26 Nov 2009
Menteri Agama RI, Suryadarma Ali mengingatkan kepada seluruh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk mencermati puncak ibadah haji, yaitu Wukuf di Arafah. Menurut pengalamanya, saat Wukuf banyak tututan dari jamaah haji. Hal ini terjadi karena belum semua jamaah mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungan baru. Sementara mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari kebiasaan hidup, karakteristik, keinginan, kesiapan menghadapi masalah dan berada dalam lingkungan yang berbeda dengan di Tanah Air. Untuk menghadapi kondisi seperti ini, maka senjata yang ampuh “ tingkatkan kesabaran”.
Hal ini disampaikan Suryadama pada Malam Ta’aruf Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, 23 November 2009, di Arab Saudi.
Dengan kesabaran yang tinggi, petugas mampu menerima kekecewaan jamaah, sambil melakukan koreksi dan memperbaiki kekurangan yang terjadi. Walau sudah bekerja selama 24 jam tetap saja ada kekurangan. Oleh sebab itu ‘tingkatkan kesabaran dan kecermatan dalam bekerja”, tegas Menag.
Dalam sambutannya, Wakil Duta Besar Arab Saudi, Sukanto mengatakan baik buruknya pelayanan haji sangat ditentukan oleh kinerja PPIH yang berada di luar negeri, karena mereka menjadi front terdepan dalam pelayanan. Oleh sebab itu, Sukanto mengajak agar seluruh panitia bekerja yang seoptimal mungkin, sehingga jamaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan tenang dan nyaman.
Lebih lanjut Sukanto mengingatkan agar petugas menempatkan diri sebagai pelayan dan hindari menjadi pihak yang minta dilayani. Laksanakan tugas dengan tulus dan ikhlas semata untuk beramal mengaharap Ridha Allah. Ia juga meminta kepada media untuk menyadikan berita yang berimbang, yaitu lebih banyak memberitakan informasi yang sejuk, sehingga dapat menambah ketenangan jamaah maupun keluarga di tanah air.
Pertemuan Malam Ta’aruf ini dihadiri Seluruh PPIH Ketua dan Anggota Komisi VIII DPR. RI, Ketua DPD RI, Sesjen Depkes, Direktur Sepimkesma P2PL Depkes, Sesjen Depag, Wakil Duta Besar Arab Saudi, Dirjen Haji dan Umrah Depag, Anggota BPK dan para Ketua Kloter dan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).
Ketua Teknis Urusan Haji (TUH) Arab Saudi, Sachroji menjelaskan saat ini jamaah haji yang sudah tiba di Arab Saudi 478 kloter dengan total jamaah 209. 819 orang yang terdiri dari 191.744 jamaah biasa, 17.030 jamaah khusus dan jamaah haji non kuota 1.045 orang. Sedangkan tenaga petugas haji 3800 orang terdiri dari petugas kloter 2375 orang, non kloter 865 orang dan tenaga musiman 560 orang. Sampai saat ini jumlah jamaah haji yang meninggal 94 orang, dalam perawatan 145 orang dan rencana pasien yang akan melakukan safari wukuf 150 orang.
Selanjutnya Sachroji mengatakan, PPIH saat ini telah melakukan pelayanan umum, bimbingan ibadah dan pelayanan kesehatan, ketiganya dapat berjalan “cukup baik”, imbuhnya.
Kepada ketua Kloter dan petugas haji diminta menyampaikan kepada jamaah haji tidak melontar jumrah pada waktu larangan. Waktu larangan itu, tanggal 10 Zulhijah, waktu sholat dhuha (pukul 08.00-12.00), tanggal 11 Zulhijah, waktu dzuhur sampai ashar dan tanggal 12 zulhijah, waktu dzuhur – ashar. Hal ini harus dihindari, karena waktu terbut bukan saatnya jamaah haji Indonesia melontar Jumrah. Bila memaksakan diri dikhawatirkan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tegasnya.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.
4 komentar:
Kesempurnaan ibadah haji tentu menjadi dambaan setiap ornag yang menjalankannya, saya sepakat dengan pernyataan Menteri Agama tsb. Dengan kesabaran yang ditunjukkan petugas kita pada saat wukuf berarti pelayanan petugas haji selama menjalankan proses ibadah haji harus maksimal dilakukan.
Di samping kesabarang yang perlu ditunjukkan para petugas pendamping haji di tanah suci, profesionalitas kerja mutlak dibutuhkan dalam pelayanan kepada para jamaah haji kita. masih banyaknya petugas haji yang belum sepenuhnya mengerti tugas yang harus diberikan juga sangat berpengaruh thd pelaksanaan ibadah haji ini. akibatnya tidak jarang para jamaah haji terutama yang berusia lanjut mengalami kesulitan meminta tolong ketika menemukan kendala dalam ibadah haji.
Masih banyaknya jamaah haji yang kurang memahami prosesi penyelenggaraan ibadah haji juga perlu pendampingan yang maksimal, mengingat ibadah haji yang diikuti jutaan orang dari segala penjuru dunia bukan pekerjaan ringan bagi petugas pendamping jamaah haji, banyak permasalahan teknis yang tidak bisa ditanggulangi jika tidak ada kerja sama yang baik antar petugas haji di lapangan.
Kompleksitas teknis ibadah haji memang sdh menjadi permasalahan rutin tiap tahun, Depag sdh saatnya membenahi persoalan tersebut dengan meningkatkan kualitas pelayanannya kepada para jamaah haji baik ketika akan berangkat maupun setelah sampai dan selama pelaksanaan ibadah haji berlangsung. Agaknya yang penting untuk diperhatikan adalah sejauh mana mentalitas petugas pendamping haji manakala menghadapi bermacam persoalan teknis ibadah haji ini.
Posting Komentar