01 Desember 2009

HIV/AIDS Memasuki Pandemi di Tingkat Global

01 Dec 2009

Jakarta - Depkes. Dewasa ini HIV/AIDS sudah menjadi pandemi di tingkat global dengan berbagai dampak yang merugikan, baik dampak kesehatan, sosial ekonomi, maupun politik. Di negara yang mengalami dampak berat, seperti di negara-negara Afrika, HIV telah menurunkan harapan hidup lebih dari 20 tahun, menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperberat kemiskinan. Sedangkan di Asia, yang prevalensi HIV-nya jauh dibawah prevalensi di negara-negara Afrika pun penurunan produktifitas akibat HIV tetap lebih besar dibanding dengan penurunan produktifitas akibat penyakit lain.


Hal itu disampaikan Menkes dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, pada acara Penggalangan Dana ”Wine, Dine and Charity Auction” Yayasan AIDS Indonesia di Hotel Intercontinental, Jakarta (30/11, 2009 ). Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2009.

Tema Internasional yang dipilih adalah “Akses Universal dan Hak Asasi Manusia”. Sedangkan tema nasional yang dipilih : Kerjasama masyarakat dan pemerintah mampu mempercepat pemenuhan akses informasi, pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan untuk semua.

Menurut Menkes, HIV dikhawatirkan juga akan menambah jumlah penduduk miskin di dunia menjadi 6 juta kepala keluarga sampai dengan tahun 2015, jika upaya pengendalian oleh masing masing negara tidak segera diperkuat.

Laju infeksi HIV pun masih terus meningkat di beberapa negara, seperti di Jerman, Mozambique, Rusia, Ukraina, dan Inggris. Sementara itu prevalensi HIV juga masih sangat tinggi di Lesotho, Namibia, Afrika Selatan dan Swaziland, ujar dr. Endang R. Sedyaningsih.

Menurut WHO, wilayah Asia-Pasifik memikul beban terberat kedua setelah Afrika, dengan perkiraan jumlah ODHA sebesar 4,9 juta dan 95% di antaranya berada di 9 negara Asia, yaitu: Cambodia, China, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea (PNG), Thailand, dan Vietnam. Sedangkan, laju epidemi HIV di Indonesia saat ini dinyatakan sebagai “the fastest growing epidemic in Asia” oleh WHO dan UNAIDS, kata Menkes.

Walaupun masalah yang ditimbulkan oleh HIV terus meningkat, sebetulnya sejak dideklarasikannya Komitmen Global tentang HIV/AIDS (Declaration of Global Commitment on HIV/AIDS) tahun 2001, telah banyak upaya yang dilakukan masyarakat dunia. Dimulai dengan diluncurkannya program “3 by 5” yang kemudian menjadi Universal Access dan hasilnya adalah menurunkan angka kematian AIDS. Dampak dari meningkatnya akses terhadap pengobatan ARV ini adalah laju infeksi HIV per tahun di dunia telah turun dari 2,2 juta kematian per tahun pada tahun 2005 menjadi 2 juta pada tahun 2007, tambah Menkes.

Dr. Endang R. Sedyaningsih mengatakan, momentum peringatan HAS merupakan suatu kesempatan istimewa untuk menunjukkan komitmen dan kepedulian dalam mewujudkan: Masyarakat Indonesia yang hidup sehat dan rendah risiko penularan HIV, serta menciptakan masyarakat yang berperilaku hidup sehat dan responsif dalam kegiatan pengendalian penularan HIV dan penanganan AIDS.

Untuk meningkatkan akses universal mutlak diperlukan kerjasama yang sinergis antara masyarakat, pemerintah, swasta – termasuk dunia usaha - untuk bersama-sama melakukan upaya penanggulangan AIDS yang komprehensif agar mempercepat pencapaian akses informasi, pencegahan dan pengobatan untuk mereka yang membutuhkan. Acara ”Wine, Dine and Charity Auction” ini merupakan contoh yang baik dari usaha bersama berbagai komponen masyarakat dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Tanah Air, kata Menkes.

Upaya pencegahan lebih ke hulu yang lebih cost efficient juga harus lebih digencarkan dengan menggalakkan berbagai upaya pencegahan perilaku berisiko terhadap penularan IMS dan HIV di berbagai kelompok masyarakat. Mulai dari generasi muda sampai ke pekerja di berbagai tatanan. Seperti tatanan tempat kerja, tatanan umum, tatanan sarana kesehatan, dan tatanan rumah tangga.

Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan untuk mendukung upaya pencegahan adalah: 1) Upaya meningkatkan nilai-nilai agama dan norma kemasyarakatan untuk mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga; 2) Melaksanakan gerakan nasional yang sinergis dan bersifat lintas sektor bersama komponen lain, seperti LSM agama, Ormas, dan Profesi. 3) Memperpadukan promosi perilaku hidup sehat dengan pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan serta dukungan terhadap ODHA, imbuh Menkes.

Berdasarkan laporan Surveilans AIDS Depkes RI hingga September 2009, jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.

Adapun cara penularan kasus AIDS adalah Heteroseks 49,7%, IDU 40,7%, homoseks 3,4%, perinatal 2,5%. Sedangkan penyebab penularan HIV adalah IDU 52,18%, Waria 25,89%, partner risiko tinggi 15,83%.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.




3 komentar:

Anonim mengatakan...

Begitu mengkhawatirkan jika pandemi penderita HIV AIDS ini telah memasuki ranah wilayah internasional, Ini harus menjadi perhatian serius segenap lapisan masyarakat luas sebagai penyakit yang tidak boleh dianggap sepele lagi. Memang kerja sama yang erat selama ini antara pemerintah dan gerakan non pemerintah secara kuantitas dapatlah dikatakan efektif tetapi harus ada penekanan lebih dalam lagi terhadap penanggulangan kepada penderitanya.

shely-ratna mengatakan...

Permasalahan HIV/AIDS memang sdh menjadi tren internasional yang penyebarannya semakin meluas, selain masih lemahnya penanganan terhadap penderita HIV/AIDS ini perbedaan cara dan persepsi antar negara terkadang menjadi hambatan tersendiri bagi penanggulangan penyakit ini. Sungguh sulit dibayangkan dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini laju perkembangan penyakit AIDS sdh barang tentu mengikuti trends yang semakin meningkat pula.

susi mengatakan...

salah satu penyebab penyebaran HIV/AIDS adalah karena prilaku masyarakat yang sudah mengabaikan susila masyarakat dan susila agama, sehingga maunya hidup semau gue.

Posting Komentar