Jakarta, Kominfo Newsroom – Departemen Kesehatan RI menyebutkan, kasus rabies masih tersebar di 24 provinsi di Indonesia, dan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan menekan jumlah korbannya, Depkes bersama Departemen Pertanian RI akan menyelenggarakan peringatan Hari Anti-Rabies se Dunia di Bali pada 4 November mendatang.
''Ra bies tersebar di 24 provinsi di Indonesia, sementara saat ini terdapat sembilan provinsi yang sudah bebas rabies, di antaranya Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, NTB, Papua Barat dan Papua,'' kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes, Tjandra Yoga Aditama, kepada pers di Jakarta, Senin (26/10).
Menuru tnya, sebagian besar terjadi pada anak-anak antara 5-9 tahun dengan angka kematian 100 persen. Jika tidak ditangani dengan baik, tingkat fatal kematian karena penyakit ini sangat tinggi hampir 100 persen, untuk itu ada kesepakataan WHO agar penanganan penyakit rabies dijadikan prioritas kedua setelah flu burung dan H1N1.
''Di Bali misalnya, hingga Oktober 2009, sedikitnya ditemukan 37 spesimen hewan yang positif terjangkit rabies, sementara 15 orang dilaporkan meninggal akibat penyakit ini, 90 persen penyebabnya karena gigitan anjing,'' katanya.
Tjandr a menjelaskan, terkait hal ini, Depkes dan Deptan akan menyelenggarakan peringatan Hari Rabies yang diperingati setiap 28 September. Acara tersebut akan berlangsung di Bali pada 4 November mendatang.
''Be rbagai kegiatan akan dilakukan, di antaranya memberikan vaksin anti-rabies pada hewan peliharaan secara massal, yang merupakan kerjasama tim Depkes dan Deptan,'' katanya.
Menuru tnya, hal itu didilakukan untuk menekan jumlah penderita rabies dan mencegah KLB serta menjadikan Indonesia bebas rabies pada tahun 2015. Namun beberapa provinsi, di antaranya Bali, diharapkan dapat bebas penyakit ini lebih awal yaitu pada tahun 2012.
''Untuk itu pada 4 November 2009 akan ditambahkan enam Rabies Center di Puskesmas dan RS di Tabanan Bali, serta dilakukan penyuluhan untuk melindungi kelompok beresiko tinggi pada masyarakat,'' katanya.
Sement ara itu Direktur Kesehatan Hewan Deptan, Agus Wiyono mengatakan, sejak akhir Agustus 2009 Deptan telah menyediakan sedikitnya 180 ribu dosis vaksin rabies, ditambah 60 ribu dosis vaksin bantuan, namun belum tersalurkan dengan baik.
Hal ini, katanya, akibat kurangnya kesadaran masyarakat, selain itu, tingginya angka rabies di Bali dan Flores juga akibat budaya dan aktivitas sosial masyarakat di daerah tersebut.
''Misalnya di Bali, masyarakatnya dikenal sebagai penyayang binatang, namun kesadaran untuk memvaksin hewan peliharaan masih rendah. Harga vaksin juga dinilai mahal oleh sebagain besar orang,'' kata Agus.
Ia menyebutkan, sedikitnya ada sekitar 400 ribu populasi anjing di Bali, sedangkan upaya pemerintah daerah sudah cukup besar, di antaranya dengan mengupayakan eliminasi anjing.
0 komentar:
Posting Komentar