasti tidak perlu dihabiskan. Hanya diminum kalau keluhan dan gejalanya masih ada atau muncul lagi.

Obat yang masih sisa sebaiknya disimpan baik-baik. Jika tahu indikasinya, obat yang disimpan baik bisa dipakai kembali jika mengalami keluhan yang sama.

9. Tidak setiap kali sakit perlu ke dokter.

Benar. Demi penghematan dan efisiensi, masih arif kalau tidak selalu pergi berobat setiap kali sakit.

Untuk dapat berperan demikian tentu perlu pengetahuan medis dari bacaan dan pergaulan. Jika batuk pilek saja, bisa minum obat sendiri. Begitu juga jika mulas, pening, pusing, atau mual.

Hampir kebanyakan penyakit harian, biasanya akan sembuh sendiri walaupun tidak diobati. Tubuh kita punya mekanisme penyembuhannya yang besar. Intervensi obat yang terlalu cepat atau berlebihan justru mengganggu mekanisme alamiah tubuh.

Obat warung dibutuhkan jika orang sudah merasa terganggu dengan keluhannya. Misalnya, peningnya bikin susah tidur, atau mualnya sampai nggak bisa makan, obat baru diperlukan. Selama bisa tanpa obat, biarkan tubuh menyembuhkannya sendiri.

Jadi, kapan kita harus ke dokter? Yaitu bila keluhan dan gejala yang sama tidak menghilang sampai beberapa hari. Atau keluhan dan gejala yang sama berkembang progresif. Semakin hari keluhan dan gejalanya semakin berat. Ini tanda penyakitnya bertambah parah dan perlu intervensi medis.

Batuk-pilek lebih dari seminggu pun perlu diwaspadai. Siapa tahu sudah radang paru-paru, sinusitis, atau congekan. Mengobati sendiri memang tidak selamanya aman, selain berisiko membiarkan penyakit telanjur bertambah parah. Tapi dengan pengetahuan dan wawasan medis yang semakin banyak, di saat harga obat dan berobat menjadi semakin mahal, upaya pengobatan sendiri menjadi pilihan untuk efisiensi.

10. Banyak upaya untuk pencegahan bisa dilakukan.

Motto lebih baik mencegah daripada mengobati harus diingat kembali. Sebetulnya, banyak upaya bisa dilakukan supaya tidak gampang sakit.

Pertama, kondisi tubuh jangan sampai diperlemah. Dalam kondisi seperti sekarang, stres bisa merusak badan juga. Orang kurang doyan makan, menu menurun mutunya, istirahat terganggu sebab semakin susah tidur, pekerjaan bertambah berat karena harus cari tambahan kiri-kanan. Semua itu memperburuk pertahanan tubuh.

Dalam kondisi pertahanan tubuh yang buruk penyakit mudah menyerang. Selain infeksi, maag, darah tinggi, herpes zoster, sering flu, atau kena virus lain yang kesemuanya lazim menyerang orang dengan kondisi tubuh yang dibiarkan menurun terus. Dalam keadaan seperti sekarang ini, tetaplah hidup teratur.

Dalam musim penghujan perlu membuat tubuh lebih hangat. Pilih menu yang hangat, seperti soto, sop, dan berprotein tinggi. Jauhkan menu dan jajanan yang dingin seperti gado-gado, rujak, asinan, buah dingin, masakan Padang, serta semua yang dihidangkan secara instan, tidak panas, atau dimakan mentah.

Ketika tubuh mulai terasa kurang enak, stop kerja berat, makan makanan yang lebih banyak mengandung protein (daging, ikan, susu, telur), dan beristirahat lebih banyak atau lebih sering. Jika merasa lesu dan mengantuk berarti tubuh memang mengajak kita untuk beristirahat. Isyarat ini jangan dilawan. Kalau memang maunya tidur terus, bawalah tidur dan jangan melakukan aktivitas apa pun, sekali pun menonton TV atau membaca.

Banyak penyakit yang menyerang orang yang tubuhnya sedang lemah. Semua penyakit virus, termasuk demam berdarah (yang kini cenderung menyerang orang dewasa juga, selain anak-anak), cacar air, herpes zoster dan herpes simpleks mulut, flu, dan banyak penyakit perut disebabkan oleh virus dari jajanan dan lingkungan kotor.

Semua ancaman di sekitar kita tidak mungkin kita redam. Yang bisa dilakukan hanya membuat tubuh lebih kuat dengan menu bergizi, cukup beristirahat, dan olahraga untuk melawan semua ancaman itu. Jika tubuh terasa loyo, mungkin diperlukan vitamin C, E, dan mineral lebih banyak, selain buah dan sayur-sayuran.

21 Juli 2009

Hak dan Kewajiban : Dokter dan Pasien

Seberapa hak dan juga kewajiban seorang dokter ? dan seberapa besar pulakah hak dan kewajiban seorang pasien ?

Kita bisa membaca UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Dan jika sebagai pasien merasa dirugikan oleh pelayanan dokter atau rumah sakit, kemana kita mesti mengadu ?
Kita bisa mengadu ke MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia) di 021-72800.920 atau faks pengaduan kita dengan data-data pendukungnya ke 021.72800.743, websitenya juga ada loh di www.inamc.or.id

(lihat selengkapnya)

20 Juli 2009

15 Orang Korban Bom Masih Dirawat Di 3 RS

Sampai hari ini (20/7/09) korban ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton yang masih dirawat di 3 RS di Jakarta sebanyak 15 orang dari seluruh korban yang luka berat maupun luka ringan.RS MMC merawat 10 orang yaitu AS (65 th), CI (50 th), GM (44 th), IG (64 th), MA (40 th), MB (34 th), OU (25 th), Su (52 th), YM (24 th), dan YP (23 th). RS Jakarta merawat 4 orang yaitu DP (33 th), AT (23 th), DA (39 th), dan BT (30 th). Sedangkan RS Pertamina merawat 1 orang yaitu Da (36 th).

Dari RS MMC yang sebelumnya dirawat dan telah pulang yaitu Me (20 th) dan YP (21 th). Dari RS Jakarta yang sebelumnya dirawat dan telah pulang yaitu HH (39 th) dan WQ (32 th).

Demikian laporan perkembangan perawatan korban bom yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes sampai 19 Juli 2009 pukul 19.00 WIB.

Saat ini PPK Depkes, PPK Regional DKI dan Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta terus melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan RS yang merawat korban bom.

Masyarakat Dapat Mencegah Penularan Influenza A H1N1

Posted from : depkes.go.id
Masyarakat mempunyai andil besar untuk ikut mencegah penularan influenza A H1N1, yaitu dengan perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, dan melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor, ke sekolah atau ke tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter.

Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat. Namun angka kematiannya sangat rendah yakni 0,4%.
Hal itu disampaikan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes tentang perkembangan kasus di Indonesia sampai tanggal 20 Juli 2009.

Untuk mencegah penyebarannya di Indonesia, upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan yaitu : penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).

Upaya lainnya berupa community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu perawatan di rumah sakit, tambah Prof. Tjandra.

Hari ini (20/07/09) kasus positif influenza A H1N1 bertambah lagi 15 kasus (5 laki-laki dan 10 perempuan). Mereka berasal dari RS/Dinkes Jakarta 6 orang, RS/Dinkes Provinsi Banten 6 orang, RS/Dinkes Provinsi Jawa Timur 1 orang, dari RS/Dinkes Provinsi Jawa Tengah 1 orang, dan dari RS/Dinkes Sumatera Utara 1 orang. Lima di antara mereka memiliki riwayat pergi ke luar negeri yaitu ke Malaysia (1 orang), Amerika (2 orang), dan Singapura (2 orang), kata Prof. Tjandra.

Dengan demikian, sampai tanggal 20 Juli 2009, secara kumulatif kasus positif influenza A H1N1 di Indonesia berjumlah 172 orang terdiri dari 86 laki-laki dan 86 perempuan. Data kasus berdasarkan tanggal pengumuman yaitu 24 Juni (2 kasus), 29 Juni (6 kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli (22 kasus), 14 Juli (26 kasus), 15 Juli (30 orang), dan tanggal 16 Juli (15 kasus).

Tambahan kasus baru positif berasal dari RS/Dinkes Jakarta yaitu : JR (Pr, 42 th), DN (Pr, 27 th), IM (Pr), KK (Pr, 7 th), Sa (Pr, 32 th), dan FF (Pr, 22 th). Yang berasal dari RS/Dinkes Banten yaitu FH (Lk, 13), AH (Lk), SP (Lk, 17 th), MF (Lk, 17 th), MF (Lk, 14 th), dan YF (Pr, 16 th). Yang berasal dari RS/Dinkes Prov Sumut yaitu Ju (Pr, 31 th). Yang berasal dari RS/Dinkes Prov Jateng yaitu RH (Pr, 18 th). Yang berasal dari RS/Dinkes Prov Jatim yaitu EF (Pr, 18 th).

19 Juli 2009

19 Orang Korban Bom Masih Dirawat Di 3 RS

Sampai hari ini (19/7/09) korban ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton sebanyak 9 orang meninggal (6 orang dari Hotel JW Marriot dan 3 orang Hotel Ritz Carlton), sedangkan yang masih dirawat di 3 RS di Jakarta sebanyak 19 orang dari total 57 orang korban luka-luka yang dirawat. RS MMC merawat 12 orang (9 WNI dan 3 WNA), RS Jakarta merawat 6 orang dan 1 orang lainnya di rawat di RSPP, kesemuanya WNI. Sebanyak 28 pasien sudah dipulangkan, 19 orang dari RS MMC dan 9 orang lainnya dari RS Jakarta. Sepuluh pasien lainnya dievakuasi ke Singapura, 2 pasien (WNA) dari RS Jakarta dan 8 pasien dari RS MMC (1 WNI dan 7 WNA).

Demikian laporan perkembangan perawatan korban bom yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes sampai 19 Juli 2009 pukul 12.00 WIB.

Untuk membantu perawatan korban, RSCM telah mengirimkan bantuan tenaga resident dan dokter spesialis bedah, dan Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta dan RSCM juga mengirimkan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Mengenai biaya perawatan para korban bom akan ditanggung oleh pemerintah dalam hal ini Depkes. Saat ini PPK Depkes, PPK Regional DKI dan Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta terus melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan RS yang merawat korban bom.

18 Juli 2009

Menteri Kesehatan DR. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menjenguk korban ledakan bom Mega Kuningan

Menteri Kesehatan DR. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) dan Menkokesra Aburizal Bakrie menjenguk korban ledakan bom Mega Kuningan yang dirawat di RS. MMC, sehari setelah ledakan bom terjadi. (Jakarta, Sabtu, 18 Juli 2009). (Pusat Komunikasi Publik Depkes RI 2009).

24 Orang Korban Bom Masih Dirawat Di 3 RS

Sampai hari ini (18/7/09) korban ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton sebanyak 9 orang meninggal (6 orang dari Hotel JW Marriot dan 3 orang Hotel Ritz Carlton), sedangkan yang masih dirawat di 3 RS di Jakarta sebanyak 24 orang. RS MMC merawat 15 orang (8 WNI dan 7 WNA), RS Jakarta merawat 7 orang, dan RS Pertamina merawat 2 orang. Dua pasien lain dari RS Medistra atas nama Da dan Ad dievakuasi ke Singapura.

Demikian laporan perkembangan perawatan korban bom yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes sampai 18 Juli 2009 pukul 16.00 WIB.

Untuk membantu perawatan korban, RSCM telah mengirimkan bantuan tenaga resident dan dokter spesialis bedah, dan Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta dan RSCM juga mengirimkan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Mengenai biaya perawatan para korban bom akan ditanggung oleh pemerintah dalam hal ini Depkes. Saat ini PPK Depkes, PPK Regional DKI dan Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta terus melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan RS yang merawat korban bom.

17 Juli 2009

Depkes Siap Tanggung Biaya Rawat Korban Ledakan

Sumber : rakyatmerdeka.co.id

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Depkes) menyatakan akan menanggung semua biaya perawatan korban ledakan yang terjadi di hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, pagi tadi (Jumat, 17/7).

Saat dihubungi para wartawan, Kepala Pusat Krisis Depkes, Dr. Rustam S Pakaya mengatakan, semua korban luka-luka saat ini sudah ditampung dan dirawat di beberapa rumah sakit di Jakarta. Mengenai persoalan biaya digratiskan karena dibebankan kepada Depkes.

Lebih lanjut menurut Rustam, dari data yang dihimpun pihak Depkes, jumlah korban luka-luka mencapai 55 orang. Mereka tersebar di RS MMC, Kuningan sebanyak 39 orang, 13 orang di RS Jakarta, dan seorang korban lagi di RSPP, Kebayoran Baru, Jakarta. Sementara korban meninggal sebanyak sembilan orang.

Crisis Centre Depkes Ikut Tangani 52 Korban Bom Kuningan

Posted from : depkes.go.id
Tadi pagi (17/7/2o009) sekitar jam 07.53 .terjadi lagi ledaikan bom ddi Hotel JW Marriot dan jam 07.56 di Ritz Carlton, Mega Kuningan Jakarta. Bom yang memporakporandakan lantai dasar hotel JW Marriot dan kerusakan di hotel Ritz Carlton mengakibatkan 52 orang luka berat dan ringan serta 9 orang meninggal dunia.

Demikian laporan permasalahan kesehatan akibat ledakan bom hotel Ritz Carlton dari Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Depkes tanggal 17 Juli 2009 sampai jam 11.00.

Dr. Rustam S. Pakaya, MPH, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes menyatakan korban luka berat saat ini dirawat di 4 rumah sakit Jakarta yaitu RS MMC, 36 orang, RS Jakarta 14 orang, dan masing-masing 1 orang di RS Pusat Pertamina dan RS Medistra.

Saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan Prov. DKI Jakarta, namun secara proaktif pemantauan terus dilakukan baik oleh PPK Regional DKI Jakarta maupun PPK Depkes.

Jangan Gunakan Kantong Plastik “Kresek” dan Plastik PVC untuk Wadah Makanan Siap Santap

Masyarakat diminta tidak menggunakan kantong plastik “kresek” dan plastik PVC sebagai wadah makanan siap santap, terutama yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas. Hal itu disampaikan Kepala Badan POM RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, Mkes, SpFK saat mengeluarkan public warning tentang kantong plastik “kresek” & plastik PVC dikantor Badan POM, Jakarta, Selasa (14/7/2009).

Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM terhadap kantong plastik “kresek” dikatakan bahwa kantong plastik berwarna-terutama yang berwarna hitam-kebanyakan merupakan produk daur ulang yang sering digunakan sebagai wadah makanan. Padahal dalam proses daur ulang, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas pestisida, kotoran hewan/manusia, limbah logam berat, dll. Selain itu dalam proses daur ulang juga seringkali ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah resiko bagi kesehatan. Badan POM menghimbau masyarakat agar tidak menggunakan kantong plastik daur ulang untuk wadah langsung makanan siap santap, ujar dr. Husniah.
Sedangkan mengenai plastik PVC, menurut dr. Husniah dalam proses pembuatannya ditambahkan penstabil seperti senyawa timbal (Pb), kadmium (Cd), timah putih (Sn) atau lainnya untuk mencegah kerusakan PVC. Bahkan agar lentur atau fleksibel, kadang-kadang ditambahkan senyawa ester ftalat, ester adipat, dll. Residu dari bahan-bahan kimia tersebut berbahaya bagi kesehatan. VCM terbukti mengakibatkan kanker hati, senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf, senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal dan dapat mengakibatkan kanker paru, sedangkan senyawa ester ftalat dapat mengganggu sistem endokrin.

Badan POM telah melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap 11 jenis produk kemasan makanan dari plastik PVC dan hasilnya 1 jenis produk tidak memenuhi syarat karena kandungan logam berat Pb-nya mencapai 8,69 ppm. Jauh melebihi nilai maksimumnya yang diperbolehkan yaitu 1 ppm, ujar dr. Husniah.

Kepala Badan POM menghimbau masyarakat untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Umumnya kemasan PVC dapat dikenali dari logonya yang berupa segitiga dari anak panah, didalamnya ada angka 03, dan dibawah segitiga tersebut ada tulisan “PVC”. 2. Jangan menggunakan kemasan makanan dari PVC untuk makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.

Jangan Gunakan Kantong Plastik “Kresek” dan Plastik PVC untuk Wadah Makanan Siap Santap

Masyarakat diminta tidak menggunakan kantong plastik “kresek” dan plastik PVC sebagai wadah makanan siap santap, terutama yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas. Hal itu disampaikan Kepala Badan POM RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, Mkes, SpFK saat mengeluarkan public warning tentang kantong plastik “kresek” & plastik PVC dikantor Badan POM, Jakarta, Selasa (14/7/2009).

Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM terhadap kantong plastik “kresek” dikatakan bahwa kantong plastik berwarna-terutama yang berwarna hitam-kebanyakan merupakan produk daur ulang yang sering digunakan sebagai wadah makanan. Padahal dalam proses daur ulang, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas pestisida, kotoran hewan/manusia, limbah logam berat, dll. Selain itu dalam proses daur ulang juga seringkali ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah resiko bagi kesehatan. Badan POM menghimbau masyarakat agar tidak menggunakan kantong plastik daur ulang untuk wadah langsung makanan siap santap, ujar dr. Husniah.
Sedangkan mengenai plastik PVC, menurut dr. Husniah dalam proses pembuatannya ditambahkan penstabil seperti senyawa timbal (Pb), kadmium (Cd), timah putih (Sn) atau lainnya untuk mencegah kerusakan PVC. Bahkan agar lentur atau fleksibel, kadang-kadang ditambahkan senyawa ester ftalat, ester adipat, dll. Residu dari bahan-bahan kimia tersebut berbahaya bagi kesehatan. VCM terbukti mengakibatkan kanker hati, senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf, senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal dan dapat mengakibatkan kanker paru, sedangkan senyawa ester ftalat dapat mengganggu sistem endokrin.

Badan POM telah melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap 11 jenis produk kemasan makanan dari plastik PVC dan hasilnya 1 jenis produk tidak memenuhi syarat karena kandungan logam berat Pb-nya mencapai 8,69 ppm. Jauh melebihi nilai maksimumnya yang diperbolehkan yaitu 1 ppm, ujar dr. Husniah.

Kepala Badan POM menghimbau masyarakat untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Umumnya kemasan PVC dapat dikenali dari logonya yang berupa segitiga dari anak panah, didalamnya ada angka 03, dan dibawah segitiga tersebut ada tulisan “PVC”. 2. Jangan menggunakan kemasan makanan dari PVC untuk makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.

Solusi Buat Tunarungu

Posted from : depkes.go.id
Teknologi untuk mengatasi gangguan pendengaran semakin maju. Pada 7 Juli lalu, tim medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo berhasil melakukan implantasi koklea atau rumah siput yang pertama pada penderita tunarungu. Implantasi dilakukan selama 1,5 jam terhadap pasien laki-laki berusia 9 tahun.

"Pasien yang mengalami ketulian sejak lahir itu dapat kembali mendengar dengan baik," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSCM, dr. Julianto Witjaksono saat jumpa pers di Gedung A RSCM, 10 Juli 2009. Implantasi koklea adalah prosedur penanaman alat bantu dengar yang dilakukan melalui tindakan operasi pada tulang temporal. Operasi ini diperuntukkan bagi penderita tunarungu yang tidak tertolong dengan pemakaian alat bantu dengar biasa. Kerusakan pendengaran yang terjadi pada organ telinga luar (daun telinga) dan telinga tengah (gendang telinga) masih dapat ditolong dengan alat bantu dengar. Sedangkan kerusakan pada organ telinga dalam (koklea), hanya dapat ditolong dengan implantasi.

Koklea merupakan organ pendengaran yang berfungsi mengirim pesan ke syaraf pendengaran dan otak. Suara ditangkap daun telinga kemudian dikirim ke tulang pendengaran dan bergerak menuju koklea. Operasi koklea atau rumah siput merupakan tindakan menanam elektroda untuk organ pendengaran yang berisi saraf-saraf pendengaran yang terletak di telinga dalam. Elektroda inilah yang yang menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran.

Ketua Departemen THT RSCM dr. Ratna D Restuti menjelaskan, operasi koklea dapat dilakukan terhadap semua usia. "Namun pelaksanaan operasi pada pasien usia 2-3 tahun dapat memberikan hasil lebih optimal," ujarnya.

Karena alat ditanam, maka gendang telinga tetap utuh dan tidak menimbulkan reaksi atau efek samping yang menggangu, tambah dr. Ratna.

Di Indonesia berdasarkan data yang ada penderita gangguan pendengaran sejak lahir berkisar 0,1 persen dari populasi. Dengan operasi ini kualitas hidup anak penderita gangguan pendengaran sejak lahir dapat ditingkatkan, tambahnya.

Menurut dr Julianto, penanaman koklea sudah berkembang di sejumlah rumah sakit swasta di Jakarta sejak tahun 2002. Namun tenaga ahli yang melakukan operasi berasal dari FKUI.

Menurut staf ahli THT RSCM Prof. dr. Helmi Balfas, implantasi rumah siput di RSCM lebih murah dibanding harus operasi di luar negeri maupun rumah sakit lain di Indonesia selain RSCM. Karena di RSCM implantasi dilakukan dengan alat-alat yang sebagian dimiliki oleh negara dan di sisi lain Departemen THT RSCM FKUI juga adalah rumah sakit pendidikan.

Biaya yang diperlukan untuk implant koklea ini sebesar 22.000-26.000 dollar AS, dan belum termasuk biaya perawatan, operasi, obatan-obatan dan pemeriksaan.

Prof. Helmi menyebutkan, operasi implant koklea di RSCM tanggl 7 Juli lalu menelan biaya Rp 300 juta. “Ini lebih murah dibandingkan operasi di luar negeri,” kata Prof. Helmi Balfas.

Implantasi koklea ini melalui beberapa tahapan, seperti seleksi kandidat, yaitu penentuan terhadap pasien apakah layak dioperasi atau tidak. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan menyeluruh meliputi aspek medis, psikologis, dan sosial pasien. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi pendengaran, pemeriksaan radiology, laboratorium serta konsultasi dengan disiplin ilmu lain. Pasien yang sudah dioperasi memerlukan waktu sekitar 2 hari untuk pemulihan, setelah itu dilakukan rehabilitasi berupa latihan mendengar dan berbicara.

Solusi Buat Tunarungu

Posted from : depkes.go.id
Teknologi untuk mengatasi gangguan pendengaran semakin maju. Pada 7 Juli lalu, tim medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo berhasil melakukan implantasi koklea atau rumah siput yang pertama pada penderita tunarungu. Implantasi dilakukan selama 1,5 jam terhadap pasien laki-laki berusia 9 tahun.

"Pasien yang mengalami ketulian sejak lahir itu dapat kembali mendengar dengan baik," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSCM, dr. Julianto Witjaksono saat jumpa pers di Gedung A RSCM, 10 Juli 2009. Implantasi koklea adalah prosedur penanaman alat bantu dengar yang dilakukan melalui tindakan operasi pada tulang temporal. Operasi ini diperuntukkan bagi penderita tunarungu yang tidak tertolong dengan pemakaian alat bantu dengar biasa. Kerusakan pendengaran yang terjadi pada organ telinga luar (daun telinga) dan telinga tengah (gendang telinga) masih dapat ditolong dengan alat bantu dengar. Sedangkan kerusakan pada organ telinga dalam (koklea), hanya dapat ditolong dengan implantasi.

Koklea merupakan organ pendengaran yang berfungsi mengirim pesan ke syaraf pendengaran dan otak. Suara ditangkap daun telinga kemudian dikirim ke tulang pendengaran dan bergerak menuju koklea. Operasi koklea atau rumah siput merupakan tindakan menanam elektroda untuk organ pendengaran yang berisi saraf-saraf pendengaran yang terletak di telinga dalam. Elektroda inilah yang yang menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran.

Ketua Departemen THT RSCM dr. Ratna D Restuti menjelaskan, operasi koklea dapat dilakukan terhadap semua usia. "Namun pelaksanaan operasi pada pasien usia 2-3 tahun dapat memberikan hasil lebih optimal," ujarnya.

Karena alat ditanam, maka gendang telinga tetap utuh dan tidak menimbulkan reaksi atau efek samping yang menggangu, tambah dr. Ratna.

Di Indonesia berdasarkan data yang ada penderita gangguan pendengaran sejak lahir berkisar 0,1 persen dari populasi. Dengan operasi ini kualitas hidup anak penderita gangguan pendengaran sejak lahir dapat ditingkatkan, tambahnya.

Menurut dr Julianto, penanaman koklea sudah berkembang di sejumlah rumah sakit swasta di Jakarta sejak tahun 2002. Namun tenaga ahli yang melakukan operasi berasal dari FKUI.

Menurut staf ahli THT RSCM Prof. dr. Helmi Balfas, implantasi rumah siput di RSCM lebih murah dibanding harus operasi di luar negeri maupun rumah sakit lain di Indonesia selain RSCM. Karena di RSCM implantasi dilakukan dengan alat-alat yang sebagian dimiliki oleh negara dan di sisi lain Departemen THT RSCM FKUI juga adalah rumah sakit pendidikan.

Biaya yang diperlukan untuk implant koklea ini sebesar 22.000-26.000 dollar AS, dan belum termasuk biaya perawatan, operasi, obatan-obatan dan pemeriksaan.

Prof. Helmi menyebutkan, operasi implant koklea di RSCM tanggl 7 Juli lalu menelan biaya Rp 300 juta. “Ini lebih murah dibandingkan operasi di luar negeri,” kata Prof. Helmi Balfas.

Implantasi koklea ini melalui beberapa tahapan, seperti seleksi kandidat, yaitu penentuan terhadap pasien apakah layak dioperasi atau tidak. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan menyeluruh meliputi aspek medis, psikologis, dan sosial pasien. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi pendengaran, pemeriksaan radiology, laboratorium serta konsultasi dengan disiplin ilmu lain. Pasien yang sudah dioperasi memerlukan waktu sekitar 2 hari untuk pemulihan, setelah itu dilakukan rehabilitasi berupa latihan mendengar dan berbicara.

52 Korban Bom dirawat di 4 Rumah Sakit Jakarta

Tadi pagi (17/7/2009) sekitar jam 07.53 terjadi lagi ledakan bom di Hotel JW Marriot dan jam 07.56 di Ritz Carlton, Mega Kuningan Jakarta. Bom yang memporakporandakan lantai dasar hotel JW Marriot dan kerusakan di hotel Ritz Carlton mengakibatkan 52 orang luka berat dan ringan serta 9 orang meninggal dunia.


Demikian laporan permasalahan kesehatan akibat ledakan bom hotel Ritz Carlton dari Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Depkes tanggal 17 Juli 2009 sampai jam 11.00.

Dr. Rustam S. Pakaya, MPH, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes menyatakan korban luka berat saat ini dirawat di 4 rumah sakit Jakarta yaitu RS MMC, 36 orang, RS Jakarta 14 orang, dan masing-masing 1 orang di RS Pusat Pertamina dan RS Medistra.

Saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan Prov. DKI Jakarta, namun secara proaktif pemantauan terus dilakukan baik oleh PPK Regional DKI Jakarta maupun PPK Depkes.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Sumber: Depkes

Jangan Gunakan Kantong Plastik “Kresek” dan Plastik PVC untuk Wadah Makanan Siap Santap

Masyarakat diminta tidak menggunakan kantong plastik “kresek” dan plastik PVC sebagai wadah makanan siap santap, terutama yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas. Hal itu disampaikan Kepala Badan POM RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, Mkes, SpFK saat mengeluarkan public warning tentang kantong plastik “kresek” & plastik PVC dikantor Badan POM, Jakarta, Selasa (14/7/2009).


Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM terhadap kantong plastik “kresek” dikatakan bahwa kantong plastik berwarna-terutama yang berwarna hitam-kebanyakan merupakan produk daur ulang yang sering digunakan sebagai wadah makanan. Padahal dalam proses daur ulang, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas pestisida, kotoran hewan/manusia, limbah logam berat, dll. Selain itu dalam proses daur ulang juga seringkali ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah resiko bagi kesehatan. Badan POM menghimbau masyarakat agar tidak menggunakan kantong plastik daur ulang untuk wadah langsung makanan siap santap, ujar dr. Husniah.
Sedangkan mengenai plastik PVC, menurut dr. Husniah dalam proses pembuatannya ditambahkan penstabil seperti senyawa timbal (Pb), kadmium (Cd), timah putih (Sn) atau lainnya untuk mencegah kerusakan PVC. Bahkan agar lentur atau fleksibel, kadang-kadang ditambahkan senyawa ester ftalat, ester adipat, dll. Residu dari bahan-bahan kimia tersebut berbahaya bagi kesehatan. VCM terbukti mengakibatkan kanker hati, senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf, senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal dan dapat mengakibatkan kanker paru, sedangkan senyawa ester ftalat dapat mengganggu sistem endokrin.

Badan POM telah melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap 11 jenis produk kemasan makanan dari plastik PVC dan hasilnya 1 jenis produk tidak memenuhi syarat karena kandungan logam berat Pb-nya mencapai 8,69 ppm. Jauh melebihi nilai maksimumnya yang diperbolehkan yaitu 1 ppm, ujar dr. Husniah.

Kepala Badan POM menghimbau masyarakat untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Umumnya kemasan PVC dapat dikenali dari logonya yang berupa segitiga dari anak panah, didalamnya ada angka 03, dan dibawah segitiga tersebut ada tulisan “PVC”. 2. Jangan menggunakan kemasan makanan dari PVC untuk makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.

Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen di nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau melalui e-mail ulpk@pom.go.id dan uplkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website Badan POM, www.pom.go.id

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416 – 19 dan 021-52921669, atau melalui alamat e-mail: puskom.depkes@gmail.com dan puskom.publik@yahoo.co.id

Sumber: Depkes

Implan Koklea, Harapan Baru Bagi Tunarungu

Teknologi untuk mengatasi gangguan pendengaran semakin maju. Pada 7 Juli lalu, tim medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo berhasil melakukan implantasi koklea atau rumah siput yang pertama pada penderita tunarungu. Implantasi dilakukan selama 1,5 jam terhadap pasien laki-laki berusia 9 tahun.


"Pasien yang mengalami ketulian sejak lahir itu dapat kembali mendengar dengan baik," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSCM, dr. Julianto Witjaksono saat jumpa pers di Gedung A RSCM, 10 Juli 2009. Implantasi koklea adalah prosedur penanaman alat bantu dengar yang dilakukan melalui tindakan operasi pada tulang temporal. Operasi ini diperuntukkan bagi penderita tunarungu yang tidak tertolong dengan pemakaian alat bantu dengar biasa. Kerusakan pendengaran yang terjadi pada organ telinga luar (daun telinga) dan telinga tengah (gendang telinga) masih dapat ditolong dengan alat bantu dengar. Sedangkan kerusakan pada organ telinga dalam (koklea), hanya dapat ditolong dengan implantasi.

Koklea merupakan organ pendengaran yang berfungsi mengirim pesan ke syaraf pendengaran dan otak. Suara ditangkap daun telinga kemudian dikirim ke tulang pendengaran dan bergerak menuju koklea. Operasi koklea atau rumah siput merupakan tindakan menanam elektroda untuk organ pendengaran yang berisi saraf-saraf pendengaran yang terletak di telinga dalam. Elektroda inilah yang yang menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran.

Ketua Departemen THT RSCM dr. Ratna D Restuti menjelaskan, operasi koklea dapat dilakukan terhadap semua usia. "Namun pelaksanaan operasi pada pasien usia 2-3 tahun dapat memberikan hasil lebih optimal," ujarnya.

Karena alat ditanam, maka gendang telinga tetap utuh dan tidak menimbulkan reaksi atau efek samping yang menggangu, tambah dr. Ratna.

Di Indonesia berdasarkan data yang ada penderita gangguan pendengaran sejak lahir berkisar 0,1 persen dari populasi. Dengan operasi ini kualitas hidup anak penderita gangguan pendengaran sejak lahir dapat ditingkatkan, tambahnya.

Menurut dr Julianto, penanaman koklea sudah berkembang di sejumlah rumah sakit swasta di Jakarta sejak tahun 2002. Namun tenaga ahli yang melakukan operasi berasal dari FKUI.

Menurut staf ahli THT RSCM Prof. dr. Helmi Balfas, implantasi rumah siput di RSCM lebih murah dibanding harus operasi di luar negeri maupun rumah sakit lain di Indonesia selain RSCM. Karena di RSCM implantasi dilakukan dengan alat-alat yang sebagian dimiliki oleh negara dan di sisi lain Departemen THT RSCM FKUI juga adalah rumah sakit pendidikan.

Biaya yang diperlukan untuk implant koklea ini sebesar 22.000-26.000 dollar AS, dan belum termasuk biaya perawatan, operasi, obatan-obatan dan pemeriksaan.

Prof. Helmi menyebutkan, operasi implant koklea di RSCM tanggl 7 Juli lalu menelan biaya Rp 300 juta. “Ini lebih murah dibandingkan operasi di luar negeri,” kata Prof. Helmi Balfas.

Implantasi koklea ini melalui beberapa tahapan, seperti seleksi kandidat, yaitu penentuan terhadap pasien apakah layak dioperasi atau tidak. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan menyeluruh meliputi aspek medis, psikologis, dan sosial pasien. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi pendengaran, pemeriksaan radiology, laboratorium serta konsultasi dengan disiplin ilmu lain. Pasien yang sudah dioperasi memerlukan waktu sekitar 2 hari untuk pemulihan, setelah itu dilakukan rehabilitasi berupa latihan mendengar dan berbicara.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id

Sumber: Depkes

Bom Meledak di Mega Kuningan

Tadi pagi (17/7/2009) sekitar jam 07.53 terjadi lagi ledakan bom di Hotel JW Marriot dan jam 07.56 di Ritz Carlton, Mega Kuningan Jakarta. Bom yang memporakporandakan lantai dasar hotel JW Marriot dan kerusakan di hotel Ritz Carlton mengakibatkan 52 orang luka berat dan ringan serta 9 orang meninggal dunia. 
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Chrisnanda di Jakarta, Jumat (17/7), menjelaskan ledakan pertama terjadi di sebuah kafe Hotel JW Marriot pukul 07.41 WIB. Sedangkan ledakan kedua terjadi kafe Hotel Ritz Carltron pukul 07.51 WIB.

"Dua-duanya terjadi di kafe dan ledakan memang cukup besar," ujar Chrisnanda.

Ia mengaku belum mengetahui apakah ledakan menimbulkan lubang besar atau tidak. "Penyidik masih bekerja di TKP," tandasnya.

Ledakan kuat terjadi di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot, Mega Kuningan Jakarta. Ledakan terjadi sekitar pukul 07.40 WIB

ini beberapa foto lainnya


















Ledakan dahsyat itu terjadi di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carltron, Mega Kuningan, Jakarta, terjadi hanya dengan selang waktu 15 menit.

Demikian laporan permasalahan kesehatan akibat ledakan bom hotel Ritz Carlton dari Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Depkes tanggal 17 Juli 2009 sampai jam 11.00.
Dr. Rustam S. Pakaya, MPH, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes menyatakan korban luka berat saat ini dirawat di 4 rumah sakit Jakarta yaitu RS MMC, 36 orang, RS Jakarta 14 orang, dan masing-masing 1 orang di RS Pusat Pertamina dan RS Medistra.

Saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan Prov. DKI Jakarta, namun secara proaktif pemantauan terus dilakukan baik oleh PPK Regional DKI Jakarta maupun PPK Depkes.

16 Juli 2009

Masyarakat Dapat Mencegah Penularan Influenza A H1N1

Masyarakat mempunyai andil besar untuk ikut mencegah penularan influenza A H1N1, yaitu dengan perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, dan melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor, ke sekolah atau ke tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter.


Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat. Namun angka kematiannya sangat rendah yakni 0,4%.

Hal itu disampaikan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes tentang perkembangan kasus di Indonesia sampai tanggal 16 Juli 2009.

Untuk mencegah penyebarannya di Indonesia, upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan yaitu : penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).

Upaya lainnya berupa community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu perawatan di rumah sakit, tambah Prof. Tjandra.

Hari ini (16/07/09) kasus positif influenza A H1N1 bertambah lagi 15 kasus (4 laki-laki dan 11 perempuan) terdiri dari 2 WNA dan 13 WNI. Mereka berasal dari RS/Dinkes Jakarta 10 orang, dan masing-masing 1 orang dari Medan, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Bandung. Empat di antara mereka memiliki riwayat pergi ke luar negeri yaitu ke Malaysia (1 orang), Australia (2 orang), dan China (1 orang), kata Prof. Tjandra.

Dengan demikian, sampai tanggal 16 Juli 2009, secara kumulatif kasus positif influenza A H1N1 di Indonesia berjumlah 157 orang terdiri dari 81 laki-laki dan 76 perempuan. Data kasus berdasarkan tanggal pengumuman yaitu 24 Juni (2 kasus), 29 Juni (6 kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli (22 kasus), 14 Juli (26 kasus), dan tanggal 15 Juli (30 orang).

Tambahan kasus baru positif berasal dari RS/Dinkes Jakarta yaitu : Fi (Pr, 11), JA (Lk), Em (Pr, 4 th), Al (Pr, 8 th), HW (Lk, 31 th), NL (Pr, 44 th), CF (Pr, 23 th), HU (Lk, 38 th), AL (Pr, 7), dan Ep (Pr, 26 Th). Yang berasal dari RS/Dinkes Surabaya yaitu Ju (Pr, 47 th). Yang berasal dari RS/Dinkes Yogyakarta yaitu ED (Pr, 23 th). Yang berasal dari RS/Dinkes Medan yaitu YM (Pr, 20 Th). Yang berasal dari RS/Dinkes Bali yaitu St (Lk, 22 th). Yang berasal dari RS/Bandung yaitu Hi (Pr, 49).

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Sumber: Depkes

Masker wajib dipakai

TEMPO Interaktif, Tangerang - Pemerintah Kota Tangerang Selatan membagikan masker anti virus kepada semua petugas kesehatan yang ada diwilayah itu. Petugas kesehatan dari rumah sakit, Puskesmas, hingga Dinas Kesehatan akan dibagikan satu persatu masker jenis N95 itu. ”Ini masker anti virus,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, Dadang, hari ini.

Menurut Dadang, pemakaian masker itu penting untuk mengantisapasi penularan merebaknya virus flu babi yang sudah menulari tiga warganya. Tingginya aktifitas warga Tangerang Selatan yang berpergian keluar negeri membuat wilayah itu sangat rentan tertular virus itu. ”Kita tidak bisa mencegah mereka, jadi kita antisipasi dengan berbagai cara termasuk pemakaian masker,” katanya.

Hanya saja, kata Dadang, masker yang ada saat ini jumlahnya masih terbatas. Pihaknya telah meminta bantuan ke Departemen Kesehatan untuik mengirimkan masker itu dalam jumlah yang banyak. Masker N95 merupakan masker yang didesain khusus untuk penanganan virus H1N1 dan H5N1. Bentuknya seperti masker biasa, namun lebih tebal, tertutup dan kedap udara. ”Jadi apapun tidak bisa masuk kedalam masker itu ketika dipakai menutup mulut dan hidung,” kata Dadang.

Menurut dia, saat ini petugas kesehatan yang ada sudah diwajibkan menggunakan masker itu.

15 Juli 2009

Menkes Tolak Tawaran Vaksin Flu Babi

Sumber : vibizdaily.com

Menteri kesehatan, Siti Fadilah Supari, menolak saat ditawari "produk" vaksin flu babi. Selain obat flu lokal masih bisa diandalkan, vaksin flu babi yang ditawarkan juga belum diuji klinis.

"Saya sudah ditawari vaksin dari beberapa perusahaan tapi saya tolak, karena belum dilakukan uji klinis, selain itu di Indonesia tamin flu masih efektif tidak ada resisten," ujar Siti saat berbincang dengan wartawan di rumahnya, Jalan Denpasar No 15, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (14/7/2009).

Negara maju seperti Amerika, Siti menuturkan, sudah memesan vaksin flu babi dalam jumlah besar. Tinggal menunggu pengirimannya saja seusai uji klinis.

"Amerika sudah menyiapkan US$ 1 Juta untuk membeli vaksin flu babi, tapi sedang menunggu tahap uji klinis," tutur Siti.

Apabila wabah flu babi terus merabak, Siti akan melakukan langkah sama dengan yang diterapkan Departemen Kesehatan Amerika, melarang penderita flu babi keluar rumah. Dengan cara ini pasien dapat dirawat intensif sampai sembuh, tanpa menularkan ke orang lain.

"Kalau sudah terlalu banyak penderita dan kita sudah tidak kuat lagi membantu, kita niru Amerika saja, siapa yang sakit duduk di rumah memakai masker dan tidak usah jalan-jalan ke mal," kata Siti.

Siti yakin sekali virus flu babi segera dapat ditangani. Siti mengaku pihaknya terus berusaha keras memberantas wabah flu babi.

"Virus ini tidak terlalu berbahaya, mudah-mudahan angka kematiannya rendah. Kita fokuskan kepada jajaran kesehatan untuk membantu sebisa kita,"tegasnya.(as/AS/dtc)

Depkes Tangani Korban Longsor Bogor

Posted from : depkes.go.id
Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor pada tanggal 10 Juli telah terjadi tanah longsor pukul 05.00 WIB di Desa Palasari Kampung Cijeruk RT.01 RW.04 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Akibat kejadian tersebut mengakibatkan : korban meninggal sebanyak 5 (lima) orang, korban luka berat 2 (dua) orang dirawat di Rumah Sakit PMI Bogor dan luka ringan sebanyak 9 (sembilan) orang, dan tidak terjadi pengungsian.

Upaya yang dilakukan antara lain : evakuasi korban, memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PMI Bogor daN Puskesmas Cijeruk, dan pemantauan di lokasi bencana.

Saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan setempat. Pemantauan tetap dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Pusat Penanggulangan Krisis Depkes.

Walau Angka Kematian Rendah Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Meskipun angka kematian influenza A H1N1 di dunia sangat rendah yakni 0,4%, namun penularannya sangat cepat. Karena itu masyarakat dihimbau tetap waspada dan senantiasa membiasakan pola hidup bersih dan sehat diantaranya mencuci tangan dengan sabun, dan melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila ada gejala Influenza gunakan masker dan tidak ke kantor, ke sekolah atau ke tempat-tempat keramaian dan istirahat di rumah selama 5 hari. Apabila flu dalam 2 hari tidak membaik segera ke dokter.


Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) ketika memimpin Rapat Koordinasi Tim Kesiapsiagaan Penanggulangan Influenza A H1N1 di Depkes Jakarta siang tadi, 15/72009.
Menurut Menkes, kematian yang terjadi pada pasien positif influenza A H1N1 pada umumnya disebabkan karena penyakit lain yang menyertainya seperti orang dalam kondisi lemah, sakit pernafasan, HIV/AIDS, lanjut usia (lansia) serta Balita dengan gizi kurang.

Kendati demikian, untuk mencegah penyebaran influenza A H1N1 yang lebih luas di Indonesia upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan yaitu: penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).

Upaya lainnya berupa community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu diadakan surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu perawatan di rumah sakit, tambah Menkes.

Berkaitan dengan meningkatnya jumlah pasien suspek, Menkes mengharapkan rumah sakit swasta yang merawat pasien suspek influenza H1N1 tidak memindahkan pasien atau merujuk ke RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso atau RS Persahabatan. Perawatan pasien influenza A H1N1 di Jakarta akan dilakukan di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, sedangkan RS Persabatan khusus untuk merawat pasien flu burung (H5N1), ujar Menkes.

Tambahan kasus hari ini sebanyak 30 orang terdiri 14 laki-laki dan 16 perempuan, yaitu : Ad (L), An (P), Ir (L), Ha (P), Au (P), Di (P), RR (L), Hi (L, 66 th), KR (P, 38 th), Mi (P, 19 th), KA (L, 41 th), VL (P, 5 th), SB (P, 25 th), NF (P, 2 th), Al (L, 5 th), ZX (L, 21 th), GP (L, 26 th), IH (P, 17 th), AR (L, 2,7 th), PU (P, 25 th), Yo (L, 7 bl), Br (L, 20 th), JJ (L, 7 th), MR (L), La (P, 24 th), HK (L, 18 th), LH (P, 18 th), EP (P, 34 th), AM (P, 8 th), NS (P, 30 th). Ke-14 kasus baru tersebut adalah WNI 26 orang dan WNA 4 orang. Riwayat perjalanan ke luar negeri 4 orang yaitu Singapura dan Amerika (3 orang).

Sampai tanggal 15 Juli 2009, secara kumulatif kasus influenza A H1N1 positif di Indonesia berjumlah 142 orang terdiri dari 77 laki-laki dan 65 perempuan. Data kasus berdasarkan tanggal pengumuman yaitu 24 Juni (2 kasus), 29 Juni (6 kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli (22 kasus) dan tanggal 14 Juli (26 kasus).

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faxs: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id

Sumber: Depkes

12 Juli 2009

13 WNI di Korea Positif Terjangkit Influenza H1N1

Tiga belas WNI peserta World Choir Championship (WCC) 2009 positif terjangkit Influenza A H1N1 di Seoul, Korea Selatan setelah 3 hari berada di negeri ginseng untuk mengikuti perlombaan paduan suara tingkat dunia. Tanggal 7 Juli 2009 rombongan paduan suara Indonesia tiba di Korea Selatan guna mengikuti acara yang digelar sampai 17 Juli 2009 di Kota Changwon City, Korea Selatan.

Peserta WWC asal Indonesia berjumlah 336 orang terdiri 9 grup paduan suara dari 12 grup yang direncanakan hadir, yaitu Paduan Suara (PS) Interna Jog’s Voice Yogyakarta (32 orang); PSM Universitas Hasanuddin Makassar (32 orang); Bitung City Chorale (43 orang); Vocafista Angels (51 orang); PSM Universitas Negeri Manado (34 orang); Elfa Music School (83 orang); Gorontalo Inovasi Choir (34 orang); PS Timutiwa (32 orang); dan Riau Female Choir (25 orang).
Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) yang didampingi Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS, Dirjen P2PL Depkes saat jumpa pers di rumah dinasnya, Jl. Denpasar Jakarta, tanggal 12/7/2009.

Menurut informasi yang diperoleh dari Koordinator Paduan Suara asal Indonesia pada 11/7/2009, dari 9 grup terdapat 283 orang dari 7 grup paduan suara yang sedang menjalani proses karantina di Inje University dan Masan University di Kota Masan. Sedangkan 83 orang sisanya dari grup Interna Jog’s Voice dan Vocalista Angels Yogyakarta dinyatakan bebas dari dugaan virus H1N1, ujar Dr. Siti Fadilah Supari.

Berdasarkan hasil pemeriksaaan lebih lanjut di laboratorium Korean Centers for Disease Control and Prevention (KCDC), dari peserta yang menjalani proses karantina tersebut terdapat 13 orang positif influenza A H1N1 terdiri dari 10 orang dari Elfa Music School, 2 orang dari Gorontalo Inovasi Choir, dan 1 orang dari Riau Female Choir.

Ketiga belas pasien positif H1N1 tersebut telah dipindahkan dari tempat penginapan ke rumah sakit khusus penderita H1N1 di sekitar Masan. Mereka akan menjalani karantina selama 5-7 hari. Menkes minta kepada keluarganya di tanah air untuk bersabar karena hal itu sudah menjadi ketentuan internasional. Setelah mereka dinyatakan negatif akan diperbolehkan pulang, ujar Menkes.

Mereka yang menjalani proses karantina maupun yang sudah dinyatakan positif influenza A H1N1, kondisinya baik-baik saja. Hingga saat ini KBRI di Seoul masih terus melakukan kontak intensif dengan pihak penyelenggara untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut, ujar dr. Siti Fadilah.

Menkes berharap seluruh keluarga di tanah air tidak usah khawatir, karena mereka kondisinya baik-baik saja. Bahkan mereka masih bisa berlari-lari dan bernyanyi-nyanyi. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Depkes, Deplu, KBRI terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Korea Selatan dan Kedubes Korea di Jakarta guna memantau perkembangan mereka.

Menkes menambahkan, KBRI telah berkoordinasi dengan PT. Garuda Indonesia di Seoul untuk mengevakuasi 83 orang peserta yang telah dinyatakan bebas dari virus H1N1 tersebut. Menurut informasi dari General Manager Garuda Indonesia Seoul, PT Garuda Indonesia telah menyediakan pesawat khusus Boeing 747 untuk menerbangkan peserta tersebut ke Indonesia tanggal 12 Juli 2009 pk. 10.00 waktu setempat dan tiba di Denpasar jam 15.25 WITA.

Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes menegaskan bahwa saat ini di Indonesia sudah terdapat 64 kasus positif influenza A H1N1, terdiri dari 43 laki-laki dan 21 perempuan. Mereka adalah WNI maupun WNA tetapi sebagian besar tertular di luar negeri.