18 November 2009

BELASAN DUTA NEGARA BELAJAR ALKON DI BKKBN

Perwakilan dari 13 negara mengikuti pelatihan (training of trainer) tentang jaminan keamananan ketersediaan alat kontrasepsi (alkon) di Kantor BKKBN (Badan oordinasi Keluarga Berencana Nasional) Pusat, di Jakarta, Senin (16/11).

Ke-13 negara  yang mengikuti pelatihan tersebut adalah Mongolia, Congo, Korea, Madagaskar, Timor Leste, Euthopia, Sudan, Nigeria, Myanmar, Afghanistan, Iran, Malaysia, dan Mauritius. “BKKBN ditunjuk UNFPA sebagai ahlinya  me-‘manage’ logistic alkon dan menjamin ketersediannya sehingga semua orang yang ingin ber-KB dapat terpenuhi, baik yang ditanggung pemerintah maupun yang mandiri,” kata Kepala  Pusat Penelitian dan Pengembangan KB, Ida Bagus Permana , Senin (16/11).


Target BKKBN pada 2014, kata Permana, mampu menurunkan angka  ‘unmeet need’(ingin memakai kontrasepsi tetapi tidak terpenuhi) menjadi sekitar 5 perse, “Selama 2002-2007 ‘unmeet need mencapai 9,1 persen, padahal sebelumnya hanya 8,6 persen. Sekarang kita harus berupaya untuk menurunkan kembali. Tahun 2009 harus turun menjadi 6 persen,” Permana menjelaskan.

Ketersediaan alkon untuk kesehatan reproduksi dan program KB, menurut Permana, termasuk  masalah krusial yang sering dihadapi negara-negara berkembang. Meningkatnya kepedulian masyarakat  untuk melindungi dirinya dan mendapatkan hak reproduksi, maka  kebutuhan kontrasepsi juga  terus meningkat. “Di Indonesia saat ini ada 32,3 juta peserta KB dan 6,5 juta adalah peserta baru yang mebutuhkan kontrasepsi modern. Indikator sebuah negara tidak bisa memenuhi hak reproduksi rakyatnya adalah angka unmeet need yang meningkat,”  Permana memaparkan.

Masalah yang dihadapi di Indonesia asaat ini adalah adanya perubahan dari sentralistik menjadi desentralisasi. Oleh karena itu, BKKBN berinisiatif membentuk Tim Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi (Tim JKK) di setiap kota/kabupaten .

Tim JKK yang terdiri dari berbagai elemen ini berperan mengawal, mengawasi, dan member masukan-masukan kepada pemerintah daerah agar mendukung dalam openyediaan kontrasepsi. “Pusat sudah menyediakan kontrasepsi untuk penduduk miskin dan hampir miskin, daeah juga harus menambahnya,” katanya.

Sementara itu, trainer dari BKKBN, Ruri Meutia dan Fabiola Tazir mengatakan, dalam training of gtrainer lebih banyak diskusi dan berbagi pengalaman dari masing-masing perwakilan negara.

Peserta dari Iran, Majid Rahimi, mengatakan, di negaranya program KB berjalan baik. Saat ini laju pertumbuhan penduduk Iran (LPP) 1,3 dan Total Fertility Rate (TFR) hanya 2,1 (artinya rata-rata wanita subur memiliki anak 2). “Pemakaian kontrasepsi diserahkan kepada masyarakat, kami hanya member advokasi dan edukasi, pilihannya terserah masing-masing pasangan,”  ujar Majid.

Perwakilan dari Afganistan, Javed Hafizi, mengatakan, TFR di negaranya masih tinggi, yaitu 7,1. Ia merasa prihatin di salah satu provinsi, yaitu Provinsi Budukh Shun, angka kematian ibu masih sangat tinggi, yaitu 6500 per 100.000.(ken/pel).









Sumber: http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailBerita.php?MyID=900

7 komentar:

kurniasih mengatakan...

Program KB ternyata membuat negara lain semakin tertarik utk mendalaminya, mungkin negara lain belum ada KB seperti di Indonesia kali yah.........

Anonim mengatakan...

Banyaknya negara asing yang belajar alat kontrasepsi pada Indonesia bisa jadi negara asing tertarik dengan model Indonesia dalam mengatur laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Sekaligus forum ini bisa dijadikan momentum untuk terus mengkampanyekan KB kepada dunia luas.

galihpratama@yahoo.co.id mengatakan...

Jangan GR dulu meskipun negara kita ditunjuk sebagai tuan rumah oleh UMFPA bukan berarti program KB dan ANLONnya paling baik lho....

ivonsahanaya@ymail.com mengatakan...

Ha... Masak negara lain tidak ada KB!!!

Anonim mengatakan...

Banyak orang yang ternyata juga tidak tahu bagaimana cara mengatur kelahiran anak-anaknya. Dengan semangat yang menggebu-gebu, mereka terkesan tidak peduli bagaimana nasib sang anak setelah lahir. Pendidikan anak dan kesejahteraan keluarga bukan menjadi prioritas utama sepertinya. Sebenarnya hal ini tidak akan menjadi masalah besar seandainya setiap keluarga di negeri ini memiliki pendapatan keluarga yang lebih dari cukup, tetap sayangnya tidaklah demikian, karena angka kemiskinan di negeri ini begitu tinggi. Nah, bagi Anda yang hendak menikah atau sudah menikah, aturlah jarak kelahiran anak Anda. Pikirkan nasib dan pendidikan mereka kelak, jangan hanya memikirkan saat “membuatnya” saja, tetapi keberadaan mereka kelak haruslah menjadi pemikiran utama

gyatri-prabumurti mengatakan...

Keunikan cara penerapan Program KB di Indonesia ternyata menarik perhatian kalangan dunia utk mempelajarinya, kunjungan duta dunia dlm ikut serta mengenali alkon ini bisa saja dimanfaatkan untuk lebih mempopulerkan KB ke kancah internasional. Bukankah ini kesempatan yang bagus bagi pengembangan inovasi KB ke depan.

s_galih@rocketmail.com mengatakan...

Patut disyukuri dan dibanggakan kslsu negara kita telah dipercaya menjadi refrensi untuk belajar alkon bagi 13 negara.

Posting Komentar