22 Oktober 2009

Pengungsi Sukamanah Kesulitan Air Bersih dan Terserang Penyakit

BANDUNG, KOMPAS.com - Nasib 4.174 pengungsi korban gempa Jawa Barat asal Desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, yang masih bertahan di tenda pengungsian masih belum jelas. Sementara realisasi bantuan dari pemerintah pusat untuk renovasi rumah mereka yang rusak akibat gempa tidak kunjung jelas, pengungsi kini harus menghadapi serangan penyakit dan kesulitan air bersih.

"Saya sudah tidak betah tinggal di tenda pengungsian. Kalau di siang hari rasanya panas dan kalau malam hari dingin sekali. Saya juga was-was setiap malam karena takut angin kencang merobohkan tenda," kata Deti (26), ibu rumah tangga yang sudah lebih 1,5 bulan ini tinggal bersama suami dan tiga anaknya di tenda pengungsian.

Berlama-lama tinggal di tenda pengungsian dirasa memberatkan pengungsi. Alasannya, kondisi lingkungan di tenda pengungsian juga kurang sehat. Banyak pengungsi anak-anak maupun dewasa yang terserang penyakit gatal-gatal dan diare. "Air di sini warnanya kekuningan. Anak saya berkali-kali mencret," ujar Deti. Lilis (39), pengungsi lainnya juga mengeluhkan anak lelakinya yang gatal-gatal selama mengungsi.

Air bersih di tempat pengungsian sering kali habis, sehingga warga harus mengambil air dari keran milik Perkebunan teh Malabar yang lokasinya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi pengungsian. Meskipun air berwarna dan tidak sehat, pengungsi terpaksa mengonsumsinya.

Bau tidak sedap di lokasi pengungsian juga amat mengganggu pengungsi. Bau itu bersumber dari selokan pembuangan air kotor yang dibuat di tepian masing-masing tenda pengungsi. Selokan itu menampung sisa air kotor pengungsi dari kegiatan memasak, bah kan mencuci pakaian.

"Banyak juga pengungsi yang seenaknya buang air kecil di selokan itu karena kondisi gelap dan toilet umum cukup jauh," kata Asep Rohman (31), pengungsi yang sehari-harinya bekerja sebagai petani sayuran.

Pengungsi juga mengeluhkan banyaknya nyamuk di tenda pengungsian akibat kubangan air kotor yang tidak mengalir dengan baik.




6 komentar:

Anonim mengatakan...

kasihan benar para korban gempa di bandung ini, mestinya pemerintah lbh memperhatikan nasibnya setelah musibah ini terjadi, nyatanya sampa hari ini msh tetep tinggal di pengungsian.

raz_florena mengatakan...

seharusnya Pemda setempat memberi bantuan renovasi tempat tinggal bagi korban gempa yg msh di penampungan, bagaimanapun tinggal di pengungsian terlalu lama jg akan semakin membuat para pengungsi sengsara.

Anonim mengatakan...

sampai kapan rakyat kita menderita akibat terkena bencana, sampai skr saja mereka masih perlu bantuan utk memulai kehidupannya, pemerintah dan masyarakat yg mampu seharusnya lebih peduli lagi thd penderitaan saudara kita ini.

Anonim mengatakan...

Air bersih tentu sangat dibutuhkan sekali bagi korban gempa ini, masak pemerintah tdk bisa mengusahakan tersediaanya air bersih ....apa susahnya mendatangkan atau minimal membuat saluran air bersih ini, padahal anggaran pemerintah utk pos bencana pasti ada.

Anonim mengatakan...

kondisi memprihatinkan seperti ini menunjukkan pemerintah dan masyarakat setempat tdk lagi menjadikan kesulitan para korban gempa ini mjd permsalahan serius

Anonim mengatakan...

sampai kapan lagi saudara kita yg kena gempa ini bs bangkit kembali menata hidupnya kalo pemerintah seolah gak mau tau kesulitan yg dialaminya skrng

Posting Komentar