04 November 2009

Obat Panas Bikin Vaksin Lemas

Setahun lalu, Putri, 2 tahun, mendapat vaksin difteri pertusis tetanus (DPT) dari dokter di Rumah Sakit Budi Jaya, Jalan Dr Sahardjo, Jakarta Selatan. Lalu sang dokter menyarankan ibunya, Lia, 27 tahun, memberi Putri parasetamol jika tubuhnya panas--setelah vaksinasi.
Parasetamol kembali menjadi perbincangan setelah adanya sebuah penelitian di Cek belum lama ini. Studi itu menemukan fakta bahwa pemberian parasetamol pada bayi setelah vaksinasi bisa menurunkan efektivitas imunisasi.


Studi itu mengambil sampel 450 bayi. Separuh dari bayi-bayi itu diberi vaksin penyakit pneumokokus, haemophilus influenzae type b, DPT, batuk rejan, hepatitis B, polio, dan rotavirus. Mereka diberikan tiga dosis parasetamol setiap 6-8 jam selama 24 jam. Sedangkan separuh lainnya tidak diberikan parasetamol.

Ditemukan bahwa 42 persen anak dari kelompok yang diberikan parasetamol mengalami peningkatan suhu di atas 38 derajat Celsius setelah mendapat vaksin awal. Sementara itu, pada kelompok yang tidak mendapat parasetamol, yang mengalami demam tinggi di atas 38 derajat Celsius sebesar 66 persen.Memang persentase demam anak yang diberikan parasetamol lebih rendah. Tapi, menurut pemimpin studi itu, Profesor Roman Prymula, antibodi mereka lebih rendah dan respons kekebalan tubuh dari vaksin diketahui tidak begitu baik. Jadi pemberian parasetamol lebih banyak ruginya ketimbang manfaatnya.

Para peneliti memperkirakan kandungan parasetamol telah mengganggu respons sel kekebalan untuk vaksin. "Memang relevansi klinis dari temuan imunologi ini tidak diketahui dan memerlukan penilaian lebih lanjut," tutur profesor Prymula seperti dilansir BBC.
Yang jelas, rekomendasi parasetamol pada saat vaksinasi tidak lagi secara rutin disarankan tanpa pertimbangan manfaat dan risikonya. Ahli imunisasi anak dari Rumah Sakit Great Ormond Street, Inggris, Dr David Elliman, mengaku tidak mengerti bagaimana bisa dokter banyak memberikan parasetamol setelah vaksinasi.

"Saya selalu menasihati orang tua bahwa itu tidak perlu," kata Elliman.
Elliman memperkuat penelitian di atas. Menurut dia, memberikan parasetamol sebelum dan sesudah vaksin sebetulnya tidak terlalu disarankan karena tidak banyak bermanfaat serta data menunjukkan bahwa hal itu malah merugikan.

Namun, Profesor Aine McKnight dari Barts dan London School of Medicine and Dentistry berpendapat, untuk mengungkap efek penuh parasetamol, apakah mengurangi efektivitas vaksin atau tidak, diperlukan lagi banyak penelitian.

Sementara itu, Dr Sudjatmiko, Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, mengatakan sebenarnya memang tidak diperlukan parasetamol lagi setelah diberi vaksin. Sebab, sebagian besar vaksin sekarang memang sudah tidak bikin demam panas lagi. Namun, masih ada yang menggunakan jenis vaksin yang bisa menimbulkan demam.

Walaupun ada yang demam, sesungguhnya persentasenya sangat kecil. Hal tersebut dipengaruhi oleh respons tubuh masing-masing anak. Ia menekankan, orang tua jangan selalu berasumsi jika anak demam sebagai akibat dari vaksin. Dan jika anak mengalami demam, menurut spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu, bisa saja menurunkannya dengan mengompres menggunakan air hangat--meski proses bekerjanya memang sangat lama.


Sumber: www.tempointeraktif.com



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Parasetamol memang ampuh untuk penurun panas setelah balita di imunisasi, tapi terkadang juga banyak efek yg timbul misalnya anak banyak tertidur lama mungkin ini akibat kandungan obat tidur dalam parasetamil.

Posting Komentar