18 Desember 2009

Tetap Jantan Sampai Ubanan

Menurut sang seksolog, Profesor Wimpie Pangkahila, SpAnd, 80 persen penderita diabetes mengalami disfungsi ereksi. Biasanya banyak pria dengan disfungsi ereksi tidak sadar bahwa dirinya menderita diabetes. "Padahal penyakit ini jelas mempengaruhi jaringan pembuluh darah, termasuk di penis," ujar Wimpie dalam diskusi soal disfungsi ereksi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Perlu diketahui bahwa ereksi terjadi ketika ruang-ruang pembuluh darah di penis terisi darah. Kalau penis terisi darah dengan baik, ereksi bisa baik pula. Karena itu, pria dengan penyakit diabetes, jantung, dan hipertensi rentan mengalami disfungsi ereksi. Namun yang utama adalah faktor psikis, seperti depresi. "Bisa mempengaruhi sebesar 90 persen," ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali ini.


Wimpie kemudian menjelaskan empat tipe ereksi. Pertama, tipe penis membesar, tapi tidak keras. "Kayak bengkak saja," ujarnya. Kedua, tipe penis keras, tapi tidak cukup penetrasi ketika berhubungan. Tipe ketiga, penis keras dan bisa penetrasi, tapi tidak maksimal. Tipe terakhir adalah keras secara maksimal dan bisa melakukan penetrasi dengan sempurna. Wimpie mendapati sebagian pria mengalami disfungsi ereksi yang kedua dan ketiga.

Tentunya setiap pria mendambakan masuk kategori tipe keempat. Pria sehat dan normal, dikatakan oleh Wimpie, mengalami ereksi dengan spontan--atau tiba-tiba dengan sendirinya--terutama terjadi pada pagi dan malam hari. Hal ini terjadi selama sekian menit, setelah itu menghilang. "Kecuali menerima rangsangan seksual lanjutan," Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi Universitas Udayana ini menjelaskan.

Mempertahankan performa seksual, kata Wimpie, sebenarnya mudah. Setiap pria cukup menjalani pola hidup sehat dengan tidak merokok dan minum alkohol sampai tua. Namun warga megapolitan, seperti di Jakarta, rata-rata doyan mengkonsumsi makanan cepat saji dan punya gaya hidup begadang di klub malam. Kemudian ditambah pula tingkat polusi yang tinggi.

Nah, pola hidup buruk ditambah faktor risiko tentu mempengaruhi kualitas seksual pria. Artinya, data yang dibeberkan Wimpie, yang menunjukkan bahwa 15-20 persen pria menikah di Indonesia mengalami disfungsi ereksi, tidak salah.

Angka ini juga konsisten dengan survei Asia-Pacific Sexual Health and Overall Wellness pada 2008, yang menemukan kenyataan bahwa 64 persen perempuan tidak puas dalam berhubungan intim dengan pasangannya. Sedangkan 57 persen pria juga diketahui tidak puas berhubungan seks dengan pasangannya. Survei ini dilakukan di 13 negara kawasan Asia-Pasifik. Indonesia mengirim data responden sebanyak 328 pria dan 250 perempuan.

Kuncinya, menurut Wimpie, jangan coba-coba memakai obat kuat, baik herbal atau kimia, dari pinggir jalan. Bila mengalami disfungsi ereksi, disarankan segera melakukan konsultasi kepada dokter. Jangan terlambat kalau mau tetap jantan sampai ubanan!

Jangan Percaya Mitos Ini

1. Disfungsi ereksi adalah hal lumrah dalam proses penuaan.
Fakta:
- Disfungsi ereksi kerap menimpa pria muda. Perilaku gaya hidup buruk bisa mengakibatkan disfungsi ereksi terjadi lebih dini.
- Pria berumur hanya butuh waktu lebih lama supaya bisa terangsang.
2. Kesulitan ereksi adalah hilangnya ketertarikan seks atau mandul.
Fakta:
- Pria dengan disfungsi ereksi masih memiliki gairah seksual.
- Kesulitan ereksi tidak berhubungan dengan kekuatan atau kejantanan.
3. Pria selalu siap melakukan hubungan seksual.
Fakta:
- Kelelahan fisik dan depresi bisa mempengaruhi kegiatan seksual pria.
- Stimulasi respons seksual penting bagi pria.
4. Disfungsi ereksi adalah problem fisik semata.
Fakta:
- Disfungsi ereksi itu masalah kompleks, yaitu gabungan kognitif, perilaku, emosi, dan sosial, serta komponen fisik.
- Penyebab utama disfungsi ereksi adalah psikologis dan fisik.
5. Disfungsi ereksi tidak mudah diobati.
Fakta:
- Disfungsi ereksi bisa diobati secara medis.
- Tes laboratorium--darah dan urine--bisa membantu mengidentifikasi disfungsi ereksi, lalu dilanjutkan dengan terapi obat.
- Jika disfungsi ereksi didiamkan, akan mengakibatkan krisis kepercayaan diri, baik pada pria maupun pasangannya.


Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/12/17/brk,20091217-214295,id.html

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Yang ini penting bagi penderita diabetes militus, jangan sampe dah mengalaminya. Tapi selagi menjaga kesehatan dan tetap berlatih saya kira disfungsi gangguan ereksi dapat diatasi kok...........

Anonim mengatakan...

Persoalannya banyak penderita kelainan ereksi ini yang tdk terbuka akan masalahnya dan menganggap kelainan ini akan sembuh dengan sendirinya, apalagi bagi orang yeng memiliki tingkat aktivitas super sibuk,

Anonim mengatakan...

susahnya menjaga pola hidup yang sehat, apalagi dijaman serba canggih ini semakin banyak makanan yang mudah didapat dengan resiko kesehatan lebih besar kadang tanpa dihiraukan lagi. Akibatnya penyakit akan mudah datang.

rokibsanusi@rocketmail.com mengatakan...

Tidak hanya penting bagi penderita dabetes militus aja. tapi juga bagi yang merasa sehat harus menjaga kesehatan.

s_galih@rocketmail.com mengatakan...

Betulkata Profesor Wimpie, makanya gak heran banyak orang dulu tetap sehat bugar meskipun udah tua renta, beda dengan sekarang kebanyakan kehidupan masyarakat Indonesia serba instan gak mau repot.

Anonim mengatakan...

Bagaimanapun keadaan kita kalo sdh terkena penyakit disfungsi ereksi bisa menjadi beban sendiri bagi penderitanya, kayaknya hidup gak ada gunanya lage.......

nurlianty mengatakan...

wah wah wah kalau yang satu ini harus dijaga terus sampai kakek nenek, sebab ini kebutuhan. makanya jaga kesehatan sedari muda bisa tidak nyesel di hari tua karena hilang kejantanannya.

Posting Komentar