30 November 2009

MUI Kaltim: Waspadai Kuas Dari Bulu Babi

Senin, 30 November 2009

Samarinda, (ANTARA News) - Umat muslim diimbau agar berhati-hati menggunakan kuas karena banyak di antaranya menggunakan bahan bulu babi, kata Sekretaris Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Makanan (LP POM) MUI Kaltim, Gina Saptiani di Samarinda, Senin.

Saat ini banyak kuas terbuat dari bulu babi yang beredar di pasaran, padahal kuas itu kerap digunakan untuk mengoles bumbu dan margarin pada proses pembuatan roti, berbagai jenis kue, ikan dan lainnya, katanya.

Sejumlah industri rumah tangga di Kaltim juga menggunakan kuas yang terbuat dari bulu babi itu untuk mengoleskan berbagai bumbu atau bahan penyedap lain, baik pada roti, berbagai jenis kue hingga pada ikan bakar yang dijual lagi.

Wah... Setiap Hari Ada 7.400 Kasus Baru HIV!

Senin, 30 November 2009

JAKARTA, KOMPAS.com- Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), Departemen Kesehatan RI, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) beserta sejumlah produsen kondom swasta, Senin (30/11), menandatangi nota kesepakatan bersama.

Kesepakatan ini ditanda tangani antara lain oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Sekretaris KPA Nafsiah Mboi, Kepala BKKBN Sugiri Syarief, Country Manager Indonesian Business Coaliton on AIDS Evodia A. Iswandi, dan wakil dari UNAIDS Nancy Fee.

Anak Papua Harus Diberi Asupan Gizi Cukup

Anak-anak usia di bawah lima tahun di Papua harus diberi asupan gizi makanan yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas. "Orangtua bukan hanya wajib melindungi anak, melainkan juga harus memiliki pemahaman tentang gizi dan kesehatan anak, sehingga tahu yang dibutuhkan anak dalam perkembangannya," kata dokter spesialis anak, Ernalita Kartika di Jayapura, Sabtu (21/11) seperti dikutip ANTARA.

Ernalita menjelaskan, gizi yang seimbang akan menunjang kecerdasan dan kekuatan fisik anak sehingga meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi mereka. Namun, menurut Ernalita, yang menjadi permasalahan sekarang adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengonsumsi asupan gizi tersebut masih relatif tinggi sehingga belum semua lapisan masyarakat mampu memenuhinya. "Harus kita akui biaya untuk beli susu dan makanan tambahan masih relatif tinggi," kata Ernalita.

29 November 2009

Mutasi Virus Flu Babi Menyebar di Eropa

28/11/2009

Liputan6.com, Paris: Beberapa pejabat kesehatan Prancis, Jumat (27/11), menyebutkan mutasi virus flu babi telah menyebar di Eropa. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terjadinya kenaikan jumlah kematian akibat penyakit itu lebih dari 1.000 orang dalam satu pekan.

Dua pasien yang terinfeksi virus yang bermutasi baru-baru ini di Norwegia telah meninggal di Prancis. Demikian diungkapkan Lembaga Pengawasan Kesehatan di Norwegia (InVS). "Mutasi ini dapat meningkatkan kemampuan virus guna mempengaruhi saluran pernapasan, terutama jaringan paru-paru," demikian antara lain isi pernyataan itu. "Kedua pasien itu tak berkaitan dan telah dirawat di dua kota berbeda di Prancis," kata laporan itu pula sebagaimana dikutip ANTARA.

Petugas Balai Karantina Surabaya Musnahkan Puluhan Anjing

Sebanyak 50 anjing dari Bali yang terjangkit rabies akhirnya dimusnahkan oleh tim medis Balai Karantina Surabaya, Jawa Timur, Jumat (20/11). Sebelumnya, anjing yang rencananya akan diselundupkan ke wilayah Jawa itu telah mengalami karantina selama hampir sepekan di instalasi Karantina Ketapang Banyuwangi.

Langkah pemusnahan dilakukan dengan menyuntik mati menggunakan cairan formalin kemudian membakarnya. Upaya pemusnahan ini dilakukan agar anjing-anjing liar tersebut tidak menggigit manusia karena bisa berakibat menularkan virus rabies. Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Provinsi Jatim, Daripin menjelaskan langkah pemusnahan dengan cara membakar telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner.

28 November 2009

Menkes Bantah Stok Obat HIV Langka

Kamis, 26 November 2009


JAKARTA, KOMPAS.com — Pasokan anti retro viral (ARV), obat untuk penderita HIV, dikabarkan langka. Namun, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih membantah kabar tersebut. "Stok obat HIV tidak langka, kami selalu berupaya semaksimal mungkin untuk menambah stok di Indonesia," kata dia, di Jakarta, Kamis (26/11).

Selanjutnya Menkes mengatakan, Depkes selalu berupaya melakukan pembelian obat-obatan di awal tahun. Kemudian isu obat HIV yang expired dibantahnya secara tegas. "Tidak ada obat yang expired, semua obat dari luar sudah dialokasikan secara benar ke daerah yang terjangkit," tegasnya.

ARV sendiri merupakan obat khusus untuk penderita HIV/AIDS yang sampai saat ini sudah digunakan oleh 4.158 ODHA yang ada di Indonesia. ODHA yang sudah mengonsumsi mempunyai peluang besar untuk dapat sembuh.

Sumber berita : http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/11/26/21034580/menkes.bantah.stok.obat.hiv.langka

18 BALITA DI BEKASI TERINFEKSI HIV/AIDS

Pemantauan Dinas Kesehatan Kota Bekasi  menunjukkan, kasus HIV/AIDS ditemukan pada anak-anak berusia di bawah lima tahun atau anak balita. “Ternyata di Bekasi, Jawa Barat, penularan HIV/AIDS tidak hanya terjadi di kalangan atau kelompok masyarakat berisiko tinggi saja, tetapi juga terjadi di kalangan anak balita,” kata Kepala  Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Retni Yonti, Rabu (25/11).

Laporan terkini Dinas Kesehatan Kota Bekasi menyebutkan, 18 anak balita terinfeksi HIV, virus yang menyebabkan menurunnya kondisi kekebalan tubuh manusia. Keadaan anak balita itu diketahui  setelah ibu mereka memeriksakan kondisi kesehatan anak-anaknya ke rumah sakit.
“Gejala sakitnya bermacam-macam, tetapi umumnya karena diare terus menerus atau akibat pneumonia (radang paru-paru),” kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasa Penyakit  di Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Pusporini.

27 November 2009

BPMPKB MERINTIS KEMBALI PERAN DOKTER KELUARGA BAGI PELAYANAN KB

BPMPKB (Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana) Provinsi DKI Jakarta, merencanakan akan menghidupkan kembali dokter keluarga melalui wadah baru dokter keluarga , yaitu Perhimpunan Dokter Keluarga  Indonesia (PDKI)

Kepala BPMPKB DKI Jakarta Tuty Muliaty, Selasa (24/11), mengharapkan, adanya program keterpaduan ini tidak hanya dapat dapat meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KB semata, tetapi sekaligus pula memamjukan program dokter keluarga yang masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat.

Menteri Agama Ingatkan Petugas Tingkatkan Kesabaran Hadapi Wukuf di Arafah

26 Nov 2009


Menteri Agama RI, Suryadarma Ali mengingatkan kepada seluruh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk mencermati puncak ibadah haji, yaitu Wukuf di Arafah. Menurut pengalamanya, saat Wukuf banyak tututan dari jamaah haji. Hal ini terjadi karena belum semua jamaah mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungan baru. Sementara mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari kebiasaan hidup, karakteristik, keinginan, kesiapan menghadapi masalah dan berada dalam lingkungan yang berbeda dengan di Tanah Air. Untuk menghadapi kondisi seperti ini, maka senjata yang ampuh “ tingkatkan kesabaran”.

Hal ini disampaikan Suryadama pada Malam Ta’aruf Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, 23 November 2009, di Arab Saudi.

Dengan kesabaran yang tinggi, petugas mampu menerima kekecewaan jamaah, sambil melakukan koreksi dan memperbaiki kekurangan yang terjadi. Walau sudah bekerja selama 24 jam tetap saja ada kekurangan. Oleh sebab itu ‘tingkatkan kesabaran dan kecermatan dalam bekerja”, tegas Menag.

26 November 2009

DALAM EMPAT TAHUN, 126 PENDERITA HIV/AIDS MENINGGAL

Jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah  Kota Bekasi kini mencapai 579 orang. Jumlah ini merupakan yang terbesar kedua di Provinsi Jawa Barat, setelah Kota Bandung. Dari jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Bekasi, 126 penderita meninggal dalam kurun waktu empat tahun, 2005-2009.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi dr. Retni Yonti, mengatakan, jumlah itu hanya yang terdata di  Dinkes. Setiap tahun jumlah penderita penyakit it uterus bertambah, sehingga tidak tertutup kemungkinan ada penderita yang tidak terdata karena tidak pernah memeriksakan diri ke rumah sakit.

Menkes Minta Rumah Sakit Perbaiki Layanan

Rabu, 25 November 2009


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih meminta pengelola rumah sakit memperbaiki kualitas pelayanan bagi pasien.

"Sekarang masih banyak keluhan masyarakat tentang rumah sakit yang pelayanannya belum berorientasi pada pasien," katanya pada peringatan Hari Jadi ke-90 Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (RSUPN) dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, Rabu (25/11).

Hal itu, kata dia, antara lain terlihat dari masih banyaknya dokter yang tidak mau mendengarkan keluhan pasien serta memberikan informasi mengenai keadaan pasien, tindakan medis yang akan dilakukan dan konsekuensinya.

"Ada yang beralasan pasiennya banyak. Tapi itu tidak bisa jadi alasan. Pasien harus mendapatkan informasi yang dibutuhkan," katanya.

Ia menambahkan, dokter dan tenaga kesehatan yang tidak menjalankan prosedur standar tersebut justru berisiko menghadapi tuntutan hukum dari pasien. Menteri Kesehatan juga meminta para dokter dan petugas rumah sakit memberikan pelayanan dengan keramahan dan empati kepada pasien.

25 November 2009

Komisi IX Usulkan Obat Filariasis Dihentikan Sementara

Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ribka Tjiptaning bertolak ke Bandung terkait obat kaki gajah yang membuat warga terganggu kesehatannya. Kedatangan Ribka ke Kota Kembang selain mengunjungi korban penyakit kaki gajah, ia juga menggelar pertemuan dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung, serta warga yang menjadi korban obat filariasis.

Dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (19/11), Ribka mengaku tidak puas dengan pemaparan yang disampaikan. Terutama, terkait kasus obat pencegah penyakit kaki gajah yang mengakibatkan banyak warga setempat mengalami gangguan kesehatan.

Poli KB II RSUD Dr.Soetomo Terima Aborsi


Rabu, 25 November 2009



Surabaya (ANTARA News) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Soetomo Surabaya menerima pasien peminat aborsi khusus bagi yang menginginkan aborsi aman.

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr.Soetomo Surabaya, dr Budi Santoso, mengemukakan hal itu dalam seminar pengaturan kesehatan reproduksi: "Legalisasi dan atau liberalisasi abortus" di Surabaya, Selasa.

Namun ia menegaskan bahwa poli KB II RSUD Dr.Soetomo hanya menerima pasien aborsi yang ingin menggugurkan kandungannya karena alasan-alasan psikologis atau kejiwaan, kegagalan KB, kondisi kesehatan, umur, dan hamil karena perkosaan.

Ia menjelaskan, proses aborsi secara aman, akan berpengaruh terhadap penurun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan suatu negara.

24 November 2009

TAHUN 2015, PERTUMBUHAN PENDUDUK DITARGET KURANG 2%

Pemerintah mematok target pertumbuhan penduduk kurang dari 2 persen mulai tahun 2015. Jumlah penduduk pada tahun itu diperkirakan 248.180.000 jiwa. Bila jumlah penduduk melebihi dari itu, maka akan muncul persoalan sosial seperti kemiskinan yang akan membengkak.

“Kami asumsikan proyeksi pertumbuhan penduduk pada tahun 2015 berada pada kondisi penduduk tumbuh seimbang (PTS). Sehingga total jumlah penduduk Indonesia pada tahun itu tidak lebih dari angka 248 juta jiwa,” kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dr. Sugiri Syarief, MPA di Operation Room Graha Adiguna di Kompleks Setda Purbalingga untuk menyaksikan pelayanan Medis Opresional Pria (MOP).

Dinkes Lebak Waspadai Penyakit Malaria


Senin, 23 November 2009



Lebak (ANTARA News) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Banten, saat ini mewaspadai penyebaran penyakit malaria menyusul meningkatnya curah hujan selama sepekan terakhir ini.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Maman Sukirman, Senin, mengungkapkan, penyakit malaria merupakan jenis penyakit menular yang bisa menimbulkan kematian jika penderita tidak segera diberikan pengobatan.

Penyakit malaria hanya menimpa warga yang tinggal di sekitar pesisir pantai selatan Kabupaten Lebak.

Sebab daerah pesisir pantai masuk kategori endemis malaria karena populasi nyamuk anopheles berkembangbiak di laguna-laguna pantai.

Saat ini, daerah endemis malaria tersebar di pesisir pantai Kecamatan Cihara, Binuangen, Bayah, Cilograng, Malingping, dan Panggarangan.

23 November 2009

KABUPATEN SAMPANG MULAI MENGGALAKKAN VASEKTOMI

Program keluarga berencana (KB) akan lebih berkualitas dengan cara meningkatkan partisipasi kaum pria, kata Kepala BPPKB (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, dr. Firman Pria Abadi.

Firman mengatakan, Bupati Sampang telah mulai membuat kebijakan mengukur kinerja camat sebagai kepala wilayah, yang salah satu variabelnya adalah keberhasilan dalam program KB.“Seluruh komponen terkait pengelolaan program KB sepertinya dapat tenaga baru untuk menggarap program yang diharapkan pimpinan daerah. Gayung bersambut, masyarakat pun rupanya begitu antusias ikut berpartisipasi dalam program KB, khususnya kaum pria,” kata Firman, Selasa (17/11).

20 Kasus Flu Babi Ditemukan di Tanah Suci

Jumat, 20 November 2009


JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 20 kasus flu babi atau A-H1N1 dilaporkan telah ditemukan di kalangan anggota jemaah haji dari seluruh dunia yang berdatangan ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun Islam kelima sejak Oktober lalu.

"Dua belas orang di antara mereka masih dirawat, selebihnya masih diobservasi," kata Menteri Kesehatan Arab Saudi Dr Abdullah Al-Rabeeah seperti dikutip Arabnews.com, Jumat.

Menkes Arab itu tidak menyebutkan asal kebangsaan pasien. Namun, ketika dikonfirmasi ke Ketua Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) dr Barita Sitompul, tidak ada anggota jemaah haji Indonesia yang terbukti mengidap virus tersebut.

Menurut dia, memang ada tiga anggota jemaah haji Indonesia yang tertangkap kamera pemindai panas tubuh yang dipasang di bandara debarkasi (Jeddah dan Madinah). Namun, setelah diobservasi di Rumah Sakit King Saud Jeddah yang dirujuk untuk menangani kasus-kasus A-H1N1 , ketiganya dinyatakan negatif dari infeksi penyakit yang telah menjadi pandemi itu.

22 November 2009

Penyakit Kaki Gajah Juga Serang Warga Tegal

Puluhan warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terserang filariasis atau penyakit kaki gajah. Para penderita umumnya sudah mengalami penyakit tersebut selama bertahun-tahun, namun tak kunjung sembuh. Bahkan beberapa di antara mereka mengalami kelumpuhan setelah menjalani pengobatan di rumah sakit.

Berdasarkan pantauan SCTV, Jumat (20/11), kondisi para penderita sangat memprihatinkan. Seperti yang dialami Sunipah, warga Kalikangkung, Tegal. Kedua kaki nenek berusia 65 tahun ini mengalami pembesaran sejak dua tahun lalu. Sebelumnya, Sunipah sudah berusaha mengonsumsi berbagai macam obat, termasuk obat dari pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Namun, penyakitnya tak kunjung sembuh.

Hasil Investigasi Kejadian Ikutan Paska Pengobatan Massal Filariasis Di Kabupaten Bandung :

19 Nov 2009
KEMATIAN 8 ORANG WARGA BANDUNG BUKAN KARENA MINUM OBAT FILARIASIS
Jakarta-Depkes. Ketua Komite Ahli Pengobatan Filariasis (KAPFI) Prof. Dr. dr. Purwantyastuti, M.Sc., Sp.FK mengatakan, obat anti filariasis aman digunakan. Sesuai analisis yang dilakukan, kematian 8 orang warga Bandung bukan karena minum obat filariasis (kaki gajah). Dari 8 kasus kematian, 3 kasus kematian ternyata tidak minum obat filariasis yang dibagikan saat pengobatan massal yang dimulai 10 November 2009. Sedangkan 5 kasus kematian lainnya terjadi karena penyakit lain yang telah diderita sebelumnya.

Mengenai banyaknya warga yang berobat ke RS Majalaya usai pengobatan massal, disebabkan rasa ketakutan terhadap efek samping yang timbul. Sebetulnya efek samping obat filariasis ringan yaitu mual, muntah, pusing dan nyesek sebagai akibat matinya mikrofilaria yang ada dalam tubuh. Sebagian besar dari mereka yang berobat ke rumah sakit hanya diobservasi dan diobati dengan antesida dan Omeperazole kemudian dipulangkan, ujar Prof. Purwantyastuti kepada para wartawan pada jumpa pers hasil investigasi yang dipimpin Menkes dr.Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH di Jakarta 17 November 2009.

21 November 2009

Anak Papua Harus Diberi Asupan Gizi Cukup

Anak-anak usia di bawah lima tahun di Papua harus diberi asupan gizi makanan yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas. "Orangtua bukan hanya wajib melindungi anak, melainkan juga harus memiliki pemahaman tentang gizi dan kesehatan anak, sehingga tahu yang dibutuhkan anak dalam perkembangannya," kata dokter spesialis anak, Ernalita Kartika di Jayapura, Sabtu (21/11) seperti dikutip ANTARA.

Ernalita menjelaskan, gizi yang seimbang akan menunjang kecerdasan dan kekuatan fisik anak sehingga meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi mereka. Namun, menurut Ernalita, yang menjadi permasalahan sekarang adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengonsumsi asupan gizi tersebut masih relatif tinggi sehingga belum semua lapisan masyarakat mampu memenuhinya. "Harus kita akui biaya untuk beli susu dan makanan tambahan masih relatif tinggi," kata Ernalita.

Dinkes: Waspadai Tiga Penyakit Saat Musim Hujan


Jumat, 20 November 2009

Jambi (ANTARA News) - Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi, Sahlian Lubis mengimbau masyarakat mewaspadai tiga penyakit yang biasa muncul saat musim hujan dan banjir.

"Ciri khas penyakit ini biasanya muncul saat musim hujan," ujarnya di Jambi, Kamis.

Ketiga penyakit tersebut di antaranya adalah, pertama, demam berdarah dengue (DBD). Penyebab penyakit ini disebarkan oleh nyamuk aides aegypti. Khusus di Kota Jambi penyakit ini hampir tak pernah absen setiap kali tiba musim hujan.

20 November 2009

MENINGKATKAN KUALITAS DENGAN LATIH BIDAN KLINIK KB

Kepala BKKBN Provinsi Riau, Drs. Ary Goedady pada acara pembukaan pelatihan Insersi IUD/Pemasangan dan Pencabutan Implant Bagi Bidan Klinik KB Kabupaten dan Kota se-Provinsi Riau, Senin (16/11) mengatakan masih ditemukannya kegagalan dan komplikasi dalam pemakaian alat KB, IUD dan Implant karena itu BKKBN Provinsi Riau kini lebih ekstra aktif dalam melakukan pembinaan terhadap petugas Keluarga Berencana (PKB) di Provinsi Riau.

“Diharapkan selain dapat meningkatkan kecakapannya, para petugas yang terdiri dari para bidan KB ini juga bisa mengubah cara pandang dengan memahami peserta KB sebagai manusia seutuhnya dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan tolak ukur kemampuan peserta yang diterima”, ujar Ary.

Menkes Lantik 34 Pejabat Eselon II Depkes dan Pengelola RS BLU

19 Nov 2009
Jakarta-Depkes. Menkes dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. melantik 34 pejabat struktural Eselon II terdiri dari 13 pejabat Depkes Pusat dan 21 pejabat Unit Pelaksana Teknis Depkes di Daerah termasuk rumah sakit (21 orang).

Menkes mengatakan, pelantikan pejabat ini dilaksanakan untuk mengganti pejabat yang pensiun, mengisi jabatan yang kosong, serta pejabat yang akan memimpin Unit Kerja baru Departemen Kesehatan, yaitu Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi sebelumnya Pusat Data dan Informasi.

Menurut Menkes, pengisian jabatan ini tidak dapat ditunda lagi mengingat banyaknya tugas-tugas dan program-program yang memerlukan team-work yang lengkap dan tangguh untuk melaksanakan program 100 hari secara simultan dengan program prioritas lainnya.

19 November 2009

Depkes telah Serahkan Hasil Tes Sampel Darah pada Kepraks Maret dan September 2008

18 Nov 2009
Jakarta - Depkes. Hasil pemeriksaan terhadap 63 sampel darah anggota Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi (Kepraks) telah diserahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Jabar melalui Surat Kapuslitbang Biomedis dan Farmasi No. LB.01.02/III/1182/2008 tanggal 31 Maret 2008. Hasil tes tersebut juga sudah diserahkan langsung Dr.dr. Trihono, MSc Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Balitbangkes kepada Ketua Kepraks Ade M Zulkarnaen, tanggal 4 September 2009 di Sukabumi yang disaksikan Wakil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Totok Joko M, SKM, Hamdan A dan Yatimah.

Pengambilan sampel darah peternak ayam anggota Kepraks dimaksudkan untuk uji laboratorium apakah terpapar virus H5N1, megingat penyebaran virus H5N1 masih terjadi dari unggas ke manusia. Dari pengambilan sampel tersebut telah dilakukan uji laboratorium dengan Tes Hambatan Hemagglutinasi yang dilakukan di Balitbangkes bulan Februari - April 2007, dengan hasil NEGATIF H5, kata dr. Vivi Setiawati.

KETERSEDIAAN ALKON, PRIORITAS UTAMA PROGRAM KB

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Berencana BKKBN Pusat, Ida Bagus Permana, menegaskan, ketersediaan alat kontrasepsi (Alkon) hingga saat ini masih menjadi prioritas utama program keluarga berencana (KB).  BKKBN sendiri masih menyediakan Alkon bagi keluarga miskin.

“Oleh karena itu BKKBN masih terus menyuplai alat kontrasepsi, khususnya bagi masyarakat miskin,” kata Ida bagus Permana di sela-sela  kegiatan “Training of Traininers on Reproductive Health Commodity Security (RHCS)”, bekerja sama dengan United Nation Population Fund (UNFPA), di Jakarta, Senin (16/11).

18 November 2009

Dokter PTT di Daerah Perlu Diberlakukan Lagi

JAKARTA, KOMPAS.com — Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mendorong pemerataan penempatan dokter di seluruh pelosok Indonesia dengan cara mengusulkan kepada Menteri Kesehatan untuk memberlakukan lagi aturan tentang dokter pegawai tidak tetap (PTT) di daerah. Pemberlakuan dokter PTT dirasakan sangat mendesak karena di daerah-daerah khususnya wilayah terpencil, saat banyak Puskesmas yang tidak memiliki dokter.

Menkes Canangkan Akselerasi Imunisasi Dalam Rangka Pencapaian UCI Di 5 Provinsi Di Pulau Jawa

17 Nov 2009
Pembangunan kesehatan pada era pemerintahan saat ini diarahkan kepada peningkatan upaya promotif dan preventif disamping kegiatan kuratif dan rehabilitatif yang bermutu secara proporsional. Salah satu yang terkait dengan upaya preventif adalah dilaksanakannya program imunisasi. Upaya imunisasi memberikan kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan Human Development Index terkait dengan salah satu komponennya yaitu angka umur harapan hidup, karena dapat menghindari kematian yang tidak diinginkan.

Demikian, sambutan Menkes yang dibacakan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama pada acara Pencanangan Akselerasi Imunisasi Dalam Rangka Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan di 5 Provinsi di Pulau Jawa, 17 November 2009 di Kemayoran, Jakarta.

BELASAN DUTA NEGARA BELAJAR ALKON DI BKKBN

Perwakilan dari 13 negara mengikuti pelatihan (training of trainer) tentang jaminan keamananan ketersediaan alat kontrasepsi (alkon) di Kantor BKKBN (Badan oordinasi Keluarga Berencana Nasional) Pusat, di Jakarta, Senin (16/11).

Ke-13 negara  yang mengikuti pelatihan tersebut adalah Mongolia, Congo, Korea, Madagaskar, Timor Leste, Euthopia, Sudan, Nigeria, Myanmar, Afghanistan, Iran, Malaysia, dan Mauritius. “BKKBN ditunjuk UNFPA sebagai ahlinya  me-‘manage’ logistic alkon dan menjamin ketersediannya sehingga semua orang yang ingin ber-KB dapat terpenuhi, baik yang ditanggung pemerintah maupun yang mandiri,” kata Kepala  Pusat Penelitian dan Pengembangan KB, Ida Bagus Permana , Senin (16/11).

17 November 2009

Unilever Serahkan Rp270 Juta untuk 250 Posyandu

PT Unilever Indonesia Tbk menyerahkan bantuan Rp270 juta kepada Bupati Kupang Ayub Titu Eki di Kupang, Jumat (13/11) lalu untuk merevitalisasi 250 Posyandu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur Sumber Daya Manusia Joseph Bataona menyebutkan, donasi tersebut ditujukan untuk merevitalisasi Posyandu dalam mendukung pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dan implementasi program Perilaku Hidup Sehat (PHBS).

Menurutnya, Posyandu merupakan garda terdepan dalam program sosialisasi dan promosi kesehatan di NTT.

Pengobatan Massal Tak Cukup Selesaikan Filariasis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengobatan massal tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan filariasis yang kini tersebar merata di Indonesia. Gencarnya pengobatan massal, seperti dalam kasus filariasis, menggambarkan paradigma kesehatan yang masih memilih cara termudah, ketimbang penanganan secara komprehensif.

Hal itu dikemukakan pengamat kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Adi Sasongko, Senin (16/11). Dia mengatakan, dalam kasus seperti filariasis terdapat faktor manusia dan vektor, yakni nyamuk. Namun, yang terlihat gencar sebagai upaya utama pemberantasan filariasis ialah pengobatan massal. Pengobatan massal relatif lebih mudah dilaksanakan.

Depkes Lakukan Empat Program National Summit

Senin, 16 November 2009
Sungailiat, Bangka (ANTARA News) - Depertemen Kesehatan (Depkes) RI menjalankan empat program dalam peningkatan kesehatan masyarakat sesuai dengan National Summit dibidang kesehatan rakyat.

"Bidang kesehatan rakyat yang menjadi agenda program meliputi, peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat," kata Menteri Kesehatan Republik Indonesia, DR. Endang Rahayu Sedyaningsih, yang disampaikan oleh Bupati Bangka, Yusroni Yazid, dalam upacara memperingati hari kesehetan nasional ke 45 di Sungailiat, Senin.

Program berikutnya, kata dia, peningkatan kesehatan untuk mempercepat pencapaian MDG`S, pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana.

16 November 2009

Indonesia Produksi Vaksin Flu Babi November 2010

Senin, 16 November 2009 19:54 WIB
Surabaya  (ANTARA News) - Indonesia akan mulai memproduksi vaksin Flu Babi (H1N1) secara massal pada November 2010, namun clinical trial (uji coba klinis) akan dilakukan pada Maret 2010.

"Vaksin H1N1 baru atau A-H1N1 (virus Flu Babi yang menular dari hewan ke manusia) akan diproduksi secara massal oleh PT Bio Farma pada November 2010," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Setyaningsih di Surabaya, Senin.

Ada Harapan Kanker Bisa Diobati

KOMPAS.com — Para ilmuwan telah menemukan cara untuk menjinakkan sebuah protein yang memainkan peran kunci dalam kanker leukimia dan sejumlah kanker lainnya. Temuan itu memberikan harapan besar akan tersedianya jenis terapi baru guna mengatasi kanker. Upaya-upaya sebelumnya telah gagal sehingga para ahli beranggapan kanker tidak dapat diobati.

Menkes Beri Penghargaan Pada Instansi Kesehatan

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyerahkan penghargaan kepada instansi dan individu yang berjasa di bidang kesehatan.

Penghargaan diserahkan dalam rangkaian acara peringatan Hari Kesehatan Nasional di gedung Departemen Kesehatan Jakarta, Kamis malam (12/11).

Penghargaan Ksatria Bakti Husada diberikan kepada 16 orang yang dinilai telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan pengetahuan untuk mengembangkan program kesehatan.

15 November 2009

Kota Serang KLB Penyakit Campak

Dua kecamatan di wilayah Kabupaten Serang, Banten, dinyatakan sebagai daerah kejadian luar biasa (KLB) penyakit campak, karena selama Oktober 2009 ditemukan 73 kasus penyakit itu di Kecamatan Padarincang dan 34 kasus di Kecamatan Pabuaran.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Agus Gusmara, di Serang, Selasa mengatakan, sedikitnya 73 warga yang sebagian besar anak balita di Desa Barugbug, Kecamatan Padarincang, terjangkit penyakit campak selama Oktober 2009. Dari jumlah tersebut, empat warga di antaranya meninggal dunia.

"Dinyatakan KLB di dua kecamatan tersebut karena ditemukan puluhan kasus penyakit campak. Bahkan hasil pelacakan empat orang yang meninggal itu juga diduga sebab awalnya karena campak," kata Agus Gusmara.

Dokter di AS Tak Pakai Sperma Suami untuk Pasien Bayi Tabung

Ini peringatan bagi pasangan yang ingin mendapatkan momongan melalui proses bayi tabung. Diharapkan hati-hati karena bukan sperma dari suaminya yang "ditabungkan", melainkan sperma milik dokternya. ini terjadi di Amerika serikat. Berita ini pertama kali ditampilkan pada tanggal 14 Nopember 2009, di DetikHealth.

DetikHealth-Connecticut, Seorang dokter kandungan di AS diduga tidak menggunakan sperma milik suami terhadap pasien program bayi tabung. Dokter kandungan tersebut diduga menggunakan spermanya sendiri untuk si pasien.

Dr Ben Ramaley yang bermukim di Connecticut diduga mengganti sperma suami pasien dengan spermanya sendiri dalam prosedur inseminasi buatan atau bayi tabung.
Kasus tersebut adalah kasus lama sejak tahun 2005 namun kini kejaksaan di negara bagian tersebut mencoba membuka kembali kasus tersebut dan kini menjadi sorotan nasional di AS.

Dari catatan pengadilan, pasangan suami istri yang tidak disebutkan namanya tersebut mengunjungi Dr Ben tahun 2002 untuk bantuan program hamil lewat bayi tabung. Sang istri pasangan tersebut akhirnya bisa hamil bayi kembar dan meyakini itu adalah sperma suaminya.

Problem Kurang Gizi Sudah Tahap "Gawat"

SURABAYA, KOMPAS.com - Problem gizi di Indonesia sudah dalam tingkat "gawat" atau memprihatinkan karena fenomena kurang gizi justru seperti tidak tampak, tetapi nyata adanya. Demikian dikatakan Ketua DPD Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) Jawa Timur Andrianto M.kes di sela-sela Kongres Nasional XIV dan Temu Ilimiah Persagi di Surabaya, Sabtu (14/11).

Menurut Adrianto, fenomena yang tidak tampak tersebut di antaranya adalah masih tingginya kasus stunted (tubuh pendek) di kalangan balita akibat buruknya asupan gizi. "Pada tingkat nasional, lebih dari tiga puluh persen balita mengalami stunted (pertumbuhan tinggi badan tak sesuai pertambahan usia), akibat rendahnya asupan kadar mikronutrien atau zat gizi terutama zinc atau seng yang banyak terdapat pada protein hewani," ujarnya.

14 November 2009

Singkirkan Flu Dengan Terapi Aroma

KOMPAS.com - Perubahan cuaca bisa melemahkan daya tahan tubuh kita, sehingga flu mudah menyerang. Cobalah menyingkirkannya dengan terapi aroma. Mau bikin sendiri?

Sejak dulu kala nenek moyang kita sebetulnya telah menggunakan wewangian untuk upacara adat dan pengobatan. Sebut saja mandi air kembang bagi calon pengantin, serta pemakaian minyak gosok untuk penyembuhan. Namun karena cara tradisional sulit diukur kadar kemurniannya, maka pemakaian minyak kayu putih, minyak lawang, minyak tawon, minyak telon dan sejenisnya itu sulit untuk digolongkan terapi aroma menurut konsep yang berkembang di Barat.

DEPKES TINGKATKAN LINGKUNGAN SEHAT

Menteri Kesehatan Endang  Rahayu  Sedyaningsih mengungkapkan, peningkatan akses kesehatan lingkungan menjadi target program 100 hari Departemen Kesehatan (Depkes).

“Salah satu indikator kinerja Depkes adalah pada Januari 2010 harus mengadakan sarana air minum di 1.379 lokasi dan peningkatan sanitasi di 61 lokasi,” kata Menkes Endang pada acara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Jakarta, Kamis (12/11). HKN tahun ini mengambil tema ‘Lingkungan Sehat Rakyat Sehat’.

Ratusan Warga Jatim Derita Kaki Gajah

Kayaknya para petugas kesehatan harus kerja extra keras nih. karena kejadian kaki gajah gak hanya di bandung saja, di Jawa Timur pun ada kasus kaki gajah, yang membutuhkan perhatian dari petugas yg berwenang, yaitu dinas kesehatan. Berita ini pertama kali diterbitkan pada tanggal 13 Nopember 2009 oleh kantor berita ANTARA.


Pacitan (ANTARA News) - Jumlah penderita penyakit kaki gajah (filariasis/elephantiasis) di Jawa Timur mencapai ratusan orang, dengan penderita terbanyak berada di Kabupaten Lamongan.

Hasil survey sementara di 30 kota/kabupaten yang dilakukan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan (Depkes) RI menemukan sebanyak 300 kasus filariasis dengan tingkat keparahan berbeda.

"Jumlah temuan terbanyak ada di Kabupaten Lamongan dengan jumlah kasus filariasis pada 40 orang lebih, disusul Kabupaten Malang dengan jumlah 30 kasus, dan Kabupaten Trenggalek sebanyak 20 kasus lebih," kata Staf Subdit Filariasis dan Schistosomiasis Depkes RI, Helena, saat melakukan survey yang sama di Pacitan, Jumat.

Berdasarkan data hasil pemetaan Subdit Filariasis dan Schistosomiasis Depkes RI antara tahun 2002 sampai tahun 2005, daerah endemis filariasis sebagian besar berada di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Sedangkan dari hasil survei cepat tahun 2000, sebanyak 6.233 orang menjadi penderita kronis filariasis.

Kata Helena, gejala penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di beberapa bagian tubuh seperti kaki, tangan, dan beberapa organ vital tubuh bagian luar ini biasanya ditandai dengan naiknya suhu tubuh secara drastis sebagaimana penyakit demam.

Gejala itu kemudian berlanjut pada gejala panas pada bagian kelenjar di lipatan paha.

13 November 2009

Krisis Keuangan Global Pengaruhi Pelayanan Kesehatan

13 Nov 2009
Jakarta - Depkes. Kendala utama yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan adalah krisis keuangan dunia. Krisis ini telah melemahkan daya beli masyarakat untuk komoditas dan jasa – termasuk pelayanan kesehatan. Di beberapa negara – termasuk Indonesia – jumlah rakyat miskin bertambah dan masyarakat ini akan mudah terkena penyakit dan risiko kesehatan lain. Sementara itu mereka tidak punya cukup biaya untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Untuk menangani masalah tersebut, pemerintah Indonesia melalui program Jamkesmas bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR. PH saat membuka acara kongres ke-26 dan council meeting ke-45 Confederation of Medical Association in Asia & Oceania (CMAAO) pada Jum’at (6/11/2009) di Bali.

Dengan menerapkan Jamkesmas, kata Menkes, jaminan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu terpenuhi. Jamkesmas juga penting dalam memperkuat pelayanan kesehatan rujukan, untuk membentuk sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi, efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Seorang Ibu Melahirkan Bayi Berkepala Dua

Seorang ibu di Gorontalo melahirkan bayi berkepala dua, Kamis (12/11). Kecuali kepalanya, badan bayi perempuan dan semua organ tubuhnya normal. Persalinan putri pasangan Lun Ntuu dan almarhum Suleman Lahabu, warga Kota Gorontalo ini, ditolong seorang bidan desa. Namun setelah mengetahui ada keanehan pada bayi tersebut, sang bidan membawa Lun ke rumah sakit.

Tak Ada Kelurahan di Jakarta Bebas AIDS

Jakarta Barat jadi daerah terbanyak pengidap HIV/AIDS karena banyak tempat dugem.

VIVAnews - Hasil pemetaan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Daerah Khusus Ibukota Jakarta menyebutkan tidak ada kecamatan dan kelurahan yang terbebas dari HIV/AIDS. Itu sebabnya, seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan unit kerja perangkat daerah (UKPD) dimbau agar terlibat dalam penanggulangan dan pencegahan penularan penyakit ini.

Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Kependudukan dan Pemukiman Margani Mustar mengatakan salah satu cara untuk menekan angka penderita HIV/AIDS, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menggiatkan workshop penggalangan kesepahaman dan kesepakatan operasional penanggulangan HIV/AIDS bagi semua instansi.

12 November 2009

Peringati Hari Kesehatan Nasional ke-45, Menkes Serukan Sinergi untuk Menyehatkan Lingkungan

12 Nov 2009
Jakarta-Depkes. Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR. PH. mengajak seluruh jajaran kesehatan, masyarakat, sektor usaha dan komponen bangsa untuk saling bersinergi dalam meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan. Hal ini disampaikan Menkes dalam pidatonya di hadapan seluruh jajaran Departemen Kesehatan pada apel Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-45 (12/11), yang pada tahun ini mengusung tema ”Lingkungan Sehat Rakyat Sehat”.

Menurut Menkes, kesehatan lingkungan yang ditandai dengan ketersediaan dan akses air bersih, akses sanitasi, pengendalian polusi udara dan perilaku hidup bersih dan sehat, masih menjadi tantangan yang cukup besar di bidang kesehatan. Padahal kesehatan lingkungan berkaitan erat dengan kesehatan ibu dan anak, status gizi masyarakat serta pencegahan penyakit menular, yang merupakan penentu status kesehatan masyarakat dan berdampak pada kualitas bangsa.

Jelang Idul Adha, Fauzi Bowo Instruksikan Dinas Peternakan Periksa Hewan Kurban

Warga Jakarta tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi daging hewan kurban, jelang Idul Adha 1430 H yang jatuh pada 28 November.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat ini telah mengintruksikan kepada Dinas Pertanian dan Peternakan DKI Jakarta untuk melakukan pemeriksaan terhadap hewan kurban seperti hewan Kambing dan Sapi.

" Jauh hari kita sudah antisipasi berbagai penyakit terhadap hewan kurban yang berada di wilayah Jakarta, melalui dinas terkait," katanya.

Biofarma Bangun Pabrik Vaksin Flu

BANDUNG, KOMPAS.com — Sebagai upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemik flu burung dan influenza A-H1N1, Departemen Kesehatan menunjuk PT Biofarma (Persero) untuk memproduksi vaksin bagi kedua virus tersebut. Rencananya, pembangunan fasilitas fisik dalam proyek itu dimulai pada 16 November 2009.

Selain pembangunan pabrik vaksin, PT Biofarma juga akan membangun fasilitas peternakan ayam steril seluas 5.145 meter persegi di kawasan Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Fasilitas tersebut akan menghasilkan telur steril sebagai media penanaman bibit virus flu burung yang akan dijadikan vaksin.

11 November 2009

Pemerintah Bentuk Komisi Penelitian Virus

VIVAnews - Pemerintah Indonesia saat ini tengah membentuk komisi yang terkait dengan penelitian virus. Komisi tersebut nantinya berperan penting pada upaya antisipasi munculnya virus baru. Komisi penelitian akan terdiri atas berbagai unsur peneliti.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, pihaknya akan mengumpulkan para ahli di bidang medis, termasuk dari lembaga internasional.

1.560 Pemeriksa Hewan Kurban Diterjunkan

1.560 Pemeriksa Hewan Kurban Diterjunkan

VIVAnews - Pemerintah DKI Jakarta akan menerjunkan 1.560 petugas pemeriksa kesehatan hewas, untuk mengontrol kualitas daging kurban pada Hari Raya Idul Adha 1430 Hijriah.

Tenaga pemeriksa hewan itu gabungan dari berbagai unsur yang akan memantau hewan kurban dari mulai penampungan dan pedagang.

Petugas yang diterjunkan antara lain, dari Fakultas Kedoteran Hewan IPB, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), petugas kesehatan dari Departemen Pertanian, Dinas Kebersihan, Kasie Peternakan tingkat kelurahan dan kecamatan, petugas kesehatan dari Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta dan Sudin lima wilayah.

"Banyaknya petugas pemeriksa akan menjamin hewan kurban memenuhi syarat," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, di Balaikota, Rabu 11 November 2009, seperti dikutip dari situs milik Pemerintah DKI.

Prijanto menambahkan, penyuluhan mengenai tata cara pemilihan hewan kuban, pemotongannya serta penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia, juga telah dilakukan jauh hari.

• VIVAnews

http://metro.vivanews.com/news/read/104468-1_560_pemeriksa_hewan_kurban_diterjunkan

Lama Tak Terdengar, Penyakit Kolera Muncul di Banyumas

Penyakit kolera, yang telah lama tidak terdengar, muncul di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, setelah penetapan status kejadian luar biasa (KLB) diare di daerah itu.

"Hasil pemeriksaan terhadap sampel korban diare ditemukan bakteri escherichia coli (E coli) yang dominan dan sebagian bakteri kolera," kata Wakil Pelayanan RSUD Margono Sukarjo Purwokerto, Muhammad Tarqib, di Purwokerto.

Menurut dia, bakteri E coli tersebut muncul dari kotoran manusia, demikian pula dengan bakteri kolera.

Ia mengatakan, penyakit ini sudah lama tidak terdengar, tetapi kini muncul kembali karena kondisi sanitasi yang jelek.

"Bisa saja penyakit kolera yang telah lama tidak muncul, kini datang kembali karena adanya vektor yang membawanya, seperti lingkungan yang kotor atau lalat," kata dia.

Menurut dia, gejala klinis penyakit kolera, yakni panas dan diare terus-menerus hingga kekurangan cairan yang dapat menyebabkan gagal ginjal.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Ani Pratiwi mengatakan, Dinkes telah mengambil sampel terhadap air sungai, sumur, dan muntahan warga.

Setelah dilakukan pemeriksaan, kata dia, hasilnya ditemukan beberapa bakteri tetapi yang dominan E coli dan sebagian kolera. (Deft/An)



Sumber: http://www.berita8.com/news.php?tgl=2009-11-10&cat=4&id=16345

Gagal Ginjal, CJH Bawa 25 Dos Obat

SURABAYA - SURYA- Bagi banyak orang, keinginan untuk dapat menunaikan ibadah haji seringkali mengalahkan segalanya. Ini juga yang terjadi pada Ny Laila Mufidah, 52. Dalam kondisi gagal ginjal akut, CJH kloter 56 asal Jalan Jendral Sudirman IX/26 Taman Jenggolo Sidoarjo ini tetap mantap berangkat haji bersama suami.

Namun, dengan penyakit itu, Ny Laila yang akan terbang ke Arab Saudi Senin (9/11) pukul 22.10 WIB dengan pesawat Saudi Arabian Airlines (SAA) SV 5565 ini harus ekstrahati-hati menjaga kondisi kesehatan.

10 November 2009

BELUM TAHU, BKKBN DI BAWAH MENKO KESRA ATAU KEMENTERIAN LAIN

Sekretaris Utama BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Pusat , Sudibyo Alimoeso, menyatakan, belum mengetahui secara pasti posisi BKKBN yang baru apakah di bawah Menko Kesra atau kemeterian yang lain. Meski demikian, Sudibyo mengatakan, pihaknya tetap mempersiapkan diri sesuai dengan yang diamanatkan undang-undang.

“Yang penting adalah, BKKBN siap melaksanakan tugas sebagai Badan Kependudukan dan dalam waktu enam bulan ini mempersiapkan struktur yang baru,” kata Sudibyo.

Ternate Kota Tertinggi Penderita Diabetes

Jakarta, Penyakit diabetes sering dikaitkan dengan penyakit perubahan pola hidup dan makanan, terutama di kota-kota besar. Tapi fakta yang ditemukan Departemen Kesehatan RI tahun 2008 menunjukkan bahwa penduduk diabetes terbanyak berada di kota Ternate. Jakarta yang justru kota modern pun hanya menempati urutan ke-9. Kenapa ya?

Hal itu disampaikan oleh Dr Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD dalam acara seminar 'Kendalikan Diabetes agar Kualitas Hidup Meningkat' di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Senin (9/11/2009).

Jika mau dibandingkan, Jakarta sebagai kota moderen menawarkan banyak pemicu diabetes yang harusnya memiliki jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) lebih tinggi dibanding Ternate. Tapi ternyata ada faktor lain yang menyebabkan diabetes selain masalah gaya hidup (life style).

"Penderita diabetes di Ternate adalah 11,1 persen sedangkan di Jakarta hanya 5,17 persen. Padahal di Ternate tidak ada McDonald's atau makanan-makanan junk food yang banyak terdapat di Jakarta. Tapi kenapa jumlahnya justru paling tinggi? Itulah yang sedang kami teliti lebih lanjut," ujar Roy.

Sementara itu, DR. dr Achmat Rudijanto, SpPD-KEMD selaku ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) mengatakan bahwa ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena diabetes, diantaranya yaitu obesitas, hipertensi, ibu hamil dengan berat bayi di atas 4 kg, faktor turunan dan juga kelainan lemak (dislipidemia).

"Mungkin faktor penyebab masyarakat Ternate diabetes memang bukan pola hidup, makanan atau lifestyle. Tapi mungkin karena faktor genetik, hipertensi, kelainan lemak atau lainnya," ujar Achmat.

Dengan adanya acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009 yang jatuh pada tanggal 14 November nanti, diharapkan agar masyarakat lebih peduli dengan penyakit diabetes karena penyakit tersebut adalah penyakit yang paling banyak menelan korban dan biaya jika sudah masuk tahap komplikasi.

"Diabetes adalah penyakit yang dampak ekonominya cukup tinggi. Prevalensi Depkes tahun 2008 menyebutkan ada sekitar 12 juta penduduk DM di Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah jika masyarakat tidak punya kesadaran akan kesehatan yang nantinya akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara," jelas Achmat.

Di dunia, urutan tertinggi penderita DM terbanyak adalah India, disusul oleh China dan Amerika. Sedangkan Indonesia berada di urutan sembilan.

Dalam acara tersebut, hadir pula Presiden Direktur Sanofi-Aventis Indonesia, Gilbert Julien yang turut berpartisipasi dalam penanganan masalah diabetes. Ia mengatakan, setiap 10 detiknya 1 orang pasien diabetes meninggal dunia. Jika dibandingkan dengan HIV, penderita DM pun masih lebih banyak, yaitu sekitar 200 juta orang.

"Meski Indonesia hanya berada di urutan 9, tapi jika dikumpulkan semua penderita DM di Indonesia, jumlahnya akan sama dengan penduduk di negara Belgia," ujar Gilbert.


http://health.detik.com/read/2009/11/09/164052/1238325/763/ternate-kota-tertinggi-penderita-diabetes


Puluhan Ribu Lansia di Kalteng Terlantar

Palangkaraya (ANTARA News) - Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah menyatakan puluhan ribu penduduk lanjut usia di wilayah itu masih terlantar karena kurang diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat.

"Dari sekitar 60 ribu lansia saat ini baru sekitar dua persen saja yang telah tersentuh oleh program pemerintah, sedangkan lainnya masih kurang diperhatikan," kata Kepala Seksi Lanjut Usia Dinas Sosial Provinsi Kalteng Budi Santoso, di Palangkaraya, Senin.

Budi menilai, ribuan lansia di berbagai kabupaten/kota se-Kalteng terus mengalami kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup karena menurunnya kemampuan fisik dan nonfisik dalam mencari pekerjaan.

Golongan penduduk itu, lanjutnya, memerlukan perhatian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya seperti pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan, serta sangat bergantung dalam hal perumahan dan kebutuhan hariannya.

"Tiap tahun kami berupaya menambah jumlah lansia yang dapat disentuh bantuan pemerintah, tetapi semua terkendala dana yang dialokasikan selalu sangat kecil dan terbatas," jelasnya.

Budi mengatakan, dalam tahun ini baru sebanyak 600 lansia telah mendapat bantuan dari pemerintah diantaranya berupa uang bulanan, bantuan usaha ekonomi produktif, serta tempat penampungan di panti jompo.

Ratusan lansia yang non potensial selama ini dibantu dengan bantuan dana bulanan untuk biaya hidup atau ditampung di panti jompo, sedangkan lansia potensial dibina dengan bantuan modal usaha.

Budi mengungkapkan, bantuan dana lansia nonpotensial tahun ini dianggarkan sebesar Rp75 juta per bulan dari dana APBN untuk 250 orang lansia, yakni setiap satu orang menerima Rp300 per bulan.

Bantuan tersebut diberikan untuk lansia di tiga kabupaten dan satu kota, meliputi Kota alangka Raya, Kabupaten Gunung Mas, Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur.

Sementara untuk lansia potensial, lanjutnya, sebanyak 250 orang mendapat bantuan usaha melalui usaha ekonomi produktif (UEP), dengan modal bantuan senilai Rp1 juta per orang yang dapat berupa barang maupun ternak.

Bantuan modal tersebut saat ini terbatas untuk lansia di lima kabupaten, yakni Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, Seruyan, Lamandau, dan Kotawaringin Barat.

"Selain itu terdapat 100 lansia yang ditampung di Panti Sosial Trisna Werdha Palangkaraya, karena tidak lagi memiliki sanak saudara di usia senja," kata Budi.

Budi menambahkan, khusus untuk memperhatikan kesejahteraan lansia yang masih terlantar pihaknya telah mengusulkan penambahan pemberian bantuan agar bisa dianggarkan melalui APBD selain dukungan dari APBN.

Lebih lanjut Budi mengungkapkan, lansia di Kalteng secara umum banyak yang cukup potensial dan masih produktif untuk mendukung pembangunan daerah, salah satunya dengan memberikan sumbangan pemikiran berupa pertimbangan maupun saran untuk pemerintah, baik melalui organsisasi maupun perorangan.

http://www.antaranews.com/berita/1257807174/puluhan-ribu-lansia-di-kalteng-terlantar

09 November 2009

Pengobatan dengan Lintah

Liputan6.com, Surabaya: Seorang penyembuh alternatif di Kota Surabaya, Jawa Timur, menggunakan lintah untuk pengobatan. Meski cara pengobatan yang dilakukan Abdul Rosyid berbeda, puluhan pasien tetap rela antre. Seperti yang terlihat saat ia membuka praktik pengobatan dadakan di Jalan Kembang Kuning, Kulon Besar, Surabaya, belum lama ini.

Sebelum proses pengobatan dimulai, Abdul Rosyid akan menanyakan jenis penyakitnya. Kemudian ia memberikan tanda dibagian mana lintah akan ditempatkan. Setelah itu, sang asisten yang akan bekerja. Tanda-tanda titik yang sudah ada selanjutnya diolesi telur. Tujuannya agar lintah terpancing menyedot darah pasien.

Seribu Lebih Kasus Gizi Buruk Terjadi di Jateng

Jumlah kasus gizi buruk yang terjadi di berbagai daerah di Jawa Tengah selama 2009 mencapai 1.106 penderita. Kepala Dinas Kesehatan Jateng Hartanto di Semarang, Ahad (8/11), mengatakan, jumlah tersebut masih jauh di bawah angka maksimal yang ditetapkan pemerintah pusat sebesar tiga persen dari jumlah seluruh balita di suatu daerah.

Selain itu, lanjut Hartanto, jumlah tersebut juga masih jauh di bawah jumlah kasus pada 2008 yang mencapai 3.420 penderita. Dia menjelaskan, penyebab kasus gizi buruk yang terjadi provinsi ini masih didominasi oleh infeksi serta penyakit kelainan bawaan. "Dari kasus yang terjadi 2008, 45 persen penderita gizi buruk disebabkan infeksi dan kelainan bawaan," katanya.

Sementara 55 persen sisanya disebabkan oleh kurang asupan gizi. Menurut dia, dari 1.106 kasus, 94,48 persen telah dituntaskan melalui perawatan gizi buruk. Ia menambahkan, kelainan penyakit bawaan sebagai penyebab terparah kasus gizi buruk, bahkan berisiko menyebabkan kematian. Penyakit bawaan itu seperti hidrosefalus, kelainan jantung, kelainan tumbuh kembang, dan kelainan otak.(JUM/ANS)


Sumber: http://kesehatan.liputan6.com/berita/200911/250382/Seribu.Lebih.Kasus.Gizi.Buruk.Terjadi.di.Jateng


Menkes: Infeksi Nosokomial Harus Dikendalikan

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih meminta pengelola rumah sakit mengerahkan semua sumber daya untuk mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi yang terjadi di rumah sakit yang biasa disebut infeksi nosokomial.

Saat memberi sambutan pada seminar tentang keselamatan pasien global di Jakarta, Minggu kemarin, Endang mengatakan langkah itu penting bagi kesehatan dan keselamatan pasien, pengunjung rumah sakit dan pemberi pelayanan di rumah sakit.

Endang menjelaskan, infeksi nosokomial dapat menyebabkan pasien dirawat lebih lama sehingga mengeluarkan uang lebih banyak, pihak rumah sakit pun akan lebih besar mengeluarkan biaya untuk pelayanan dan tidak jarang berakibat kematian.

Selama ini, ia melanjutkan, penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lain masih jauh dari harapan. "Untuk itu perlu sosialisasi untuk mendapatkan komitmen dari direktur rumah sakit," katanya.

Dia juga meminta direktur rumah sakit meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pelayanan kesehatan dalam melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.

"Teknik sesuai pengetahuan dan teknologi terkini perlu digali dan ditingkatkan. Ini bisa diperoleh dengan mengikuti pelatihan, lokakarya dan seminar," katanya.

Pemimpin rumah sakit, katanya, juga harus menyiapkan sistem dan sarana/prasarana penunjang upaya pengendalian infeksi yang dapat terjadi melalui penularan penyakit dari pasien ke petugas, pasien ke pasien, dan pasien ke pengunjung atau sebaliknya.

Sementara karyawan dan staf rumah sakit, lanjut dia, mesti melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Pemerintah, kata dia, telah menyusun kebijakan nasional dengan menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI nomor 270/2007 tentang pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain serta Kepmenkes Nomor 82/2007 tentang pedoman pencegahan infeksi di rumah sakit.

Ia menambahkan pemerintah juga memasukkan indikator pencegahan dan pengendalian infeksi ke dalam standar pelayanan minimal rumah sakit dan bagian dari penilaian akreditasi rumah sakit.

Berdampak Besar
Guru Besar Kedokteran dan Epidemiologi Rumah Sakit dari Jenewa, Swiss Prof Didier Pitet mengatakan infeksi nosokomial berdampak besar terhadap keselamatan pasien.

Menurut Dewan Penasehat Aliansi Dunia untuk Keselamatan Pasien itu, infeksi nosokomial menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Studi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit di 14 negara di seluruh dunia juga menunjukkan bahwa 8,7 persen pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan di rumah sakit. Sementara di negara berkembang, diperkirakan lebih dari 40 persen pasien di rumah sakit terserang infeksi nosokomial.

Prof Pitet juga bercerita tentang anak laki-laki usia delapan tahun bernama Cal Sheridan yang harus hidup dengan keterbelakangan mental hanya karena pemeriksaan darah sederhana yang dijalani ibunya semasa hamil.

Ia menjelaskan manusia cenderung melakukan kesalahan, demikian pula dalam pelaksanaan tindakan medis, apalagi dengan dukungan sistem dan fasilitas yang kurang memadai.

Kesalahan itu tentunya tidak disengaja dan tidak besar, tapi tetap bisa mencelakakan atau merugikan pasien. "Manusia memang cenderung melakukan kesalahan, tapi ini bisa diminimalkan kalau sistemnya dirancang dengan baik," kata ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) itu.

Menurut dia, WHO sudah menyusun panduan pencegahan dan pengendalian infeksi pada rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang lain. Strategi yang terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah peningkatan peran petugas kesehatan dalam pengendalian infeksi melalui penerapan prosedur kewaspadaan.

Prosedur kewaspadaan itu, katanya, adalah kewaspadaan standar yang diterapkan kepada semua orang, termasuk pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit; serta kewaspadaan berdasarkan penularan bagi pasien yang dicurigai terinfeksi.

"Menjaga kebersihan dengan mencuci tangan adalah cara yang mudah dan efektif untuk mencegah infeksi dan perluasan resistensi obat antimikrobial," katanya.

Ia menambahkan WHO menyarankan tenaga kesehatan menggunakan cairan berbasis alkohol untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.


08 November 2009

Pemerintah Bentuk Komisi Penelitian Virus

VIVAnews - Pemerintah Indonesia saat ini tengah membentuk komisi yang terkait dengan penelitian virus. Komisi tersebut nantinya berperan penting pada upaya antisipasi munculnya virus baru. Komisi penelitian akan terdiri atas berbagai unsur peneliti.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, pihaknya akan mengumpulkan para ahli di bidang medis, termasuk dari lembaga internasional.

"Ada ahli bakteri, virus, ahli anak, penyakit dalam, dan lainnya," kata Endang usai peringatan hari ulang tahun RSUP Persahabatan ke-46 di Jakarta, Sabtu 7 November 2009.

Endang menilai, pembentukan komisi penelitian virus merupakan hal penting karena kini banyak virus baru yang bermunculan dan masih sulit dicari obatnya.

Virus baru seperti H1N1 (flu Meksiko) dan H5N1 (flu babi) sempat mengkhawatirkan, karena saat baru muncul virus itu belum ada penawarnya.

Untuk mengantisipasi hal serupa, pemerintah berniat menangani kemunculan dan penyebaran virus dengan lebih serius dan komprehensif.

Endang menambahkan, rumah sakit juga bisa berpartisipasi aktif untuk mengingkatkan peran penelitiannya. Sebab, rumah sakit memiliki akses spesimen.

"Hasil penelitian bisa berfungsi untuk mendukung layanan rumah sakit," ujar dia.

Sumber:http://nasional.vivanews.com/news/read/103557-pemerintah_bentuk_komisi_penelitian_virus


Sebanyak 48 Pengidap AIDS di Situbondo Kurang Terawat

Sedikitnya 48 orang penderita penyakit Human Immuno Deficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, kurang terawat. Menurut Kepala Bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Situbondo, dr. Ahmad Husnul, penyebabnya adalah tidak adanya klinik VCT (voluntary control test) di Situbondo.

"Selama ini, pemberian obat antiretroviral atau ARV dan konsultasi penderita harus ke klinik VCT di RSUD dr Soebandi Jember," kata Ahmad, Ahad (8/11) siang. Ahmad menambahkan, sebanyak 70 persen pasien AIDS itu adalah mantan pelacur. Sebanyak 16 orang di antaranya telah meninggal dunia sejak akhir tahun 1994.

Menurut Ahmad, sejak diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2004 tentang penutupan lokalisasi, Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kabupaten Situbondo sudah tidak campur tangan terhadap masalah seputar pelacur---yang menjadi pengidap terbanyak dan sangat berpotensi menularkan kepada orang lain. "Termasuk dihapusnya pemeriksaan kesehatan berkala kepada para PSK di lokalisasi itu," tambah Ahmad.

Selama ini, Dinas Kesehatan Situbondo hanya memiliki dana sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS sebanyak Rp 15 juta setiap tahun. "Karena itu kami kesulitan untuk melakukan program pemberantasan maupun pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS di sini," kata Ahmad.


Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/11/08/brk,20091108-207044,id.html


Anak Korban Malapraktik, Ayah Naik Motor dari Riau ke Jakarta

KOMPAS.com — Gerah tidak mendapat perhatian dari pihak terkait di Riau, Ide Syamsuddin nekat ke Jakarta dengan mengendarai motor. Terik mentari tidak ia pedulikan. Kamis 22 Oktober 2009 pukul 13.00 bersama Honda Supra 125 tahun 2009 warna merah dengan nopol BM-4155-V, ia meninggalkan rumahnya.

Setelah melewati tiga provinsi melalui Jalan Lintas Timur Sumatera, Ide yang beralamat di Jalan Kartini 15 Candirejo, Air Molek, Indragiri-Hulu (Inhu), Riau, akhirnya sampai di Jakarta pada Jumat (23/10) pukul 23.00. Di Ibu Kota negara yang baru kali pertama ia datangi, asanya menunggal untuk mencari keadilan bagi anaknya, EF (10), yang diduga menjadi korban malapraktik.

Melapor ke KPAI

Lembaga pertama di Jakarta yang ia sambangi adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Ia datang setelah mendapat rekomendasi dari KPAI Riau. Langkah ini diambil setelah Bupati Inhu, Polres Rengat, Polda, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Riau sampai ke Gubernur Riau tidak pula menyelesaikan persoalan. “Bahkan, Pemda dan Ketua IDI Riau sudah ke rumah saya, tapi mana hasilnya?” kata Ide di Kantor KPAI Jakarta, Jumat (6/11). Ide didampingi oleh istri dan anaknya EF yang datang menyusul Ide setelah satu minggu Ide ngekos di daerah Pasar Rebo.

Semuanya bermula saat EF mengeluh sakit. Tanggal 27 Juli 2008, EF anak pertama dari tiga bersaudara dibawa ke RS Ibnu Sina Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu-Riau. Oleh dokter setempat, dr R, ia dinyatakan sakit tifus. Namun untuk memastikannya, EF dibawa ke RSUD Indrasari Pematang Reba Kabupaten Indragiri-Hulu Riau. Di rumah sakit kedua, dr IB memastikan kalau EF menderita usus buntu. Kesimpulan itu dibuat setelah IB hanya memegang EF. “Ini usus buntu. Ini harus secepatnya dioperasi. Kalau tidak, bisa infeksi, pecah. Lalu dibersihkan dan dikeluarkan ususnya. Kalau bisa malam ini juga pukul delapan dioperasi,” ungkap Ide mengulang kalimat IB.

Keesokan harinya, 29 Juli 2008, EF dioperasi oleh IB. Anehnya, menurut Ide yang berprofesi sebagai perajin, operasi ini tidak didahului dengan diagnosis. Lebih dari itu, baik IB maupun pihak rumah sakit tidak mengajukan informed concent untuk mendapatkan kesepakatan dengan pihak keluarga atas operasi EF. Parahnya, selama 8 hari pasca-operasi, IB hanya sekali memeriksa keadaan EF. Pada hari keempat, IB mengatakan bahwa usus EF dalam keadaan baik. Padahal, kondisi EF semakin parah. “Anehnya, para perawat di situ bilang, 'kalau Bapak sayang pada anak Bapak, bawalah anak Bapak rujuk ke Pekanbaru karena sudah banyak yang meninggal karena ini. Kalau Bapak menunggu rujukan dari IB, tidak akan ada',” papar Ide mengenang.

Mendengar hal itu, Ide yang lulusan SMA memutuskan membawa anaknya ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Riau. Di rumah sakit ini, EF dirontgen empat kali. Sayangnya, tidak ada tindakan medis lain setelah itu. Maka, setelah satu hari satu malam, Ide memindahkan anaknya ke RS Awal Bros Pekanbaru, Riau. Saat itu, dokter yang menangani EF adalah dr Zul Asdi. “(Anak Bapak) ini sudah parah dan sudah infeksi usus,” ujar Zul.

Setelah dirontgen, Ide mengatakan bahwa EF dioperasi dua kali. Operasi pertama berhasil memotong 22 sentimeter usus yang sudah membusuk. Kemudian, sebanyak 6 sentimeter usus EF kembali dibuang dalam operasi kedua. “Pada akhirnya, anak saya dioperasi tiga kali dalam waktu 45 hari dan kehilangan usus 35 sentimeter yang mana IB yang melakukan operasi pada anak saya tanpa diagnosis dan persetujuan saya,” tukas Ide.

Dampak malapraktik

Peristiwa dugaan malapraktik tersebut sudah setahun lewat. Kini, kondisi EF tampak sehat. Berjalan pun sudah seperti biasa. Namun, ada kebiasaan makan yang berubah pada EF. Kalau dulu, kisah Ide, EF sekali makan satu piring. Kini anaknya itu hanya mampu makan seperempatnya. Seperempat bagian lagi dimakan dua jam berikutnya, dan seterusnya. “Selain itu, anak saya sampai sekarang sudah tiga kali mengalami kejang sampai koma. Saya sendiri tidak tahu apakah ini akibat malapraktik. Yang jelas, itu terjadi setelah kejadian itu,” papar Ide.

Selain itu, ia menambahkan bahwa biaya pengobatan EF di empat rumah sakit dan tiga kali operasi sebanyak Rp 180 juta. Ia mengaku uang sebanyak itu tidak mampu ditanggung sendiri. “Saya dapat kemurahan dari mertua. Ia menjual rumahnya,” ujar Ide sambil berkaca-kaca dan menahan isak tangis.

Yang lebih memprihatinkan, ia mendapati bukan hanya EF saja yang diduga korban malapraktik IB. Ada 12 anak lain yang keluarganya mengaku pada Ide sebagai korban dugaan malapraktik. Itulah yang menjadikan tambahan motivasi untuk membawa kasus ini sampai ke Jakarta. “Selain memang IDI setempat tidak bertindak apa pun,” ungkap Ide.

Langkah KPAI

Mendapat laporan dari Ide dan rekomendasi dari KPAI Riau, pihak KPAI yang diwakilkan oleh Komisioner KPAI Magdalena Sitorus langsung mengambil langkah. Menurut Magdalena, KPAI telah mengirimkan surat ke Kapolda Riau agar segera menyelesaikan kasus dugaan tindak pidana malapraktik.

Selain itu, KPAI juga telah melaporkan hal ini ke Menteri Kesehatan, IDI, dan Majelis Kehormatan Kedokteran Indonesia pada 4 November 2009. “Kita ingin dalam kasus ini, Ikatan Dokter Indonesia hendaknya proaktif dan bersikap netral dan tidak menutup-nutupi. Jangan sampai diterjemahkan masyarakat (IDI) membela koleganya,” harap Magdalena.

Belajar dari kasus ini, ia menambahkan bahwa ke depan, hal serupa tidak terulang. Memang dari segi laporan yang masuk, dugaan malapraktik pada anak seperti EF ini tidak banyak. “Namun, bukan dari segi kuantitas yang kita lihat. Kesalahannya itu sudah menyangkut segi kualitas yang sangat membahayakan,” pungkas Magdalena. (ONE)

Dipublikasikan pertamakali : 07.11.09


Inspirasi dari Siti Fadilah Supari : Oleh Eman Hermawan

DALAM berbagai bidang kehidupan strategis bangsa, kita dengan telanjang bisa melihat adanya hegemoni asing di negeri ini. Draf beberapa undang-undang yang dibuat pascareformasi, misalnya, disiapkan oleh LSM-LSM asing. Berbagai kontrak karya di bidang pertambangan juga sangat menguntungkan asing tanpa ada keberanian dari elite-elite kita untuk melakukan renegosiasi secara adil dan menguntungkan.

Yang paling mutakhir adalah kontroversi terpilihnya Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Pejabat eselon II Departemen Kesehatan yang sangat dekat dengan Laboratorium Kesehatan Angkatan Laut Amerika Serikat (The US Naval Medical Research Unit - Namru) itu tiba-tiba dipilih sebagai Menkes. Sementara Nila Anfasa Moeloek -satu-satunya calon Menkes yang dipanggil ke Cikeas- tereliminasi tanpa alasan yang jelas.

Selain di bidang kebijakan strategis seperti UU, keputusan politik pemerintah dan kontrak-kontrak karya, hegemoni asing terlihat dalam cara berpikir para pemimpin dan kelas terdidik bangsa secara keseluruhan. Ketika membangun sistem hukum, ekonomi, politik, dan budaya, para elite dan kaum akademisi kita sudah berada pada posisi bawah sadar permanen bahwa Barat, khususnya Amerika, adalah contoh terbaik yang harus diikuti: the West was best and the rest had to follow (Ronaldo Munck & Denis O'Hearn, Critical Development Theory: Contributions to a New Paradigma, 1999: 201).

07 November 2009

Dinkes Pangkalpinang Sosialisasikan Bahaya HIV/AIDS

Pangkalpinang (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS kepada ratusan anggota PKK dan Dharma Wanita di kota itu.

Kepala Dinas Kesehatan Pangkalpinang, Zhaiful Karim di Pangkalpinang, Jumat, mengatakan, masyarakat harus selalu mewaspadai penyakit yang mematikan.

HIV/Aids adalah rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia, dengan demikian akan mempermudah penyakit lain berkembang. Dengan hilangnya "pertahanan" seseorang, semakin mudah orang tersebut diserang oleh penyakit.

"Sosialisasi ini untuk menekan penyebaran dan penderita HIV/AIDS di Kota Pangkalpinang," katanya.

"Kami secara terus melakukan sosialisasi bahaya HIV/AIDS kepada masyarakat umum, sekolah dan tempat lokalisasi untuk tidak menggunakan narkoba dan seks bebas salah satu pemicu penyakit yang mematikan itu," ujarnya.

Ia mengatakan, narkotika dan alkohol telah menjadi masalah bagi generasi muda, ini merupakan tanggung jawab bersama terutama para orang tua.

Demikian halnya dengan HIV/AIDS timbul akibat perilaku yang menyimpang. Untuk itu, ia mengajak generasi muda untuk selalu waspada terhadap penularan HIV/AIDS dengan pola hidup bersih, hindari seks bebas dan perilaku penyimpangan lainnya.

"Melalui sosialisasi ini, diharapkan peran keluarga terutama ibu-ibu rumah tangga untuk mengawasi anak-anak untuk mencegah pengguna narkotika, alkohol dan seks bebas," ujarnya.

Menurut dia, gencarnya sosialisasi bahaya HIV/AIDS dan penyalahan gunaan narkoba serta seks bebas mampu menekan angka penderita HIV/AIDS di Kota Pangkalpinang.

Masyarakat yang positif terinfeksi AIDS hingga November 2009 hanya sebanyak enam orang, jika dibandingkan kasus HIV/AIDS pada 2008 sebanyak 18 orang, sementara masyarakat yang positif terinfeksi HIV/AIDS pada 2007 sebanyak 29 orang.

"Pada umum masyarakat yang terinfeksi HIV/AIDS yang menjalani perawatan medis di RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang dikarenakan melakukan seks bebas dan pecandu narkoba," ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, diharapkan kepada orang tua, masyarakat dan generasi muda untuk menghindari perilaku dan pola hidup yang berisiko tertular HIV/Aids karena obat dan perawatan medis tinggi dan berisiko kematian.

"Penderita HIV/AIDS masih sering mendapatkan perlakuan diskriminatif, tidak hanya dalam pergaulan dan hubungan sosial sehari-hari saja penderita dikucilkan.

Bahkan, dalam hal mendapatkan hak layanan kesehatan mereka sering diperlakukan tidak adil, oleh karena jangan coba-coba pakai narkoba dan melakukan hubungan seks bebas," ujarnya.


Mantan Menkes Siti Fadilah Luncurkan Buku

Jakarta (ANTARA News) – Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meluncurkan buku ketiganya di Jakarta, Jumat malam, bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-60.

Buku setebal 249 halaman yang diberi judul “Tatkala Leukemia Meretas Cinta” itu berisi catatan harian Siti Fadilah selama enam bulan terakhirnya menjabat sebagai Menteri Kesehatan.

Selain menceritakan kegiatan rutinnya sebagai menteri, perempuan yang lahir di Surakarta pada 6 November 1949 itu juga mengisahkan kehidupannya sebagai isteri dan ibu yang menjelang akhir masa tugasnya harus menghadapi cobaan berat.

Sang suami, Muhammad Supari, divonis menderita leukemia, kanker darah, dan harus menjalani perawatan. Sementara dia, hingga akhir hayat sang suami, masih harus menjalankan tugas sebagai menteri dengan berbagai beban pekerjaan dan masalah.

“Ini adalah pengabdian dan kegalauan saya yang saya catat antara bulan Oktober 2008 sampai Maret 2009,” katanya dalam pembukaan bukunya.

Yudhistira, sastrawan sahabat Siti Fadilah, mengatakan, buku yang dia sebut novel biografis itu merupakan ungkapan spontan dari seorang mantan pejabat.

“Ini adalah novel biografis yang tidak biasa. Ini adalah ungkapan spontan dan jujur dari seorang mantan pejabat negara,” katanya.

Dia memuji keseluruhan isi buku itu dan sang penulis. Dia hanya mengkritik sampul buku yang berwarna merah jambu, dengan tulisan judul berwarna pink terang dan gambar skesta potret Siti Fadilah bersama sang suami.

“Sampulnya kurang cantik,” katanya.

Lintang, novelis sahabat Siti Fadilah, juga memuji keberanian Siti Fadilah menuliskan catatan hariannya selama menjadi pejabat dengan sangat terbuka.

Ia mencontohkan, pada halaman 36 Siti Fadilah secara terbuka menceritakan bagaimana dia harus membatalkan pembakaran produk makanan mengandung melamin yang membahayakan kesehatan masyarakat atas perintah Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Menurut dia, tidak semua perempuan, apalagi mantan pejabat tinggi negara, berani mengemukakan hal semacam itu secara terbuka kepada publik melalui buku sekalipun.

Siti Fadilah sendiri mengatakan, dia menuliskan catatan harian itu untuk berbagi pengalaman tentang perjuangan dan cinta.

Ia, dalam buku itu, banyak menceritakan bagaimana dia, di sela-sela kesibukannya sebagai menteri, harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa berada disamping sang suami pada saat-saat terakhirnya.

Dia antara lain bercerita tentang bagaimana hari-harinya yang padat dengan tugas, membuat dia tidak sepenuhnya bisa mendampingi sang suami yang harus berjuang melawan maut ketika itu.

Siti Fadilah juga mengatakan, masih akan mengeluarkan satu buku lagi tentang hari-harinya sebagai menteri kesehatan perempuan pertama di Indonesia.

“Pada buku keempat saya menulis derap langkah saya selama lima tahun menjadi menteri dan kebijakan yang saya ambil,” katanya.

Pada peluncuran buku Siti Fadilah di Hotel Sultan, Jakarta, hadir mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga Adhyaksa Dault, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perampuan Meutia Hatta, Fuad Bawazir, pejabat di lingkungan Departemen Kesehatan dan para kolega Siti Fadilah.(*)

Source: AntaraNews.com – Hiburan

http://detiklagi.com/show/entertaiment/2009/11/07/mantan-menkes-siti-fadilah-luncurkan-buku/

Pilah-pilih Pemandu Olah Tubuh

Sejak tiga bulan lalu, Ayuni berolahraga didampingi pelatih pribadi (personal trainer). Tujuannya, "Ingin sehat," ujar pegawai swasta yang tinggal di Yogyakarta itu. Ia kerap sakit kepala dan muntah-muntah berhari-hari menjelang menstruasi. Selain itu, ia ingin menaikkan bobot tubuhnya yang cuma 38 kilogram untuk tingginya yang 155 sentimeter.

Demi tujuan itu, Ayuni mencari pelatih pribadi. Seorang pegawai di pusat kebugaran di dekat rumahnya menyodorkan tiga pelatih kepadanya. Di antara ketiganya, pegawai itu merekomendasikan seorang lulusan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FPOK IKIP) Yogyakarta, yang juga pelatih karate dan pelatih renang di beberapa hotel sebagai pelatih pribadinya.

Tak punya referensi apa pun soal pelatih pribadi, Ayuni menerima rekomendasi itu begitu saja. Pertimbangan utamanya, hotel-hotel besar saja memilihnya sebagai pelatih. Pertimbangan lainnya, "Dia sabar."

Ayuni adalah contoh dari orang awam yang kebanyakan tanpa referensi ketika memilih pelatih pribadi. Hanya, ia beruntung mendapatkan pelatih pribadi yang paham benar bagaimana mencapai tujuan pasiennya. Dengan latihan tiga kali sepekan dan mengatur menu yang seimbang, bobot Ayuni bisa naik 3 kilogram dalam sebulan.

Ketua Umum International Fitness Professional Association (IFPA), yang juga spesialis kedokteran olahraga Soeharto, menganggap pelatih pribadi Ayuni yang lulusan FPOK paham benar bagaimana melatih dan mencapai tujuan pasiennya. Lulusan FPOK (kini sudah tidak ada lagi) mengetahui pengetahuan mengenai kesehatan dan hal-hal yang diperlukan sebagai pelatih.

Suharto menyarankan agar sebelum menentukan pilihan, selayaknya pasien menanyakan lisensi atau sertifikat pelatihan terhadap calon pelatih pribadi. "Jangan menyerahkan tubuh kepada orang yang tidak pernah ikut pelatihan," ujar Suharto, Rabu lalu di Jakarta.

Kemampuan pelatih pribadi, kata Soeharto, terbagi dalam tiga kategori: pelatih yang hanya boleh memberi latihan dasar, pelatih yang boleh memberikan program khusus dan yang advance, dan yang boleh membuat program latihan untuk konsumen kebugaran.

Idealnya, kata Suharto, seorang pasien seharusnya memeriksakan diri dulu kepada dokter untuk mengetahui kondisi fisik pasien, karena pada dasarnya pelatih pribadi adalah pembantu dokter olahraga. Hasil pemeriksaan fisik dokter itu menjadi patokan bagi pelatih pribadi untuk menentukan porsi latihan dan menu makan sehari-hari pasien.

Latihan dan menu makanan sehari-hari itu harus dipantau dan dievaluasi secara teratur dan dikonsultasikan kepada dokter. "Harus ada kerja sama antara pelatih pribadi dan dokter." Akan halnya pasien, berhak menanyakan tentang apa saja mengenai latihan, menu makan yang disodorkan kepadanya, serta hasil evaluasi. Hal ini harus dilakukan karena setiap latihan akan selalu menimbulkan risiko terhadap kondisi pasien.

Latihan tanpa didasari hasil pemeriksaan dokter bisa membuat latihan yang diberikan pelatih bukan hanya tak bisa mencapai target yang diinginkan, melainkan justru bisa berakibat buruk bagi pasien. Ayuni, misalnya, beruntung karena latihannya berhasil. Tidak hanya bisa menaikkan bobot tubuh, tapi juga bisa mengusir keluhan-keluhan yang dideritanya. Jika yang terjadi justru sebaliknya, postur tubuh tidak saja menjadi lebih buruk, tapi latihan yang keliru "bisa membunuh orang juga kalau malpraktek."

Selama ini, kata Suharto, banyak pasien yang meninggal di pusat-pusat kebugaran lantaran pelatih pribadi hanya memberikan latihan sesuai dengan keinginan pasien tanpa mengetahui kondisi fisik pasien yang sebenarnya. Padahal latihan yang diberikan akan semakin besar risikonya jika pasien sudah berumur, mengidap penyakit tertentu, dan memiliki kemampuan fisik yang telah menurun.

Efek dari latihan sebenarnya bisa dirasakan efeknya secara langsung oleh pasien. "Ada gejala nyata atas fungsi tubuhnya sendiri," kata Soeharto. Tolok ukurnya adalah kemajuan dan kemampuan fisik, fungsi paru-paru, dan jantung.

***

Tidak semua penyakit perlu obat. Spesialis kedokteran olahraga, Suharto, mengatakan tubuh yang sakit akibat penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh perubahan gaya hidup dan lingkungan (diseases of a lifestyle and environment) sebenarnya tidak memerlukan obat.

Penyakit yang timbul akibat perubahan gaya hidup dan lingkungan ini bisa dihindari dan diusir dengan olahraga. "Olahraga akan memacu dan menormalkan kembali fungsi masing-masing organ tubuh," ujar Suharto.

Berikut ini adalah kondisi dan hal-hal yang menimbulkan penyakit akibat gaya hidup dan lingkungan:

* Makanan. Baik akibat kurang makan, kelebihan makan, dan salah makan.
kebiasaan-kebiasaan baik yang ditinggalkan. Seperti kebiasaan jalan kaki yang ditinggalkan karena lebih banyak mengendarai mobil.
* Minuman keras.
* Perilaku seks yang keliru.
* Penggunaan obat yang berlebihan dan tidak perlu.
* Gangguan tidur seperti kurang tidur.
* Polusi suara, getaran elektronik, dan sinar.
* Polusi udara dan air.



Sumber: www.tempointeraktif.com

06 November 2009

Waspadai Cacing Hati pada Hewan Kurban

VIVAnews - Menjelang Hari Raya Idul Adha 27 November, Suku Dinas Peternakan dan Pertanian Jakarta Pusat memperketat pengawasan hewan kurban. Petugas akan melakukan pemeriksaan ulang terhadap kesehatan hewan kurban.

Kepala Seksi Peternakan Suku Dinas Peternakan dan Pertanian Jakarta Pusat, Hery Indyanto, mengatakan, petugas akan menempelkan stiker bukti pemeriksaan terhadap hewan yang sehat. "Bila kedapatan hewan sakit maka harus langsung diisolasi," katanya seperti dikutip situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jumat, 6 November 2009.

Pemeriksaan akan difokuskan terhadap hewan kurban yang didatangkan dari kawasan endemis anthraks seperti Purwakarta, Bekasi, dan Bogor.

Pada Idul Adha tahun lalu, petugas menemukan sejumlah hewan kurban menderita penyakit ringan seperti mata (pink eyes), sakit kulit (scabies), dan cacing hati. "Sebanyak 27 ekor menderita cacing hati. Tapi tak berbahaya. Sehabis dipotong, daging bisa dimakan, hatinya dibuang saja. Ciri-cirinya hati berwarna keputihan," kata Hery.

Hery mengingatkan masyarakat untuk teliti memilih hewan kurban. Hewan kurban yang sehat memiliki ciri terlihat lincah dan memiliki bulu yang mengkilat. "Jika bulunya berdiri dan terlihat lesu, justru hewan itu cenderung mengidap penyakit," ujarnya.

Pemeriksaan akan dilakukan di 197 titik penampungan hewan kurban seperti Tanah Abang (75 lokasi), Kemayoran (35 lokasi), Senen (23 lokasi), Cempaka Putih (18 lokasi), Gambir (17 lokasi), Johar (16 lokasi), Menteng (10 lokasi), dan Sawah Besar (3 lokasi). Pengawasan juga dilakukan di 140 tempat pemotongan hewan di Kemayoran (20 lokasi), Cempaka Putih (18 lokasi), Senen (19 lokasi), Tanah Abang (28 lokasi), Sawah Besar (19 lokasi), Gambir (14 lokasi) dan Menteng (15 lokasi).


Selamat Ulang Tahun IBu Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

Keluarga Besar Forum Indonesia Sehat, mengucapkan Selamat Ulang tahun Kepada Sang Inspirator Bangsa Ibu Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) yang ke 59 th. Dan mengucapkan sukses atas peluncuran buku : Tatkala Leukimia Meretas Cinta.

Semoga Allah S.W.T selalu memberikan Ibu kesehatan agar tetap bisa berkontribusi bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia.

Amien

Inspirasi dari Siti Fadilah Supari

Oleh: Eman Hermawan

DALAM berbagai bidang kehidupan strategis bangsa, kita dengan telanjang bisa melihat adanya hegemoni asing di negeri ini. Draf beberapa undang-undang yang dibuat pascareformasi, misalnya, disiapkan oleh LSM-LSM asing. Berbagai kontrak karya di bidang pertambangan juga sangat menguntungkan asing tanpa ada keberanian dari elite-elite kita untuk melakukan renegosiasi secara adil dan menguntungkan.

Yang paling mutakhir adalah kontroversi terpilihnya Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Pejabat eselon II Departemen Kesehatan yang sangat dekat dengan Laboratorium Kesehatan Angkatan Laut Amerika Serikat (The US Naval Medical Research Unit - Namru) itu tiba-tiba dipilih sebagai Menkes. Sementara Nila Anfasa Moeloek -satu-satunya calon Menkes yang dipanggil ke Cikeas- tereliminasi tanpa alasan yang jelas.

Selain di bidang kebijakan strategis seperti UU, keputusan politik pemerintah dan kontrak-kontrak karya, hegemoni asing terlihat dalam cara berpikir para pemimpin dan kelas terdidik bangsa secara keseluruhan. Ketika membangun sistem hukum, ekonomi, politik, dan budaya, para elite dan kaum akademisi kita sudah berada pada posisi bawah sadar permanen bahwa Barat, khususnya Amerika, adalah contoh terbaik yang harus diikuti: the West was best and the rest had to follow (Ronaldo Munck & Denis O'Hearn, Critical Development Theory: Contributions to a New Paradigma, 1999: 201).

Kecenderungan untuk mengikuti pola pikir Barat tidak hanya terjadi di kalangan kaum ''priyayi'' dan ''abangan''. Kaum ''santri'' pun sudah ikut-ikutan larut dalam arus tersebut. Seperti dikatakan Fauzi M. Najjar dalam sebuah tulisannya, Democracy in Islamic Political Philosophy (Studia Islamica, vol LI, 1980), didorong oleh keinginan untuk menghadirkan Islam sebagai suatu sistem nilai modern, para pemikir Islam telah menafsirkan Islam dalam istilah dan pengertian liberal-Barat, misalnya demokrasi.

Dipengaruhi oleh berbagai penafsiran dan pengalaman Barat, para pemikir Islam -hanya karena ingin mempertontonkan kehebatan Islam dan watak demokratisnya yang asli- telah secara tidak kritis melecehkan pemikiran-pemikiran politik klasik, meremehkan pemikiran para filosof muslim sendiri.

Di sisi lain, ada kelompok ''santri'', yaitu kaum fundamentalis Islam, yang terhegemoni oleh cara berpikir asing juga, yaitu Islam Arab pada masa lalu. Semua hal berusaha diarabisasi, mulai cara berpakaian, penampilan, hingga sistem kenegaraan.

Kalau diamati secara seksama, apa yang dilakukan kaum priyayi, abangan, santri liberal, dan santri fundamentalis selama ini sebenarnya hanya meneruskan dan melanggengkan mentalitas inlander dan marsose yang tumbuh sejak zaman kolonial berabad-abad lalu. Yaitu, mentalitas rendah diri yang di dalamnya berkobar hasrat untuk menikmati kekuasaan yang tunduk kepada kekuatan luar yang dianggap superior.

Akibatnya, bangsa ini menjadi sulit untuk mandiri secara politik maupun ekonomi. Tradisi dan kebudayaan masyarakat setempat juga terus terpinggirkan. Padahal, jika belajar dari pengalaman kebangkitan Tiongkok, Rusia, India, dan negara-negara Amerika Latin, kebangkitan suatu bangsa tidak mungkin terwujud jika para pemimpinnya tidak punya harga diri dan politik yang bersumber pada kekuatan inti tradisi.

***

Di tengah suasana bangsa yang terhegemoni secara kuat oleh pemikiran-pemikiran dan kekuatan asing, di tengah kita selama lima tahun yang baru berlalu (2004-2009) muncul sosok perempuan mandiri dan berani: Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Dia memang perempuan biasa yang sederhana. Tetapi, keberaniannya tergolong luar biasa.

Siti Fadilah Supari menyadarkan kita tentang adanya hegemoni asing dalam dua kasus berikut, sekaligus memberikan solusi cerdas dan produktif untuk keluar dari hegemoni itu. Pertama, dalam bukunya, Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung, Siti Fadilah membongkar konspirasi pemerintah Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam mengembangkan senjata biologi virus flu burung, avian influenza (H5N1).

Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin, lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Padahal, vaksin itu dibuat dari sampel korban flu burung yang meninggal dunia di negara-negara seperti Indonesia dan Vietnam dengan dalih untuk diagnosis.

Siti Fadilah protes keras ketika para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO Collaborating Center di Hongkong. Data itu justru disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico, AS. Yang berada di bawah Kementerian Energi AS. Di lab itulah duhulu dirancang bom atom Hiroshima.

Kedua, di dalam negeri, Siti Fadilah memprotes keberadaan laboratorium kesehatan milik Angkatan Laut Amerika Serikat di Jakarta, yaitu NAMRU-2 (Naval Medical Research Unit). Proyek Namru-2 dimulai pada 1970 untuk meneliti virus-virus penyakit menular bagi kepentingan Angkatan Laut AS dan Departemen Pertahanan AS. Kontrak Namru-2 dengan RI sebenarnya sudah habis Januari 2000. Namun, pada praktiknya, Namru-2 masih beroperasi hingga 2005. SFS menghentikan kegiatan Nabru-2nya. Dia juga melarang seluruh rumah sakit mengirimkan sampel ke Namru-2 untuk diteliti. Banyak pihak mencurigai aktivitas Namru menjadi sarana kegiatan intelijen AS dengan berkedok riset.

Siti Fadilah telah menyadarkan kita tentang hegemoni asing dalam kasus virus dan Namru itu. Sebuah penyadaran dan pencerahan yang sangat positif, mencerdaskan, konstruktif, dan produktif. Ia tidak menyebarkan sikap antiasing atau kebencian terhadap mereka, tetapi serius mewujudkan keadilan dan kesetaraan dalam membangun kerja sama yang bermartabat, saling menghormati, dan menguntungkan.

Pada 6 November 2009, Siti Fadilah genap berusia 60 tahun. Selamat ulang tahun inspirator bangsa. (*)

*). Eman Hermawan, direktur Local Empowerment Center Jakarta


Negara Maju Kembali ke Obat-obatan Alami

Negara maju mulai menyukai pengobatan tradisional menggunakan bahan tumbuh-tumbuhan untuk menghindari efek samping obat. Demikian diungkapkan Ketua Program Studi Kesehatan Ayurweda pada Fakultas Ilmu Agama Universitas Hindu (UNHI), Denpasar, Bali, I Gusti Ngurah Nala.

"Kecenderungan itu telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang sebelumnya mengunakan obat-obat sintetik," kata Ngurah Nala.

Ia mengatakan, kecenderungan penggunaan obat-obat tradisional atau "gelombang hijau baru" (new green wave) ini membawa peluang sekaligus tantangan kembali ke alam. Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik dan antibiotika, serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur, bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia.

Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu menilai, meningkatnya kekhawatiran masyarakat dunia terhadap dampak negatif obat-obatan sintetik membuat dunia mencanangkan gerakan kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan bahan ramuan alami yang terdapat di sekitar lingkungan mukim.

Kondisi ini membuat ilmuwan dituntut untuk mampu mengembangkan pengobatan tradisional yang lahir dari bakat kearifan para leluhur. Indonesia diharapkan bisa memanfaatkan momentum itu untuk mengintensifkan usaha pengobatan tradisional.

Sedikitnya ada 130 jenis tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit pada umat manusia. "Nama jenis tumbuh-tumbuhan dan khasiat penyakit yang mampu disembuhkan dimuat secara terinci dalam lontar Tarupramana," kata Ngurah Nala.(LUC)



Sumber: www.liputan6.com


Tinggi, Potensi Penularan HIV/AIDS di Penjara

KOMPAS.com - Banyaknya narapidana yang pernah terlibat kasus narkotika serta tingginya tingkat hunian lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan di Indonesia berpotensi meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.

Oleh karena itu, baik narapidana maupun petugas di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan membutuhkan pendidikan dan pelatihan tentang masalah tersebut.

”Tidak ada satu pun lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan di Jawa Barat yang penghuninya belum pernah terlibat masalah narkotika jarum suntik,” kata Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat Danny Hamdani Kusumapradja.

Hal ini dikatakannya di sela-sela Pelatihan Penanggulangan HIV/AIDS bagi Petugas Pemasyarakatan Se-Bandung Raya di Lembaga Pemasyarakatan Banceuy, 3-5 November 2009.


05 November 2009

Hati-hati Seperlima Kematian Balita Akibat Pneumonia

Para dokter mendesak orang tua mewaspadai penyakit radang infeksi akut yang mengenai paru atau pneumonia, karena seperlima kematian balita disebabkan pneumonia sehingga pneumonia dianggap sebagai"pembunuh bayi yang terlupakan".

Kepala Divisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung Profesor Cissy Kartasasmita mengatakan pneumonia berisiko tinggi pada anak-anak dibawah lima tahun atau balita terutama yang dibawah usia dua tahun.

"Pneumonia berisiko tinggi pada anak balita terutama anak dibawah dua tahun, tidak mendapat ASI eksklusif, anak dengan gizi buruk, yang biasanya memiliki sistem imun yang lemah, serta anak terkena asap rokok serta polusi di dalam ruangan ,kata Profe Cissy Kartasasmita dalam keterangannya kepada pers di Jakarta, Kamis.

Cissy mengatakan pula bahwa pneumonia berpeluang terjadi pada anak dengan penyakit kronik tertentu seperti asma, bronkitis, diabetes melitus hingga HIV-AIDS.

Ia menjelaskan masalah penyakit pneumonia ini sehubungan dengan peringatan ` Hari Pneumonia Dunia" atau "World Pneumonia Day(WPD) yang berlangsung pada tanggal 2 November.

Tumbuhkan kesadaranSementara itu Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia(IDAI) dr Badriul Hegar mengemukakan pencanangan Hari Pneumonia Dunia bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat tentang pneumonia ."Penyakit pneumonia merupakan masalah kesehatan masyarakat khususnya balita yang memerlukan perhatian bersama agar angka kesakitan dan kematiannya dapat diturunkan," kata dokter Hegar.Pneumonia adalah penyakit radang infeksi akut yang mengenai paru-paru.

Pneumonia disebabkan oleh kuman(mikroba, jasad renik) yang masuk ke dalam paru, kemudian berbiak sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan paru.Banyak kuman yang dapat mengakibatkan pneumonia. Selain itu, virus dan jamur juga dapat mengakibatkn munculnya pneumonia.Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa seperlima dari kematian bayi terutama di negara-negara berkembang disebabkan oleh pneumonia.WHO menjelaskan bahwa upaya mengatasi penyakit ini belum maksimal , sehingga menyebutnya sebagai "pembunuh anak-anak yang terlupakan atau forgotten killer of children".

Cissy Kartassamita menjelaskan bahwa penyakit ini biasanya diawali oleh gejala infeksi saluran pernapasan atas akut berupa demam, yang disertai batuk."Bila sakit berlanjut , maka akan timbul napas cepat yang menandakan anak kemungkinan besar mengalami pneumonia.

Gejala yang lebih berat berupa sesak napas.Jika menjumpai anak yang batuk dan kemudian napasnya menjadi cepat apalagi sesak napas maka harus segera mencari pertolongan medis," kata Cissy Kartasamita.Imunisasi yang merupakan cara penanggulangan yang paling efektif, namun ternyata cakupannya masih terbatas atau kecil, seperti DPT dan Campak.(Ar/At)



Sumber: www.berita8.com

Jangan Bedakan Pelayanan Pasien Miskin

KOMPAS.com — Seluruh rumah sakit di Indonesia diminta untuk tidak membedakan pelayanan terhadap pasien miskin dengan pasien dari keluarga mampu. Permintaan itu disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih pada acara Kongres Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia di Banjarmasin, Rabu (4/11).

"Saya minta saat pasien masuk rumah sakit untuk dirawat jangan dulu ditanya masalah lain, apalagi masalah biaya," kata Menkes. Menurut dia, yang membedakan pasien yang datang dengan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang diperuntukkan bagi warga miskin hanyalah kelas dan biaya untuk kamar di rumah sakit.

Sedangkan untuk pelayanan tidak ada perbedaan, setiap pasien berhak mendapatkan pelayanan yang sama. "Jangan sampai pelayanan pasien kamar kelas tiga yang notabene pasien Jamkesmas dibedakan dengan pasien yang dirawat pada kelas satu dan lainnya," katanya.

Menurut dia, pasien gawat darurat yang harus ditangani dalam waktu 10 menit pertama harus ditangani tanpa membedakan dari golongan atau kalangan mana pun. Karena pertolongan pada 10 menit pertama, kata dia, menjadi salah satu penentu keselamatan pasien yang sedang dalam kondisi gawat darurat.
   
Sebagaimana diketahui, saat ini banyak keluhan dari masyarakat bahwa rumah sakit kurang bersedia melayani pasien yang tidak membawa jaminan uang dan lainnya pada saat masuk rumah sakit. Akibatnya, tidak jarang pasien meninggal dunia dalam ruang gawat darurat karena terlambat ditangani oleh tim kesehatan dengan alasan tidak ada jaminan dari keluarga.

Menkes berharap, ke depan seluruh petugas kesehatan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan perasaan empati, yaitu ikut merasakan apa yang dirasakan pasien.
   
"Setiap pasien yang masuk rumah sakit dalam kondisi kesusahan, untuk itu ikutlah merasakan apa yang mereka rasakan dan segera dilakukan pertolongan, jangan ditanya masalah uang dan lainnya," katanya.
   
Ke depan, kata dia, seluruh petugas kesehatan baik itu perawat bidan, dokter, maupun lainnya secara bertahap profesionalismenya harus terus diperbarui dan ditingkatkan, baik melalui sertifikasi maupun lainnya. Pada kesempatan tersebut Menkes juga menyampaikan program 100 hari pertama, di antaranya, peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan.

Selanjutnya, peningkatan kesehatan masyarakat mempercepat pencapaian target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana. Selain itu, peningkatan ketersediaan, pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil dan tertinggal, perbatasan dan kepulauan.

Kedatangan Menkes ke Banjarmasin merupakan kunjungan pertama Endang ke luar daerah setelah dilantik menjadi menteri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.



WHO, UNICEF, Luncurkan Aksi Tanggulangi Pneumonia

Jenewa (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak PBB (UNICEF), Senin, meluncurkan rencana aksi menyeluruh guna menanggulangi radang paru-paru (pneumonia), penyebab terbesar kematian pada anak-anak di dunia.

Rencana tersebut diperkirakan akan menyelamatkan sebanyak 5,3 juta anak dari kematian akibat radang paru-paru sampai 2015, kata WHO --yang berpusat di Jenewa, Swiss-- dalam satu pernyataan.

Radang paru-paru menewaskan sebanyak 1,8 juta anak yang berusia di bawah lima tahun setiap tahun, lebih dari 98 persen di antaranya terjadi di 68 negara berkembang.

Meskipun jumlah korban jiwanya sangat luar biasa, sumber daya yang relatif sedikit dicurahkan guna menanggulangi pembunuh anak-anak itu, kata pernyataan WHO tersebut.

Rencana aksi global bagi pencegahan dan pemantauan pneummonia itu (GAPP) meliputi saran mengenai apa yang perlu dilakukan, target dan sasaran khusus, dan perkiraan tentang apa tebusannya dan berapa nyawa yang akan diselamatkan.

Tujuan rencana tersebut ialah untuk meningkatkan kesadaran mengenai radang paru-paru sebagai penyebab utama kematian anak kecil, dan itu menyeru pengambil kebijakan nasional serta global, lembaga donor dan masyarakat sipil agar melakukan tindakan segera guna menerapkan rencana itu.

"Rencana aksi ini menyediakan strategi guna mencegah dan mengendalikan pneumonia, yang hari ini menewaskan makin banyak anak dibandingkan penyakit lain," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan dalam pernyataan tersebut.

"Kami tahu strategi itu akan berhasil, dan jika itu diterapkan di setiap negara yang menghadapi beban berat, kami akan dapat mencegah jutaan kematian," kata Chan.

Biaya penerapan rencana global tersebut dengan menurunkan tindakan yang disarankan di 68 negara yang menghadapi beban berat diperkirakan berjumlah 39 miliar dolar AS untuk tahun fiskal 2010-2015, kata pernyataan itu.

Target dan sasaran khusus yang akan dicapai sampai 2015 berdasarkan strategi GAPP ialah untuk mengembangkan cakupan semua vaksin yang relevan dan tingkat pemberian air susu ibu eksklusif jadi 90 persen, dan menaikkan tingkat akses ke penanganan kasus pneumonia yang layak jadi 90 persen.



04 November 2009

Obat Panas Bikin Vaksin Lemas

Setahun lalu, Putri, 2 tahun, mendapat vaksin difteri pertusis tetanus (DPT) dari dokter di Rumah Sakit Budi Jaya, Jalan Dr Sahardjo, Jakarta Selatan. Lalu sang dokter menyarankan ibunya, Lia, 27 tahun, memberi Putri parasetamol jika tubuhnya panas--setelah vaksinasi.
Parasetamol kembali menjadi perbincangan setelah adanya sebuah penelitian di Cek belum lama ini. Studi itu menemukan fakta bahwa pemberian parasetamol pada bayi setelah vaksinasi bisa menurunkan efektivitas imunisasi.


Studi itu mengambil sampel 450 bayi. Separuh dari bayi-bayi itu diberi vaksin penyakit pneumokokus, haemophilus influenzae type b, DPT, batuk rejan, hepatitis B, polio, dan rotavirus. Mereka diberikan tiga dosis parasetamol setiap 6-8 jam selama 24 jam. Sedangkan separuh lainnya tidak diberikan parasetamol.

Ditemukan bahwa 42 persen anak dari kelompok yang diberikan parasetamol mengalami peningkatan suhu di atas 38 derajat Celsius setelah mendapat vaksin awal. Sementara itu, pada kelompok yang tidak mendapat parasetamol, yang mengalami demam tinggi di atas 38 derajat Celsius sebesar 66 persen.Memang persentase demam anak yang diberikan parasetamol lebih rendah. Tapi, menurut pemimpin studi itu, Profesor Roman Prymula, antibodi mereka lebih rendah dan respons kekebalan tubuh dari vaksin diketahui tidak begitu baik. Jadi pemberian parasetamol lebih banyak ruginya ketimbang manfaatnya.

Para peneliti memperkirakan kandungan parasetamol telah mengganggu respons sel kekebalan untuk vaksin. "Memang relevansi klinis dari temuan imunologi ini tidak diketahui dan memerlukan penilaian lebih lanjut," tutur profesor Prymula seperti dilansir BBC.
Yang jelas, rekomendasi parasetamol pada saat vaksinasi tidak lagi secara rutin disarankan tanpa pertimbangan manfaat dan risikonya. Ahli imunisasi anak dari Rumah Sakit Great Ormond Street, Inggris, Dr David Elliman, mengaku tidak mengerti bagaimana bisa dokter banyak memberikan parasetamol setelah vaksinasi.

"Saya selalu menasihati orang tua bahwa itu tidak perlu," kata Elliman.
Elliman memperkuat penelitian di atas. Menurut dia, memberikan parasetamol sebelum dan sesudah vaksin sebetulnya tidak terlalu disarankan karena tidak banyak bermanfaat serta data menunjukkan bahwa hal itu malah merugikan.

Namun, Profesor Aine McKnight dari Barts dan London School of Medicine and Dentistry berpendapat, untuk mengungkap efek penuh parasetamol, apakah mengurangi efektivitas vaksin atau tidak, diperlukan lagi banyak penelitian.

Sementara itu, Dr Sudjatmiko, Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, mengatakan sebenarnya memang tidak diperlukan parasetamol lagi setelah diberi vaksin. Sebab, sebagian besar vaksin sekarang memang sudah tidak bikin demam panas lagi. Namun, masih ada yang menggunakan jenis vaksin yang bisa menimbulkan demam.

Walaupun ada yang demam, sesungguhnya persentasenya sangat kecil. Hal tersebut dipengaruhi oleh respons tubuh masing-masing anak. Ia menekankan, orang tua jangan selalu berasumsi jika anak demam sebagai akibat dari vaksin. Dan jika anak mengalami demam, menurut spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu, bisa saja menurunkannya dengan mengompres menggunakan air hangat--meski proses bekerjanya memang sangat lama.


Sumber: www.tempointeraktif.com