04 November 2009

Minum Susu Justru Sebabkan Osteoporosis?

JJiiiaaahhh... ternyata susu itu????

Jakarta-Kompas.com, Hari Osteoporosis Nasional 2009 diperingati ribuan warga di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, tanggal 25 Oktober lalu. Sebagai sebuah event, acara itu cukup berhasil menarik perhatian, yang tentu tidak lepas dari peran sebuah perusahaan swasta yang memasarkan produk susu, terutama untuk orang dewasa.




Acara itu juga seolah-olah merupakan antitesis atau sanggahan terhadap pendapat bahwa minum susu terlalu banyak justru menyebabkan osteoporosis. Pendapat yang terakhir ini tercantum dalam buku best seller karya Prof dr Hiromi Shinya, The Miracle of Enzyme-Self-Healing Program, yang tahun 2008 telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan Qanita, anak perusahaan Mizan.

Hingga tahun ini, buku itu telah mengalami cetak ulang beberapa kali. Tak kurang dari pengusaha Ciputra amat memercayai isi buku itu, sampai pernah mengadakan seminar untuk warga usia lanjut di rumahnya dengan pembicara seorang dokter yang menguraikan pokok-pokok isi buku Shinya.

Dalam bukunya itu, Shinya yang guru besar kedokteran Fakultas Kedokteran Albert Einstein di Amerika Serikat menulis demikian: ”Satu miskonsepsi umum yang terbesar mengenai susu adalah bahwa susu membantu mencegah osteoporosis. Oleh karena jumlah kalsium dalam tubuh kita berkurang seiring dengan usia, kita diberi tahu untuk minum susu yang banyak untuk mencegah osteoporosis. Namun, ini adalah sebuah kesalahan besar. Minum susu terlalu banyak sebenarnya menyebabkan osteoporosis.”

Apa argumen Shinya terhadap pendapatnya yang ”melawan” pendapat umum ini, termasuk sebagian dokter ahli gizi klinik? Menurut Shinya, kadar kalsium dalam darah manusia biasanya terpatok pada 9-10 mg. ”Namun, saat minum susu, konsentrasi kalsium dalam darah Anda tiba-tiba meningkat. Walaupun sepintas lalu hal ini mungkin terlihat seperti banyak kalsium telah terserap, peningkatan jumlah kalsium dalam darah ini memiliki sisi buruk. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat, tubuh berusaha untuk mengembalikan keadaan abnormal ini menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine,” demikian pendapat Shinya.

Ia menambahkan, ”Jika Anda mencoba minum susu dengan harapan mendapatkan kalsium, hasilnya sungguh ironis, yaitu menurunnya jumlah kalsium dalam tubuh Anda secara keseluruhan. Dari empat negara susu besar—Amerika, Swedia, Denmark, dan Finlandia—yang banyak sekali mengonsumsi susu setiap hari, ditemukan banyak kasus retak tulang panggul dan osteoporosis.”

Masuk akal

Menanggapi pendapat Shinya ini, pakar gizi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr Waloejo Soerjodibroto, ketika dihubungi menyatakan bahwa pendapat tersebut masuk akal. Waloejo mengaku belum membaca buku Shinya, tetapi ia belum yakin bahwa kadar kalsium yang berlebih akibat asupan minum susu justru akan mendorong pembuangan kalsium dari ginjal melalui urine, termasuk kalsium dari massa tulang. ”Betapapun susu adalah sumber protein sehingga dalam konteks yang benar, susu tetap berguna untuk tubuh,” katanya.

Walaupun demikian, Waloejo setuju dengan sebagian pendapat Shinya bahwa susu sapi memang paling cocok untuk anak sapi, bukan untuk anak manusia, apalagi manusia dewasa. ”Dalam perkembangan masyarakat modern, air susu ibu diganti oleh susu formula atau pengganti air susu ibu supaya kaum ibu bisa aktif bekerja. Manusia punya otak untuk merekayasa, termasuk menciptakan pengganti air susu ibu yang mendekati atau mirip air susu ibu, walaupun tak bisa sama persis,” tambahnya.

Kita tentu ingat slogan gizi ”Empat Sehat, Lima Sempurna” yang diciptakan tokoh gizi nasional, almarhum Prof dr Poorwosoedarmo, sekitar empat dekade lalu, yang menyebutkan bahwa konsumsi susu ”menyempurnakan” empat komponen makanan lainnya (karbohidrat, protein dan lemak nabati/hewani, sayur, dan buah-buahan). Menurut Waloejo, slogan itu bagus dan amat berguna pada masa tahun 1960-an ketika kondisi gizi masyarakat Indonesia masih kurang baik karena memberikan panduan yang mudah diingat masyarakat awam.

”Namun, kini kita dapat mempertanyakan, apakah benar tanpa susu asupan gizi kita kurang sempurna. Panduan ini kemudian diganti dengan istilah ’menu seimbang’ (balanced diet), yang sebenarnya juga tidak pas. Yang benar untuk konteks Indonesia adalah giza atau gizi lengkap (wholesome diet). Semua komponen ada, tidak kelebihan, tidak kekurangan,” tutur Waloejo.



5 komentar:

Anonim mengatakan...

Menarik juga pendapat Shinya ini, tapi perlu dibuktikan juga secara medis dan ilmiah tentang analisisnya ini, bisa jadi demikian. kalo kita cermati boleh jadi osteoporosis juga tdak hanya akibat banyaknya minum susu bisa jadi faktor usia juga mempengaruhinya.

I-wayan-purba mengatakan...

Terus bagaimana dong solusinya, padahal selama ini kita semua sepakat kalo susu dapat dijadikan sebagai barang utk mencegah osteoporosis.

Unknown mengatakan...

Daripada bingung-bingung hidup yang normal-normal aja, makan dan minum sekedarnya saja sesuai dengan kebutuhan tubuh dan yang paling penting adalah menyempatkan olahraga minimal 10 menit setiap hari. Udah dech gak usah minum susu gak apa-apa itung-itung irit uang saku apalagi susu mahal.

Tjut-Nurimah mengatakan...

Bagaimana mau sehat jika kita gak mampu mempersehat tubuh kita. Kalo sekedar makan minum saja belm tentu sehat jadinya malah penyakit mudah datang. Mestinya harus diperjelas kriteria makan dan minum sekedarnya tersebut, apakah ada kandungan gizinya nggak. Mau sehat kok hemat susah bro.....

yunita nining mengatakan...

Ironis sekali ternyata susu bisa menyebakan osteoporosis, bukankah kita mesti mengkonsumsi makanan dan minuman berkalsium tinggi? atau lebih terangnya saat tubuh kita menerima asupan minuman susu berkalsium tinggi maka tingkat kalsium pada darah juga meningkat secara drastis, selanjutnnya peningkatan tdk normal ini menyebabkan tubuh juga menyesuaikan dengan membuang kalsium secara drastis melalui saluran ginjal dan urine dan yg terjadi malah kalsium jadi terbuang dong.

Posting Komentar