Jakarta : Kepala Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan, Abidinsyah Siregar, mengatakan masih tingginya kasus penyakit infeksi di tanah air salah satu diantaranya disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan.
Dari beberapa riset disebutkan, dari 100 orang hanya 12 persen saja yang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar (BAB) dan hanya sekitar 9 persen saja yang mencuci tangannya sebelum menyiapkan makanan, katanya dalam talk show Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dukung percepatan MDG s di Jakarta, Senin (18/5).
Kondisi tersebut dinilainya sebagai sangat mengkhawatirkan, karena ancaman penyakit infeksi terbesar bermula dari tangan yang kotor, seperti Kolera dan Disentri.
Untuk itu kebiasaan mencuci tangan harus diawali sejak dini mulai dari rumah, dimana bapak dan ibu berupaya memberikan contoh secara disiplin sehingga menjadi kebiasaan bagi anak-anaknya.
Budaya hidup bersih tersebut nantinya akan menjadi investasi untuk negara, sebaba kesehatan merupakan aset, karena biaya pengobatan jauh lebih tinggi ketimbang menjaga pola hidup sehat sedini mungkin, ujarnya.
Sementara ahli Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia, Bernie Endyarni Medise, mengatakan, penerapan pola hidup bersih dan sehat di perkotaan sangat variatif sesuai dengan kondisi seseorang, yang tidak menjamin bahwa kemapanan dan kecerdasan seseorang mampu menerapkan hal tersebut.
Usaha yang paling efektif untuk menyadarkan adalah lewat disiplin dan edukasi sejak dini yang diterapkan secara konsisten, tidak hanya di rumah tapi juga di sekolah, sehingga penularan penyakit lewat tangan dapat diminimalkan, katanya
Disamping itu, di perkotan yang padat penduduk seperti Jakarta, sanitasi yang baik juga ketersediaan air bersih merupakan hal yang terpenting untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. (T. Jul/toeb)
http://www.depkominfo.go.id/2009/05/18/kesadaran-masyarakat-untuk-mencuci-tangan-masih-kurang/
Dari beberapa riset disebutkan, dari 100 orang hanya 12 persen saja yang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar (BAB) dan hanya sekitar 9 persen saja yang mencuci tangannya sebelum menyiapkan makanan, katanya dalam talk show Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dukung percepatan MDG s di Jakarta, Senin (18/5).
Kondisi tersebut dinilainya sebagai sangat mengkhawatirkan, karena ancaman penyakit infeksi terbesar bermula dari tangan yang kotor, seperti Kolera dan Disentri.
Untuk itu kebiasaan mencuci tangan harus diawali sejak dini mulai dari rumah, dimana bapak dan ibu berupaya memberikan contoh secara disiplin sehingga menjadi kebiasaan bagi anak-anaknya.
Budaya hidup bersih tersebut nantinya akan menjadi investasi untuk negara, sebaba kesehatan merupakan aset, karena biaya pengobatan jauh lebih tinggi ketimbang menjaga pola hidup sehat sedini mungkin, ujarnya.
Sementara ahli Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia, Bernie Endyarni Medise, mengatakan, penerapan pola hidup bersih dan sehat di perkotaan sangat variatif sesuai dengan kondisi seseorang, yang tidak menjamin bahwa kemapanan dan kecerdasan seseorang mampu menerapkan hal tersebut.
Usaha yang paling efektif untuk menyadarkan adalah lewat disiplin dan edukasi sejak dini yang diterapkan secara konsisten, tidak hanya di rumah tapi juga di sekolah, sehingga penularan penyakit lewat tangan dapat diminimalkan, katanya
Disamping itu, di perkotan yang padat penduduk seperti Jakarta, sanitasi yang baik juga ketersediaan air bersih merupakan hal yang terpenting untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. (T. Jul/toeb)
http://www.depkominfo.go.id/2009/05/18/kesadaran-masyarakat-untuk-mencuci-tangan-masih-kurang/
0 komentar:
Posting Komentar