Mengingat besarnya masalah tersebut, setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Peringatan World Mental Health Day (WMHD) tahun 2009 merupakan Kampanye Kesadaran Global (Global Awareness Campaign) yang bertujuan untuk melanjutkan harapan menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global (make mental health health issues a global priority)”. Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia dengan masalah kejiwaan (ODMK). Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari aspek kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Demikian sambutan Menkes yang dibacakan Dirjen Bina Pelayanan Medik dr. Farid W. Husein ketika membuka seminar sehari dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, di kantor Depkes, Jakarta (14/10).
Peringatan Hari Kesehatan Jiwa tahun 2009 mengangkat tema Kesehatan Jiwa di Pelayanan Kesehatan Primer: Meningkatkan Penyembuhan dan Promosi Kesehatan Jiwa. Tema ini, menurut Menkes, sangat tepat dengan salah satu grand strategi Depkes yaitu Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, termasuk akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa.
Menkes menyebutkan 7 alasan perlunya mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa pada pelayanan primer, yaitu
- 1. Beban biaya dan psikis pada keluarga atas gangguan kesehatan jiwa sangat besar.
- 2. Masalah kesehatan jiwa dan masalah kesehatan fisik saling terkait satu sama lain, tidak bisa dipisahkan.
- 3. Kesenjangan ketersediaan perawat untuk gangguan jiwa sangat besar.
- 4. Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan jiwa dapat meningkatkan aksesibilitas.
- 5. Pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan tingkat primer dapat meminimalisasi timbulnya stigma dan diskriminasi terhadap masalah gangguan jiwa.
- 6. Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan jiwa yang dilakukan di Puskesmas jauh lebih murah daripada biaya pelayanan di Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Umum.
- 7. Mayoritas individu dengan gangguan kesehatan jiwa yang dirawat pada layanan dasar menunjukkan hasil yang baik.
Menurut Menkes, masalah kesehatan jiwa adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi perlu kerja sama multi sektor.
Mutu Sumber Daya Manusia tidak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian gizi seimbang saja namun harus mulai dari dasar dengan melihat bahwa manusia selalu terdiri dari tiga aspek yaitu organ biologis (fisik/jasmani), Psikoedukatif (mental-emosional/jiwa) dan sosiokultural (sosial-budaya/lingkungan), jelas Menkes.
Apabila ingin memperbaiki mutu sumberdaya manusia, maka ketiga aspek tersebut harus diperhatikan. Jika salah satu dari ketiga aspek tersebut terabaikan, maka upaya kita hanya tinggal sebagai harapan belaka yang mungkin tidak pernah akan tercapai, tegas Menkes di hadapan undangan yang terdiri dari Pejabat dari Departemen dan Instansi terkait, Pejabat eselon I dan II Depkes RI, Perwakilan WHO Indonesia, serta LSM dalam dan luar negeri.
Direktur Bina Kesehatan Jiwa dr. H.M. Aminullah dalam laporannya menyatakan, pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan primer dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa sehingga dapat segera tertangani. Beberapa Puskesmas di Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pelayanan Keswa dan menjadikannya sebagai program prioritas.
Oleh karena itu beberapa narasumber dalam seminar ini bukan para ahli dari universitas atau ahli kesehatan jiwa (Keswa) tapi mereka adalah para praktisi kesehatan dan masyarakat yang telah berhasil menyelenggarakan pelayanan Keswa di Puskesmas, kata dr. Aminullah.
Pembicara pada seminar ini adalah wakil dari Puskesmas Kab Bireun, Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor dan Puskesmas Tebet Jakarta Selatan. Mereka menyampaikan pengalaman mengelola program tersebut termasuk mengkoordinir para kader kesehatan, kelompok pasien dan keluarga yang secara sukarela telah membantu pemulihan orang dengan masalah kejiwaan di masyarakat.
Tiga Puskesmas tersebut telah membuktikan, pelayanan kesehatan jiwa yang selama ini dianggap hanya bisa dilakukan di RSJ, ternyata dapat dilakukan di Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan primer. Keberhasilan ini dapat meningkatkan cakupan, memberikan hasil yang baik serta menurunkan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa. Kunci keberhasilannya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengelola pasien Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) bagi tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat, tersedianya obat psikofarmaka, serta adanya peran aktif masyarakat, pasien dan keluarga dalam proses pemulihan dan rehabilitasi pasien.
Selain paparan dari Puskesmas, juga disampaikan beberapa materi diantaranya Prioritas global terhadap kesehatan jiwa oleh WHO, Kebijakan Puskesmas tentang Kesehatan Jiwa, oleh Direktur Bina Kesehatan Komunitas, dan Pembangunan Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Komprehensif di Provinsi Aceh oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.
Topik lain yag dibahas adalah Ketika tidak ada Psikiater, Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat, merupakan Ringkasan dari buku Where there is no psychiatrist karangan Vikram Patel seorang penulis terkenal di bidang kesehatan jiwa disampaikan Direktur CBM International sebagai pihak yang menterjemahkan dan mendistribusikan kepada banyak Puskesmas di Indonesia. Serta Spritualitas dan Peningkatan Kesejahteraan Jiwa Individu oleh Prof. Achmad Mubarak seorang Politikus dan juga ahli dibidang Kesehatan Jiwa.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.
3 komentar:
kebanyakan orng yg terganggu jiwanya memerlukan perlakuan seperti manusia pada umumnya, jadi faktor lingkungan terdekatlah yg bs meminimalisir seseorang stabil jiwanya.
tapi sayangnya tidak semua Puskesmas di perkampungan ada dokter kesehatan jiwanya, padahal menurutku ini penting sekali krn banyak persoalan kejiwaan muncul di tengah masyarakat yg serba terbatas keadaannya, jadi lebih baik pemerintah perbanyak dokter jiwanya di kampung2 ajah.
bagaimana orang mau produktif jk kondisi kejiwaannya mengalami gangguan yg ada malah org itu jadi ejekan lingkungannya, kasihan bener yah...
Posting Komentar