04 November 2009

650.000 Anak Mengidap Diabetes

SURABAYA, KOMPAS.com - Sekitar 650.000 anak Indonesia mengidap diabetes mellitus tipe 2. Gaya hidup tidak sehat dan tidak seimbang memicu peningkatan jumlah diabetes mellitus di Indonesia.

Ketua Pusat Diabetes dan Nutrisi (PDN) RSU Dr Soetomo Surabaya Askandar Tjokroprawiro mengatakan, Departemen Kesehatan mencatat sedikitnya 13 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes mellitus (DM). Lima persen di antaranya atau sekitar 650.000 orang masih anak-anak, yang umumnya mengidap DM tipe 2. ”DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat sehingga menyebabkan resistensi insulin,” jelas Askandar, Selasa (3/11).

Saat ini, DM tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak ditemukan. ”Jika dulu DM tipe 2 dihubungkan dengan usia lanjut, sekarang dapat menyerang sejak usia anak-anak, remaja, dan usia dewasa. Anak-anak sekarang yang banyak makan makanan tidak sehat dan kurang bergerak rawan mengidap DM tipe 2,” tuturnya.

Orangtua harus memerhatikan kebiasaan makan dan aktivitas fisik anaknya di rumah. Selain itu, orangtua juga harus memerhatikan perkembangan berat badan anaknya. Anak yang terindikasi menderita DM biasanya sering cepat lapar dan haus, buang air kecil banyak, dan berat badannya tidak pernah naik. ”Kalau melihat gejala-gejala itu harus hati-hati. Coba ajak anak untuk memeriksa kadar gula darahnya. Kadar gula darah yang normal pada anak sama dengan kadar gula yang normal bagi orang dewasa, yakni berkisar 100-140 mg/dl,” Askandar menjelaskan.

Peneliti pada PDN, Agung Pranoto, mengatakan, peningkatan jumlah pengidap DM cukup tinggi. Secara nasional, rata-rata pengidap naik 5,7 persen. Namun, di beberapa kota besar seperti Jakarta, peningkatan jumlah pengidap bisa mencapai 12 persen per tahun. ”Kondisi ini memprihatinkan karena angka kematian akibat diabetes cukup tinggi. Di seluruh dunia, rata-rata enam orang meninggal setiap menit akibat komplikasi diabetes,” kata Agung.

Bahkan, ada kemungkinan jumlah penderita DM di Indonesia lebih banyak dari yang terdata di Departemen Kesehatan.

Askandar juga mengungkapkan, pengidap DM rawan terkena osteoporosis. Kadar gula yang tinggi pada darah memacu hormon yang mengurangi tingkat kepadatan tulang. Jika dibiarkan, penderita DM akhirnya akan terkena osteoporosis dan mudah patah tulang.



8 komentar:

zein.cc@hotmail.com mengatakan...

13 Juta adalah angka yang tidak sedikit untuk penduduk Inonesia yang mengidap DM apalagi 650 ribu diantara mereka adalah anak-anak, mengerikan karena mereka adalah penerus bangsa Indonesia yang lebih sehat.

yongky@windowslive.com mengatakan...

Begitu parakah kualitas kesehatan generasi kita. penyakit yang biasa mengidap pada orang dewasa ternyata mengancam kesegala usia bahkan anak kecilpun.

stanza26@hotmail.com mengatakan...

Pemerintah sudah cukup maksimal mempromosikan tentang pola makan dan hidup yang sehat.
Tapi itu semua percuma bila kita sendiri tidak menerapkan pada keluarga kita.

yunita nining mengatakan...

semakin tdk terkontrolnya pola hidup masyarakat kita sekarang ini membuat penyakit dengan mudah datang,fenomena anak2 yang terkena DM ini menunjukkan banyak makanan yg disantap anak2 jauh dari standar makanan sehat.

Anonim mengatakan...

yang perlu diwaspadai adalah gejala awal DM pada anak ini, dimana orang tua harus membatasi kegemukan pada anaknya, di samping tetap mengawasi kebiasaan makan yg diasup dan keseimbangan berat badannya.

Anonim mengatakan...

yang perlu diwaspadai adalah gejala awal DM pada anak ini, dimana orang tua harus membatasi kegemukan pada anaknya, di samping tetap mengawasi kebiasaan makan yg diasup dan keseimbangan berat badannya.

kurniasih mengatakan...

orang tua harus senantiasa memperhatikan anak-anaknya, tidak bisa anak hanya diserahkan kepada pembantu, tanpa perhatian orang tua. sesibuk apapun orang tua harus memperhatikan perkembangan anak-anaknya terutama kesehatannya.

Anonim mengatakan...

negara yang sehat diawali oleh keluarga yang sehat. bagaimana negara menjadi sehat kalau anak-anak kita banyak yang terjangkit DM. nalo...

Posting Komentar