10 September 2009

Menanti Kesadaran Halal Umat

Jakarta : Mengonsumsi makanan halal dan baik merupakan hal yang tak bisa ditawar oleh seorang Muslim, kecuali dalam keadaan darurat. Islam memandu umatnya untuk hanya mengomsumsi yang halal dan baik. Meski dalam kenyataannya, banyak umat Islam mengabaikan hal ini.

Mereka jarang bersikap kritis pada makanan yang mereka konsumsi. Padahal, kata Auditor LPPOM MUI, Anton Apriyantono, makanan memberikan pengaruh dalam perilaku keseharian seorang Muslim. Secara spiritual pun berpengaruh. Ia menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa terkabulnya doa bergantung pula pada makanan.
Jika makanan yang masuk ke dalam tubuh adalah makanan halal, Allah akan mengabulkan doa seorang hamba. ”Bukankah Allah adalah Mahabersih dan tentunya hanya menerima mereka yang bersih pula, yaitu mereka yang mengonsumsi makanan halal dan baik saja,” katanya di Jakarta, pekan lalu.

Sekali lagi, cermati produk
Ia menyarankan agar umat Islam disarankan untuk sangat berhati-hati dengan makanan yang mereka konsumsi. Satu hal sepele tapi penting, katanya, adalah bersikap cermat dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Untuk produk kemasan, misalnya, perhatikan labelnya.

Lihatlah apakah dalam label itu terdapat nomor pendaftaran produk tersebut. Menurut Anton, pada setiap kemasan sebuah produk akan terdapat nomor pendaftaran baik pada Departemen Kesehatan maupun Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), yang mengindikasikan bahwa produk tersebut sehat untuk dikonsumsi.

Untuk produk dalam negeri nomor pendaftaran diawali dengan huruf MD. Sedangkan produk luar negeri tertera huruf ML yang disertai serangkaian nomor. Apabila tak ada nomor pendaftaran pada kemasan, dapat disimpulkan bahwa itu merupakan produk ilegal. Kini banyak produk yang merupakan produk ilegal.

Selain nomor pendaftaran, jelas Anton, perhatikan pula label halal pada kemasan produk tersebut. Jika tidak ada lebih baik tak mengonsumsinya. Ini lebih aman daripada kita was-was apakah produk itu berstatus halal atau tidak. Telusuri pula produk mana saja yang telah mendapatkan sertifikat halal dari LP POM.

Demikian pula dengan daging. Ia menyatakan bahwa banyak daging yang rentan kehalalannya. Ini terkait dengan cara penyembelihan hewan penghasil daging tersebut. Di pasar, banyak pedagang yang menjual ayam, misalnya, yang tak jarang menyembelihnya serampangan saja. Para pedagang menyembelih ayam secara tak sempurna.

Urat leher ayam belum putus, ayam pun belum menemui kematian tetapi mereka telah menaruhnya ke dalam bejana berisi air mendidih. Bila memungkinkan lacak pula rumah pemotongannya. Agar semakin yakin atas kehalalan daging yang dikonsumsi. Menurutnya, ada beberapa rumah pemotongan yang telah bersertifikat halal diantaranya Charoen Phokpan dan Five Star. Ketelitian pada daging juga mestinya berlaku ketika berbelanja daging di supermarket. Konsumen muslim, kata Anton, mestinya selalu bertanya apakah daging itu bersertifikat halal.

Namun ia pun mengingatkan. Meski telah jelas kehalalan daging tersebut, lihat pula apakah daging itu dideretkan dengan daging yang haram. Daging babi misalnya. Jika demikian adanya, Anton menyarankan untuk tak membeli daging tersebut. Bisa saja peralatan untuk memotong, menimbang atau peralatan lainnya tercampur.

”Kita mestinya yakin benar akan kehalalan produk yang akan kita konsumsi. Makanya hal ini harus selalu ditanyakan kepada pihak produsen atau pedagang. Ini merupakan hak konsumen untuk mengetahui secara detail mengenai barang yang akan dibeli. Umat islam harus kritis mengenai hal ini,” tandasnya.

Namun dalam kenyataannya, tambah Anton, banyak umat islam yang mengabaikannya. Ada dua kemungkinan yang menyebabkannya. Pertama, pengetahuan umat islam yang minim akan produk halal. Penyebab kedua, adalah bahwa umat islam tak memedulikan apa yang mereka konsumsi. Penyadaran akan produk halal memang harus terus digalakkan.

Ustadz Muhammad Thamrin juga menyatakan akan pentingnya mengonsumsi produk halal dan baik. Ia menyatakan bahwa umat islam yang mengabaikan kehalalan produk yang mereka konsumsi berarti mengabaikan seruan Rasulullah Muhammad. Padahal Muhammad telah memerintahkan umat Islam untuk mengonsumsi produk yang halal dan baik.

”Bukankah kita diperintahkan untuk mendengar perintah dan mentaatinya. Demikian pula dengan perintah mengonsumsi produk halal ini. Semestinya umat islam juga memberikan perhatian penuh atas produk yang mereka konsumsi. Jangan sampai produk haram masuk ke dalam tubuh mereka,” katanya.

Sebab apa yang masuk ke dalam tubuh akan memberikan pengaruh. Jika produk haram yang masuk ke dalam tubuh maka pengaruhnya pun buruk. Bahkan ia menengarai bahwa banyaknya anak-anak orang muslim yang tak menaati aturan agamanya, akibat makanan yang mereka konsumsi. Orang tua mereka telah memasukan barang haram ke dalam tubuh anak-anak tersebut.

http://www.halalguide.info/2009/08/31/menanti-kesadaran-halal-umat/

4 komentar:

shely-ratna mengatakan...

tapi ada juga pihak yg sengaja menghapus label halal pada produk yg dijualnya.

Unknown mengatakan...

emang bener juga sih, kita saja sebagai umat islam kadang gak tahu bahkan gak mau tahu apakah produk tsb halal atau tidak, nyatanya kebanyakan org yg makan produk2 tertentu tapi gak tau makanannya halal atau tidak yg penting enaknya dulu urusan halal ntar dulu.

dewi-anggraeni mengatakan...

halal bagi umat islam itu penting, apalagi kalo urusan makanan tentunya kita sebagai org muslim tdk ingin timbul keraguan ketika mengonsumsi sesuatu yg tdk diketahui kehalalannya,

wahyudi istoro mengatakan...

banyaknya makanan yg diragukan kehalalannya kadang membuat kita miris melihatnya, apalagi banyak produsen makanan yg segaja tdk mencantumkan label halal di produknya. liat ajah di supermarket2 yg ada di kota-kota besar.

Posting Komentar