Anak-anak usia di bawah lima tahun di Papua harus diberi asupan gizi makanan yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas. "Orangtua bukan hanya wajib melindungi anak, melainkan juga harus memiliki pemahaman tentang gizi dan kesehatan anak, sehingga tahu yang dibutuhkan anak dalam perkembangannya," kata dokter spesialis anak, Ernalita Kartika di Jayapura, Sabtu (21/11) seperti dikutip ANTARA.
Ernalita menjelaskan, gizi yang seimbang akan menunjang kecerdasan dan kekuatan fisik anak sehingga meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi mereka. Namun, menurut Ernalita, yang menjadi permasalahan sekarang adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengonsumsi asupan gizi tersebut masih relatif tinggi sehingga belum semua lapisan masyarakat mampu memenuhinya. "Harus kita akui biaya untuk beli susu dan makanan tambahan masih relatif tinggi," kata Ernalita.
Sementara untuk anak baru lahir hingga usia menyusui, lanjut Ernalita, wajib diberikan air susu ibu (ASI) agar benar-benar meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang alami. "ASI sangat bermanfaat bagi anak, sehingga wajib bagi ibu menyusui untuk memberikannya," ujarnya. Ia mengemukakan, dewasa ini masih banyak ibu menyusui yang cenderung menggunakan susu dan makanan kemasan. "Tak semua susu dan makanan anak yang dijual aman untuk diberikan pada anak," katanya.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas, Ernalita berharap peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam melakukan sosialisasi tentang kesehatan ibu dan anak, terutama bagi para ibu yang berada di kampung-kampung.(JUM/ANS)
Sumber: http://kesehatan.liputan6.com/berita/200911/251889/Anak.Papua.Harus.Diberi.Asupan.Gizi.Cukup
Agama Adalah Pemahaman
8 tahun yang lalu
3 komentar:
masih banyaknya anak balita yang kekurangan gizi di Papua ini memperlihatkan sekali akan tingkat kesulitan ekonomi yang dihadapi masayarakat Papua itu, sulit dibayangkan dengan tingkat geografis yang hampir seluruhnya hutan masyarakat Papua bisa memenuhi asupan gizi anaknya.
Sungguh sangat ironi sekali melihat masih banyaknya anak balita yang menderita gizi buruk ini, agaknya kasus gizi buruk ini tdk akan selesai begitu saja karena banyak faktor penyebab gizi buruk tsb, misalnya kekurang mampuan daya beli masyarakat thd makanan bergizi akibat pendapatan yng minim utk sekedar memenuhi kebutuhan primer saja. Di samping minimnya kepedulian masy maupun tokoh lokal setempat ketika terjadi kasus kurang gizi terjadi.
Memprihatinkan sekali ditengah pemberitaan keberhasilan pertumbuhan ekonomi yng setiap hari disuguhkan pada media televisi ternyata masih banyak juga penduduk Indonesia yng kekurangan gizi. Sepertinya kasus kekurangan gizi yang terjadi di Papua tersebut perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat maupun lokal, di sinilah perlu ditanyakan kembali konsep otonomi daerah yng sdh dilaksanakan di hampir seluruh wilayah Indonesia kalo nyatanya kasus kekurangan gizi saja masih terjadi.
Posting Komentar