31 Oktober 2009

Vaksinasi Influenza Berfungsi Ganda

Pemberian vaksinasi influenza, termasuk influenza A-H1N1, bagi wanita yang tengah hamil ternyata tidak hanya melindungi si ibu, tetapi juga bisa membuat janinnya tumbuh lebih besar, sehat, dan kecil kemungkinan lahir prematur.

Hasil penelitian Masyarakat Penyakit Menular AS di Philadelphia, yang dipaparkan Kamis (29/10), menunjukkan bahwa bayi sebelum dan setelah kelahiran akan terlindungi dari ancaman virus influenza.

”Dengan satu suntikan, dua individu terlindungi. Barangkali kalau si ibu tidak mau melakukannya untuk dirinya sendiri, mereka bisa melakukannya untuk bayi mereka,” kata Dr Marietta Vazquez dari Yale University.

Khusus untuk mengantisipasi pandemi influenza A-H1N1, ibu hamil menjadi prioritas utama pemberian vaksinasi. Dari 1.000 warga AS yang meninggal karena influenza A-H1NI, sebanyak 6 persen di antaranya adalah ibu hamil.

Temuan tim peneliti itu disimpulkan setelah mempelajari 350 ibu hamil (157 orang menderita influenza dan 195 tidak) sejak tahun 2000. Dr Saad Omer dari Emory University, AS, meneliti 6.410 bayi yang lahir prematur selama kurun waktu Juni 2004 hingga September 2006.

Ketika influenza menyebar, risiko ibu hamil yang mendapat vaksinasi terkena influenza sangat rendah atau 80 persen lebih rendah daripada ibu hamil yang tidak divaksinasi dan melahirkan bayi prematur. ”Infeksi flu barangkali mengurangi jumlah nutrisi yang diperoleh janin melalui plasenta,” ujar tim peneliti.



Sumber: www.kompas.com


Menkes: Tenaga Kesehatan Lokal Dioptimalkan

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan tenaga kesehatan lokal harus dioptimalkan penyebarannya ke daerah-daerah, khususnya daerah terpencil.

"Tiga bulan ini, saya tidak bicarakan ini (tenaga kesehatan asing), itu belakangan. Yang penting optimalisasi tenaga sendiri saja," kata Menkes, di Jakarta, di sela-sela Temu Nasional (National Summit) 2009 kemarin.

Optimalisasi tenaga kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).

Dalam Temu Nasional komisi Bidang Kesejahteraan Rakyat, khususnya untuk perluasan pelayanan kesehatan, isu pokok yang dibahas yakni peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat, dan peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).

Selanjutnya yang dibahas yakni pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan.

Berkaitan dengan bantuan sosial jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Menkes Endang mengatakan saat ini yang harus diprioritaskan adalah membayar utang jamkesmas. Ia berharap utang tersebut dapat dilunasi dalam tiga bulan ke depan.

Selanjutnya masalah yang harus dibereskan berkaitan dengan jaminan kesehatan daerah (jamkesda), mengingat jamkesda dibayarkan dengan uang daerah, sehingga perlu ada pedoman untuk menyeragamkan sistem pembayarannya.

"Selama ini setiap daerah berbeda-beda. Perlu dibuat pedoman standar supaya pembayaran jamkesda lancar," katanya.

Pengobatan Masal Filariasis Dilanjutkan

Dinkes Bonbol : Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki, akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.

Bone Bolango merupakan daerah yang endemis terhadap penyakit Filariasis. Tercatat bahwa sebanyak 4 Kecamatan dinyatakan tertular penyakit ini, diantaranya Kecamatan Bone Raya, Suwawa, dan Tapa sementara penduduk yang dinyatakan terinfeksi Mikrofilaria pada survei dari tahun 2004 berjumlah 147 orang dari 415 sampel darah (data dinkes bone bolango).

Dinas Kesehatan melalui program P2-PL saat ini telah melakukan program eliminasi tersebut yang dimulai dari tahun 2005 dan memang sudah menjadi kesepakatan Global dari WHO bahwa ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020). Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya.

Pendistribusian obat ke beberapa Puskesmas yang ada di Wilayah kerja Dinas Kesehatan sudah hampir seluruhnya terlaksana. Hari ini tinggal 3 Puskesmas yang didatangi untuk menyalurkan obat tersebut yaitu : Puskesmas Suwawa, Suwawa tengah, dan Dumbaya Bulan. Pada Sasaran pertama adalah wilayah Puskesmas Pesisir pantai yakni Kabila Bone, Bonepantai, Bulawa, Tombulilato dan Bone. Pendistribusian tersebut langsung dikoordinir oleh Kepala Seksi P2 (Ismail Abas). Menurut Djamaludin Nento (Kabid P2-PL) “tahun ini sudah masuk pada tahap yang ke 4 ada juga yang masih masuk pada tahap ke 3 karena prioritas pada tahun kemarin adalah daerah yang betul-betul endemis” . ditambahkannnya setelah dikaji dan mungkin sudah ada penderita baru di kecamatan yang lain maka kami berinsiatif pengobatan ini harus menyeluruh.

Saat ditanyakan bagaimana cara penularan penyakit ini Ismail Abas menerangkan Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 )”. Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.

Untuk pengobatan Ismail menambahkan secara massal dilakukan didaeah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5 % untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol ; dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, Albenzol 400 mg albenzol (1 tablet )

Sumber : Bakohumas Dinas Kesehatan Bone Bolango

30 Oktober 2009

Thalaesemia Masih Serang Anak-Anak

Pemerintah belum mengutamakan penanganan penyakit thalaesemia yang mulai ditemukan di Indonesia sejak 1955. Perhatian Departemen Kesehatan masih tertuju ke sejumlah penyakit menular. “Konsentrasi masih ke penyakit menular, suatu saat nanti thalaesemia dapat perhatian,” kata staf ahli Menteri Kesehatan Bidang Mediko Legal Rachmi Utoro di Bandung, Selasa (27/10).

Menurut dia, prioritas penanganan penyakit di Indonesia harus dilihat, antara lain, dari pola penyebaran penyakit dan besaran kasus. Penyakit yang diutamakan itu sekarang seperti SARS, flu babi, flu burung. Selain itu, tuberculosa (TBC) karena jumlah penderitanya berada di urutan ketiga di dunia. Sedangkan penderita thalaesemia, kata dia, sejauh ini Departemen Kesehatan belum memiliki data jumlah dan sebarannya.

Thalassaemia adalah penyakit keturunan akibat rusaknya sel darah merah. Sampai sekarang, penyakit tersebut belum ada obatnya. Untuk memperpanjang usia, penderita thalaesemia berat harus rutin transfusi darah dan menyedot zat besi di dalam tubuhnya selama berjam-jam.

Untuk menurunkan jumlah penderita thalaesemia seperti itu, kata Rachmi, caranya dengan pencegahan. ”Sesama keturunan yang membawa gen thalaesemia agar tidak menikah,” katanya di sela sosialisasi thalaesemia di Universitas Padjadajaran, Bandung.

Sedangkan pada anak balita khususnya, deteksi dini thalaesemia bisa diamati dari fisik dan mentalnya. ”Anak yang sehat itu semakin bertambah usia, bertambah juga berat badan dan kecerdasannya,” ujarnya.

Staf bagian anak Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin, Bandung, dr. Susi Susanah mengatakan, dari pasangan pembawa gen thalaesemia, kemungkinan memiliki anak tanpa thalasemia hanya 25 persen, 50 persen membawa penyakit dan berpotensi mengalami thalaesemia ringan, dan 25 persen sisanya mengidap thalaesemia berat. ”Banyak kasus yang orang tuanya merasa baik-baik saja, tapi anaknya kena,” katanya.

Berdasarkan perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), pembawa gen thalaesemia berkisar antara 5-10 persen. Artinya, kata dia, dari 4 juta kelahiran di Indonesia, ada 2.000-4.000 bayi yang berpotensi terkena thalaesemia. Hingga September lalu di RS Hasan Sadikin, tercatat ada 553 pasien yang menjalani rawat jalan. “Hampir semuanya kategori berat,” ujarnya.

Setiap tahun, ada 40-50 pasien thalaesemia baru yang berobat ke rumah sakit rujukan se-Jawa Barat itu. ”Pasien yang termuda berusia 2 bulan dan yang tertua 51 tahun,” kata Susi. Umumnya pasien yang datang dari berbagai daerah itu berasal dari keluarga miskin yang berobat dengan memakai kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat. Mereka harus menjalani transfusi darah 1-2 kali sebulan. Selain itu, setiap hari mereka juga harus menyedot zat besi dalam darah mereka selama 8-15 jam agar tidak menimbulkan komplikasi penyakit.

Seluruh rangkaian pengobatan, katanya, mencapai Rp 250 juta per orang selama setahun. Sedangkan untuk penyembuhan yang ideal seperti transplantasi sel induk sangat mahal. Karena itu, dia meminta pemerintah memberi perhatian juga ke penderita thalaesemia dengan memberi subsidi yang lebih besar, terutama untuk upaya pencegahan lewat cara pemeriksaan awal secara gratis.

Pemeriksaan berupa pengambilan contoh darah itu, katanya, bisa dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat. Dia mencontohkan negara Cyprus yang berhasil menurunkan angka penderita thalaesemia secara drastic. “Kalau digratiskan, tak ada alasan orang tak mau memeriksakan diri,” katanya.

Gejala thalasemia biasanya mulai tampak pada bayi berusia 2-3 bulan. Misalnya wajah tampak pucat, pertumbuhan terganggu, dan hidung pesek hingga pangkalnya. Pada anak-anak, tanda penyakit itu telah parah adalah perut yang membuncit karena limpanya membesar.



Sumber: www.tempointeraktif.com


5 CJH Tiap Harinya Sambangi Poliklinik Asrama Haji

Surabaya - Meski sudah dinyatakan sehat dan siap berangkat tetap saja poliklinik asrama haji masih
menjadi jujukan para calon jamaah haji (CJH) untuk memeriksakan kesehatan.

Dari catatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (Embarkasi Surabaya bagian poliklinik mencatat rata-rata tiap hari ada 5 CJH yang datang. Diantaranya ada yang meminta dilakukan vaksinasi.

"Jadi tiap kali kedatangan kloter pasti ada jamaah yang langsung mendatangi poliklinik. Terutama jamaah yang masuk dalam golongan resiko tinggi atau jamaah berumur diatas 50 tahun," kata staf Humas PPIH Embarkasi Surabaya, Sugianto kepada detiksurabaya.com, Kamis (29/10/2009).

Menurut Sugi panggilan akrab Sugianto, bagi CJH yang belum mendapatkan salah satu vaksin akan diberikan vaksin secara gratis. Vaksin yang biasanya diminta adalah vaksin influenza dan vaksin swine flu.

Tapi menurut Sugi tak hanya jamaah resiko tinggi tapi juga ibu-ibu berusia subur. Kehadiran ibu-ibu ke poliklinik untuk melakukan tes kehamilan dan konsultasi menstruasi.

"Jadi selain para jamaah berusia lanjut, jamaah ibu-ibu berusia subur juga mendatangi poliklinik untuk tes kehamilan untuk mengetahui apakah  hamil atau tidak serta banyak pula yang meminta obat untuk menunda haid agar saat melaksanakan ibadah haji tidak terhalang menstruasi," tuturnya.

Data tim kesehatan dan poliklinik menyatakan hampir 20persen tiap kloter mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan para jamaah kurang istirahat sebelum berangkat an menginap di asrama haji akibat banyak menerima tamu dan kerabat yang mengucapkan selamat jalan serta memberi doa.



Dikes Akui Kekurangan Obat Bagi Puskesmas

SUMBAWA BARAT,Nusatenggranews.com.- Dinas kesehatan Sumbawa Barat mengakui pihaknya untuk saat ini masih kekurangan sejumlah obat-obatan yang diperuntukkan bagi seluruh Puskesmas di daerah ini.

Kepala dinas kesehatan Sumbawa Barat melalui kepala bidang Pelayanan Kesehatan Ns.Kamaluddin S.Kep.MM membenarkan jika pihaknya untuk beberapa bulan ini kekurangan stok obat, lebih- lebih obat yang kurang ini merupakan obat yang sangat dibutuhkan. "Kita akui, sudah beberapa bulan kita kekurangan obat, apalagi obat yang kurang ini obat yang sangat dibutuhkan seperti anti biotic," aku Kamaluddin.

Kamaluddin mengatakan kekurangan obat bagi seluruh Puskesmas ini disebabkan oleh banyak hal, seperti pengadaan obat pada tahun 2008 lalu tidak terealisasi sepenuhnya melainkan hanya terealisasi sebanyak 60 % dari yang diharapkan. Ini disebabkan kelangkaan obat dipasaran sehinga pihak ketiga kesulitan mendapatkan obat tersebut, saat tender pengadaan obat ini semua daerah bersamaan sehingga pusat kekurangan stok, ungkap Kabid Yankes.

Lebih lanjut Kamaluddin mengungkapka kekurangan obat bagi KSB ini juga disebabkan adanya penyuplaian obat kewilayah kabupaten Lombok Utara oleh Bapperstok Mataram, hal ini mengakibatkan stok yang tersedia di Baperstok Mataram untk KSB menjadi berkurang. "Kita maklumi juga KLU itu merupakan kabupaten baru, sama juga halnya dengan kita dulu saat baru terbentuk," ungkapnya.

Kedepannya Kamaluddin juga memprediksikan akan terjadi kekurangan obat, hal ini dari beberapa jenis obat yang jumlahnya sekitar 114 jenis obat yang dipesan hanya ada sekitar 56 jenis obat yang tersedia dipasaran. "Untuk penadaan saat ini kita pesan sekitar 114 jenis obat, hanya yang ada dipasaran sekitar 56 jenis saja," ungkapnya.

Ironosnya lagi menurut Kabid Yankes ini jenis obat yang saat ini tidak tersedia dipasaran adalah jenis obat y ang sangat dibutuhkan di KSB seperti amoxcylin (antibiotic) dan jenis lidocain. "Obat ini yang sangat kita butuhkan, karena tingkat kecelakaan lalu lintas diwilayah kita tergolong cukup tinggi," ungkap Kamaludin seraya mengatakan pihaknya saat ini tetap berusaha untuk mencari solusinya.

Sebelumnya warga masyarakat mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang kekurangan obat. Padahal menurut warga salah satu program pengobatan gratis bagi masyarakat ini untuk dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat.


29 Oktober 2009

Minim, Daya Serap Apoteker di Rumah Sakit


MEDAN, KOMPAS.com - Daya serap tenaga apoteker di rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta di Indonesia dinilai masih cukup rendah. Akibatnya, masih banyak apoteker yang tidak tertampung.

Ketua Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Haryanto Danutirto, di Medan, Rabu (28/10), mengatakan, berdasarkan profil kesehatan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan, apoteker yang bekerja dirumah sakit hanya sebanyak 15 persen dari jumlah apoteker yang ada saat ini.

"Sedangkan rumah sakit yang ada di Indonesia dewasa ini diperkirakan jumlahnya sekitar 1.234 unit, kalau diambil rata-rata maka satu rumah sakit hanya menyerap satu apoteker," katanya.

Ia mengatakan, hal tersebut menunjukkan bahwa serapan tenaga apoteker di rumah sakit masih sangat sedikit. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak karena setiap tahun lulusan perguruan tinggi bidnag apoteker terus bermunculan.

Padahal tambah dia, berdasarkan petunjuk dari Departemen Kesehatan disebutkan bahwa sebanyak 30 tempat tidur yang ada di rumah sakit harus dilayani oleh satu orang tenaga apoteker.

Jadi jika dalam satu rumah sakit ada 1.000 tempat tidur maka sedikitnya 300 tenaga apoteker yang terserap. Dewasa ini lulusan apoteker setiap tahun saat ini berkisar antara 3 sampai 4 ribu apoteker.

"Apoteker itu bertugas bukan hanya melayani dalam bidang ketersediaan farmasi bagi pasien tapi juga sebagai relasi bagi dokter. Ketersediaan tenaga apoteker di rumah sakit ini juga pernah kami diskusikan dengan menteri kesehatan, saat dijabat Siti Fadilah,"katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, ketersediaan tenaga apoteker di rumah sakit juga harus sudah menjadi perhatian semua pihak karena menkes juga menyebutkan untuk kedepan, pelayanan pemberian obat kepada pasien di puskesmas harus dilayani oleh apoteker.

Apalagi keberadaan tenaga apoteker di puskesmas telah diakomodir dalam PP 51 tahun 1999 yang telah diundangkan. Dengan demikian peran dan fungsi apoteker dalam penyediaan jasa kefarmasian akan lebih jelas dalam pelayanan kesehatan.


Terkendala Dokter dan fasilitas Pelayanan Puskesmas Masih Belum Optimal

Sumbawa Besar, Nusatenggaranews.- Keberadaan 24 puskesmas dimasing-masing kecamatan sudah cukup membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan. hanya saja dari jumlah tersebut, sebagian belum bisa berjalan secara optimal. Keterbatasan tenaga dokter serta peralatan alat-alat medis masih menjadi kendala.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dikes) Sumbawa, Drs. Didi Darsini, A.Pt, yang ditemui Senin (10/8), menyatakan, pengangkatan tenaga medis termasuk dokter
terus dilakukan. Salah satunya, melalui pengangkatan Pegawai Tidak Tetap (PTT). Kemudian usulan jalur khusus melalui pengangkatan pegawai negeri.

Untuk tahun 2009 ini, sekitar 100 orang dari tenaga kesehatan dari berbagai bidang akan diangkat. "Tentu jumlah ini tak bisa memenuhi kebutuhan yang ada. Secara bertahap karena tak mungkin sekaligus,"terangnya.

Diakui Didi, saat ini masih ada sejumlah Puskesmas di kecamatan yang belum dilengkapi tenaga dokter. Seperti di Puskesmas Moyo Hilir, puskesmas Buer dan puskesmas Moyo Hulu serta lainnya. Banyaknya dokter yang bekerja ditempat ganda juga diperkenankan. Meski hal itu nantinya, akan mempengaruhi tingkat pelayanan di Puskesmas.

Sementara terkait pengadaan alat-alat kesehatan di Puskesmas, tetap berupaya diadakan setiap tahunnya. Termasuk pada tahun ini. Apalagi kini ada satu lagi
pembangunan Puskesmas baru, yakni Puskesmas Kota Sumbawa (Brang Biji). Pengadaan alat juga tergantung kebutuhan dari Puskesmas. Serta status puskemas terkait, keperawatan atau non keperawatan. Sejauh ini, Puskesmas yang sudah berstatus keperawatan, yakni, puskesmas Utan, Empang, Pelampang, Labangka dan puskesmas Buer.


TAHUN DEPAN PELAYANAN KB DI JAKARTA GRATIS

Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengumumkan, tahun 2010 mendatang seluruh pelayanan keluarga berencana (KB) akan digratiskan bagi masyarakat. Pengratisan tersebut akan diteruskan pengumumannya ke para waliokota dan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga Berencana.(KBPM-KB).

“Demi terciptanya pelayanan terhadap masyarakat dan menyukseskan program KB di DKI Jakarta, maka seluruh Puskesmas dan Posyandu akan melaksanakan hal itu secara gratis,” kata Wagub Prijanto saat menutup TNI Manunggal KB-Kes ke-23 Tingkat Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009 di Gelanggang Olahraga Pela Mampang, Selasa (27/10).

Meski DKI suukses melaksanakan program KB secara nasional, tetapi hingga saat ini bila mendatangi RT-RW masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. “masih banyak yang mempunyai anak banyak. Ini fakto, lho,” kata Prijanto.

Menurut Wagub, bila ingin menjadikan masyarakat keluarga kecil dengan penghasilan kecil akan membawa kebahagiaan. Tetapi penghasilan kecil anak banyak, akan menyusahkan dan menyulitkan. Sedangkan sasaran sebanyak mungkin peserta KB tidak hanya orang miskin, tapi juga tidak memandang ekonomi kuat-lemah maupun sedang, siapapun boleh jadi akseptor.
Lebih jauh Prijanto mengatakan, TNI Manunggal KB-Kes tidak hanya spesial isinya KB saja, tetapi bagaimana masyarakat sehat diajak hidup bersih, menanam pohon, penghijauan, bina remaja, dan PAUD adalah partisipasi masyarakat, perlu kita dukung karena sebagai pemberdayaan masyarakat.(din/pel).



Sumber: www.bkkbn.go.id

Ketidaksiapan Menkes Baru Presentasi di DPR

Wakil Ketua DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Pramono Anung, mengatakan, batalnya rapat kerja antara Komisi IX DPR dan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih karena menteri kesehatan belum siap, sehingga waktunya diundur.

"Mungkin karena masih baru berada di kabinet, sehingga Menteri Kesehatan belum siap melakukan rapat kerja dengan DPR," kata Pramono Anung usai memberikan penghargaan Megawati Soekarnoputri kepada pemuda berprestasi di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Rabu.

Dikatakannya, pengunduran jadwal rapat kerja tersebut bukan tanpa batas. Pimpinan DPR sudah menyepakati, nanti mitra-mitra kerja komisi DPR akan dipanggil sesuai dengan bidang tugas dan fungsi komisi masing-masing.

Rapat kerja antara komisi IX yang diketuai Ribka Tjiptaning (FPDIP) dan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih semula dijadwalkan pada Rabu ini mulai pukul 10.00 WIB.

Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning mengatakan, ia mengetahui pembatalan rapat kerja tersebut dari sekretariat Komisi IX yang mendapat kabar dari pimpinan DPR.(TT/An)



Sumber: www.berita8.com


28 Oktober 2009

JABAR PENYANGGA UTAMA PROGRAM KB NASIONAL

Sekretaris Utama (Sekut) BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Pusat Sudibyo Ali Moeso, mengatakan, Provinsi Jawa Barat (Jabar) kini memiliki penduduk sebanyak 42 juta lebih, atau 20 persen lebih dari seluruh penduduk Indonesia, dengan jumlah keluarga di atas 11 juta, pasangan usia subur (PUS) sebanyak 8,2 juta, menjadikan Jabar sebagai promosi penyangga utama dalam program KB.

“BKKBN menyampaikan ucapan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Gubernur Jabar dan Pangdam III Siliwangi, juga kepada Bupati Bogor, karena ternyata program KB di Jawa Barat ini telah mencapai kemajuan dan peningkatan yang sangat pesat,” kata Sudibyo saat menghadiri acara penutupan Bakti TNI KB terpadu dan pencanangan kesatuan gerak PKK-KB Kesehatan ke XIV Tingkat Provinsi Jabar di Gedung Tegar Beriman, Kompleks Perkantoran Pemkab Bogor, Senin (19/10).

Sementara Pngdam III Mayjen Rasyid Qurnuen Aquari, dalam kata sambutannya mengatakan, jajaran TNI akan terus berkomitmen untuk turut serta dalam program KB. “TNI akan selalu memberikan yang terbaik untuk masyarakat, termasuk melalui program KB,” janji Rasyid.(din/pel).



Sumber: www.bkkbn.go.id

Penderita Talasemia Jabar Akan Mencapai 5000 Jiwa

Bandung (ANTARA News) - Penderita talasemia di Jawa Barat sepuluh tahun mendatang diprediksi akan mencapai lima ribu orang. Dengan penderita sebanyak itu biaya pengobatannya bisa menghabisakan dana Rp1,25 triliun per tahun.

Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Susi Susanah, dalam Sosialisasi Pencegahan Terhadap Talasemia di Bandung, Selasa, mengatakan hingga saat ini penyakit talasemia belum tersosialisasikan dengan baik, karena kosentrasi pemerintah terfokus pada penanggulangan penyakit menular seperti HIV/AIDS dan penyebaran firus influensa.

Padahal, lanjutnya, talasemia merupakan penyakit kelainan darah yang penyebarannya semakin meluas dan harus ada upaya untuk mencegah penyebaran tersebut.

Ia mengungkapkan, jumlah penderita talasemia diprediksi meningkat antara 3-10 persen di Jabar. Pada setiap kelahiran bayi di Jabar, 23 persen diantaranya membawa sifat talasemia.

"Dari kelahiran bayi di Jabar setiap tahun, yang terkena talasemia diperkirakan sebanyak 500 bayi," ujarnya.

Oleh karena itu Susi menilai harus ada kebijakan dan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk melakukan kampanye pendidikan yang agresif ke masyarakat mencegah penyebaran talasemia ini.

"Kalau tidak, 10 tahun lagi jumlahnya bisa 5 ribu orang," katanya.

Ia menjelaskan, kalau sudah terkena biaya pengobatan yang harus dikeluarkan akan sangat mahal. Karena, semua penderita talasemia yang berat harus selalu melakukan tranfusi darah.

Pertahunnya, setiap penderita talasemia berat diperkirakan harus mengeluarkan uang sekitar Rp 250 juta. Jadi, kalau ada lima ribu orang di Jabar yang menderita talasemia berat akan menghabiskan biaya pengobatan setiap tahun sekitar Rp 1,25 triliun.

Penyakit talasemia, sambung Susi, bisa terkena pada siapa pun baik dari kalangan atas ataupun bawah. Asal, orang tuanya memiliki sifat talasemia.

Namun, kata dia, pasien talasemia yang datang ke RSHS hampir 90 persen merupakan pasien keluarga miskin (Gakin). Sisanya, pasien Askes dan umum.

Sedangkan, penderita talasemia yang termasuk mampu, pada umumnya melakukan pengobatan ke rumah sakit swasta dan tertutup. Sehingga, angka pasti penderita talasemia di Jabar sulit untuk diketahui.

Sementara Staf Ahli Departemen Kesehatan RI, Rachmi Untoro mengatakan, hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan talasemia secara utuh.

"Indonesia, masuk dalam negara yang berisiko tinggi talasemia. Di Indonesia, setiap tahunnya 3 ribu bayi yang lahir berpotensi terkena talasemia," katanya.


Rabies Penyakit Mematikan

Di Indonesia rabies pada hewan sudah ditemukan sejak tahun 1884, dan kasus rabies pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat. Sampai dengan tahun 2009, kasus rabies ditemukan di 24 provinsi di Indonesia, dengan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTT, Lampung dan Sumatera Barat merupakan daerah endemis tinggi. Hanya 9 provinsi yang masih dinyatakan sebagai daerah bebas yaitu Provinsi Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Papua dan Papua Barat. Hal itu dikemukakan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS dalam acara press briefing berkenaan dengan peringatan Hari Rabies Sedunia di Jakarta 26 Oktober 2009.


Dikatakan, selama 3 tahun terakhir (2006 – 2008) di Departemen Kesehatan, tercatat sebanyak 18.945 kasus gigitan hewan penular rabies, diantaranya 13.175 kasus mendapat Vaksin Anti Rabies dan 122 orang positif rabies (angka kematian 100%).

Pada bulan November 2008, Provinsi Bali yang semula bebas rabies dilaporkan terjadi kematian karena rabies di Kabupaten Badung. Kasus kemudian menyebar ke kabupaten lainnya. Sampai dengan bulan Oktober 2009 telah dilaporkan 10.911 kasus gigitan yang mendapat VAR, dan sebanyak 15 orang meninggal dengan gejala klinis rabies yang berasal dari kabupaten Badung dan Tabanan.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar ditemukan sebanyak 37 spesimen positif rabies yang berasal dari 6 kabupaten/kota yaitu Badung, Tabanan, Denpasar, Gianyar, Karang Asem dan Bangli.

Menurut Prof. Tjandra, upaya pengendalian rabies dilaksanakan oleh sektor Peternakan untuk penanganan kepada hewan penular dan pengawasan lalu lintasnya, serta sektor Kesehatan untuk penanganan kasus gigitan pada manusia dan penderita rabies (lyssa). Kedua sektor tersebut bekerjasama dibawah koordinasi Departemen Dalam Negeri dalam wadah Tim Koordinasi (TIKOR) Rabies.

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit menular yang akut, menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit rabies merupakan penyakit zoonosa yang sangat berbahaya, karena apabila gejala klinis penyakit rabies timbul biasanya akan diakhiri dengan kematian, ujar Prof. Tjandra.

Menurut Prof. Tjandra Yoga, Peringatan Hari Rabies Dunia yang diperingati setiap tanggal 28 September adalah waktu yang sangat tepat untuk mulai mengambil langkah-langkah untuk membantu mencegah penyebaran penyakit rabies, melindungi binatang peliharaan, mencegah penyakit rabies pada manusia dan melindungi keluarga tercinta.

Sementara itu dr. Rita Kusriasturi, M.Sc., Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen P2PL Depkes menambahkan, cara penularan rabies dari hewan ke manusia sebagian besar karena gigitan hewan penular rabies. Tetapi bisa juga kontak virus rabies dengan kulit luka atau selaput mukosa. Masa inkubasi (masa tunas) berkisar antara 2-8 minggu bahkan bisa sampai 2 tahun.

Binatang yang membawa virus rabies kebanyakan adalah binatang liar seperti rubah, sigung, anjing, kelelawar, monyet. Namun binatang peliharaan seperti berang-berang, anjing dan kucing juga bisa membawa virus rabies bila kontak dengan binatang liar dan bisa menularkannya ke manusia, ujar dr. Rita..

Menurut dr. Rita, tanda-tanda penyakit rabies pada manusia yaitu :
• Riwayat gigitan dari hewan seperti anjing, kucing dan kera.
• Dilanjutkan dengan gejala-gejala nafsu makan hilang, sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual/muntah-muntah.
• Pupil mata membesar, bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan.
 • Adanya rasa panas (nyeri) pada tempat gigitan dan menjadi gugup.
 • Rasa takut yang sangat pada air, peka terhadap suara keras, cahaya dan angin/udara.
• Air liur dan air mata keluar berlebihan.
 • Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan dan akhirnya meninggal dunia .

Bila seseorang digigit hewan yang menderita rabies, tindakan pertama yang dilakukan adalah “ Cuci Luka gigitan secepatnya dengan air mengalir dan sabun atau deterjen selama 10-15 menit”. Kemudian luka diberi antiseptik/alkohol 70%, setelah itu segera bawa ke Rabies Center (Puskesmas atau Rumah Sakit) atau ke dokter untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya, ujar dr. Rita.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.



27 Oktober 2009

Adanya Usulan Jabatan Wakil Menkes

Peneliti influenza A-H1N1 dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Prof Dr CA Nidom, mengusulkan adanya jabatan wakil menteri kesehatan yang khusus menangani penyakit yang akhir-akhir ini banyak bermunculan.

"Saya kira, Menkes itu hanya mengurusi masalah umum, seperti jamkesmas, sedangkan masalah penyakit juga semakin kompleks, maka perlu penanganan khusus," ungkap Nidom di Surabaya, Selasa (27/10).

Menurut staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Unair itu, kompleksitas penyakit pada masa mendatang bersifat alamiah dan "kecelakaan", seperti bioterorisme, sehingga dapat berdampak ke ekonomi dan politik.

"Karena itu, saya kira perlu ada wakil menteri yang akan membantu Presiden dalam melakukan koordinasi lintas departemen dalam mengatasi masalah penyakit yang sudah bersifat lintas sektor dari manusia ke hewan dan sebaliknya," katanya.

Ia menilai, wakil menkes akan bertugas melakukan koordinasi antara departemen pertanian, departemen kehutanan, dan departemen peternakan.

"Selama ini, koordinasi itu dilakukan pejabat setingkat dirjen, tapi ke depan tidak cukup diatasi seorang dirjen karena penyakit yang bersifat kompleks memerlukan kerja sama lintas departemen yang hanya dapat ditangani wakil menteri," katanya.

Bahkan, di Amerika Serikat, pada beberapa waktu yang lalu, Presiden AS Barack Obama justru mengambil keputusan darurat flu babi.

"Keputusan Obama itu akan menggerakkan menteri dan dirjen terkait sehingga apa yang dilakukan Obama itu menyadarkan kita tentang pentingnya penanganan khusus masalah penyakit pada masa depan," katanya.

Ditanya tentang siapa wakil menkes yang pantas, ia mengaku hal itu menjadi hak prerogatif Presiden. Namun, bila mengacu pada kompleksitas tugas, wakil menkes hendaknya dari kalangan profesional, bukan politikus.

"Kalau perlu, wakil menkes nantinya menggerakkan riset bidang kesehatan melalui insentif bagi peneliti di bidang kesehatan sehingga kita akan menjadi bangsa yang mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan di dalam negeri," katanya.

Senada dengan itu, Direktur LBH Kesehatan Iskandar Sitorus, SH menyatakan, pemerintahan SBY-Boediono perlu fokus dalam penguatan manajemen Departemen Kesehatan RI.

"Itu penting karena semakin tantangan, penanganan, dan peluang dalam kesehatan semakin kompleks, terutama dalam kaitan dengan penyakit, obat, alat, teknologi, lingkungan, sarana, tenaga, pembiayaan, dan kebijakan kesehatan bagi 220 jutaan rakyat," katanya.

Untuk itu, wakil menkes perlu diupayakan dalam pemerintahan SBY-Boediono bila memang ingin benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk kesehatan.



Sumber: www.kompas.com



WHO: Korban Tewas H1N1 Melebihi 3.900

Ternyata H1N1 telah memakan korban jiwa banyak juga... menurut lansiran WHO korban tewas sudah mencapai 3,900 orang. Dahsyat juga y.. Nih dia berita selengkapnya saya hadirkan di forum ini.. selamat menyimak aja deh


Jenewa,(ANTARA News) - Sekitar 3.917 orang di seluruh dunia tewas karena influensa A/H1N1, yang juga dikenal sebagai flu babi, sejak virus baru flu itu diketahui April, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setelah memperbarui datanya.

Dari seluruh korban yang meninggal itu, 2.948 orang meninggal di Amerika, kemudian 362 di wilayah Pasifik Barat, sebagaimanadikutip dariXinhua-OANA.

Empat kantor wilayah lain WHO, yakni di Asia Tenggara, Eropa, Laut Tengah Timur, dan Afrika melaporkan korban tewas di masing-masing wilayah mencapai 340, 154, 72 dan 41 orang.

WHO, yang telah mendeklarasikan flu A/H1N1 sebagai wabah pada Juni lalu, mengatakan bahwa jumlah keseluruhan yang dikonfirmasikan laboratorium di seluruh dunia kini mencapai 318.925 kasus.

Namun jumlah itu diduga lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kasus yang sesungguhnya terjadi, karena makin banyak negara menghentikan pengujian dan laporan kasus, terutama pada orang-orang separuh baya.

Di belahan bumi utara, tempat yang kini memasuki musim dingin, aktivitas influensa diperkirakan terus meningkat dan banyak daerah.

Namun demikian di belahan bumi selatan, sebagian besar penularan influensa kembali ke garis dasar atau bahkan terus turun, kata WHO.


Awas, Kelelahan Fisik Bisa Sebabkan Kematian

VIVAnews - Demi keselamatan saat beribadah di tanah suci, para calon jamaah haji yang akan berangkat diimbau untuk menjaga kesehatan dan tidah memfosir diri.
"Sebaiknya luangkan waktu untuk istirahat secukupnya dan makan secara teratur," ujar Penghubung Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Makkah, Raymond Andreas, seperti dimuat laman Departemen Agama.
Menurut dia, ibadah haji adalah ibadah yang 80 persen mengandalkan ketahanan fisik. Bila kesehatan tidak dijaga, katanya, maka perjalanan ibadah tidak akan maksimal."Apalagi kebiasaan di negara kita, banyak acara yang dilakukan sebelum seseorang berangkat ke Tanah Suci," tambah Raymond.
Menurutnya, istarahat yang cukup mutlak diperlukan. Begitu juga pada saat jamaah sudah berada di Tanah Suci. "Jangan mentang-mentang merasa kuat, lalu memforsir diri untuk melakukan ibadah tanpa istirahat," tambah dia.
Dari berbagai kasus yang ditemukan, umumnya jamaah ambruk dan sakit berat karena kurang mempertimbangkan faktor istirahat.
Bahkan, sebagian besar kasus kematian mendadak jamaah, juga dipicu oleh kelelahan fisik yang berlebihan dan gagal jantung.
"Dari pengalaman saya menangani jamaah sejak tahun 2002, riwayat kematian mendadak umumnya terjadi pada jamaah yang pulang umrah dan mengalami kelelahan fisik yang berlebihan," kata Raymond.
Terkait dengan kesehatan jamaah ini, Raymond juga mengingatkan agar jamaah yang menderita penyakit kronis untuk menyediakan obat-obatan pribadi secukupnya sebelum berangkat. "Sebaiknya berkonsultasilah ke dokter yang biasa menanganinya dan mintalah saran serta bekal obat paling tidak untuk 40 hari di Tanah Suci," ujar dia.
Apalagi untuk para jamaah yang menderita penyakit kronis, mereka butuh obat-obatan yang spesifik.
"Seringkali, jamaah hanya membawa obat untuk satu minggu saja. Begitu habis, obat-obatan yang dimaksud tidak mudah dijumpai di sini," ujar Raymond.
Menurutnya, puncak ibadah haji adalah saat wukuf di Padang Arafah. Para jamaah harus benar-benar menjaga kesehatannya agar tak tumbang sebelum puncak ibadah haji dilakukan.
"Jamaah kita umumnya kan sudah berusia lanjut, jadi pandai-pandailah mengukur diri. Bila fisik tak memungkinkan, tak perlu memaksakan diri untuk umrah berkali-kali," tambah dia.
Jamaah, kata dia, juga harus sering-sering mengkonsumsi air, meski tidak merasa haus. Sebab, tingkat kelembabab udara di Arab Saudi separuh dari Indonesia. "Waspadai kalau bibir, tangan, dan tumit kaki mulai pecah-pecah," kata dia.• VIVAnews


WHO: Ponsel Memang Memicu Kanker

Detikhealt.com: New York, Studi tentang bahaya ponsel sepertinya tidak ada habis-habisnya. Meskipun banyak kontroversi mengenai studi tersebut, namun kini badan kesehatan dunia (WHO) benar-benar akan menyatakan ponsel memang memicu kanker.
Kesimpulan tersebut mematahkan beberapa studi sebelumnya yang tidak setuju dengan pernyataan 'ponsel memicu kanker' dan juga perusahaan ponsel yang memberi jaminan pada konsumennya.
Dalam sebuah studi di Amerika yang didanai Telecom, para peneliti disana mengklaim bahwa ponsel tidak hanya menyebabkan tumor otak, tapi juga kanker mata, kelenjar ludah, kanker testis dan leukimia.
Namun peneliti dari Tel Aviv University justru mengatakan tudingan ponsel pemicu kanker atau tumor tidaklah tepat. Dosis radiasi yang dipancarkan oleh ponsel termasuk kecil, namun pihaknya menantang adanya studi lain yang benar-benar bisa membuktikan pada dosis radiasi berapa ponsel menyebabkan kanker atau tumor.
Setelah banyak terjadi perdebatan tentang bahaya tersebut, kini World Health Organization (WHO) merasa harus meluruskan persepsi masyarakat dan memberi tahu yang sebenar-benarnya.
"Melaui sebuah investigasi khusus, kami memang menemukan peningkatan tumor otak yang signifikan selama 10 tahun atau lebih pada mereka yang menggunakan ponsel," ujar seorang perwakilan WHO, seperti dilansir dari New York Post, Senin (26/10/2009).
Ketua studi Dr. Elisabeth Cardis mengatakan bahwa terbatasnya studi yang dilakukan untuk topik ini membuatnya merasa perlu melakukan studi lagi. "Kita akan fokus pada efek radiasi frekuensi yang disebut-sebut menjadi penyebab tumor," ujar Cardis.
Studi dilakukan di 13 negara dengan melibatkan partisipan sebanyak 12.800 orang. Hasil studi ini akan dipublikasikan secara resmi pada akhir tahun ini.


26 Oktober 2009

Tamiflu Tak Cocok untuk Orang Dewasa Sehat

Obat flu Tamiflu dan Relenza mungkin tak cocok untuk mengobati influenza musiman pada orang dewasa yang sehat, kata beberapa peneliti Inggris, Jumat.

"Merekomendasikan penggunaan obat anti-virus bagi perawatan orang yang memiliki beberapa gejala tampaknya bukan tindakan yang paling tepat," tulis Jane Burch dari University of York, dan rekannya.

Studi mereka, yang disiarkan dalam "Lancet Infectious Diseases", mendukung saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan pasien sehat yang terserang flu A-H1N1 tanpa komplikasi tak memerlukan pengobatan anti-virus.

Tamiflu, yang dibuat oleh perusahaan Swiss, Roche, berdasarkan lisensi dari Gilead Sciences Inc., adalah pil yang dapat mengobati dan mencegah segala jenis virus influenza A.

Zanamivir, yang dibuat oleh GlaxoSmithKline, berdasarkan lisensi dari perusahaan Australia, Biota, dan dijual dengan merek Relenza, adalah obat hirup di klas yang sama.

WHO sangat menyarankan penggunaan kedua obat itu buat perempuan hamil, pasien dengan kondisi medis yang benar-benar kurang baik dan anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, karena mereka berisiko tinggi terhadap penyakit yang lebih parah.

Tim Burch mengkaji beragam studi yang diterbitkan mengenai Tamiflu dan Relenza. "Kami menyajikan hasilnya buat orang dewasa yang sehat dan orang yang menghadapi risiko komplikasi yang berkaitan dengan influenza," tulis mereka.

Mereka mendapati kedua obat tersebut, rata-rata, memangkas setengah hari durasi pasien saat sakit. Influenza biasanya mempengaruhi orang selama sekitar satu pekan.

Obat itu memberi hasil sedikit lebih baik pada orang yang memiliki resiko komplikasi, seperti pasien yang menderita diabetes atau asme, sementara Relenza mengurangi rasa sakit hampir satu hari dan Tamiflu sebanyak tiga-perempat per hari.

Itu menunjukkan obat tersebut mesti diberikan kepada orang yang paling memerlukannya, kata para peneliti tersebut.

Banyak negara telah menimbun kedua obat itu. Flu A-H1N1 telah dinyatakan sebagai wabah dan menyebar ke seluruh dunia. Para pejabat kesehatan AS, Jumat, mengatakan penyakit tersebut masih bertambah parah di Jepang, kondisi membaik di Inggris dan masih aktif di Amerika Serikat. Flu jarang menyerang di semua ketiga negara itu pada Agustus.

Pabrik global menduga tak dapat menyediakan vaksin tersebut sampai akhir September atau Oktober.



Sumber: www.kompas.com


300 Peternak Sukabumi Adukan Menkes ke DPR

Belom saja sebulan memangku jabatan menteri.. eh ibu menkes sudah di adukan oleh masyarakat ke pada DPR. Apa penyebabnya sampe masyarakat mengadukan hal tersebut.. ??? mari kita simak beritanya....


Sukabumi (ANTARA News) - Sebanyak 300 peternak asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, akan mengadukan Menteri Kesehatan (Menkes), Endang Rahayu Sedyaningsih ke Komisi IX DPR RI pada Senin (26/10) guna meminta pertanggungjawabannya terkait pengambilan sampel darah kepada para peternak.

Menkes yang sebelumnya menjabat Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bio Medis dan Farmasi, Departemen Kesehatan (Depkes) pernah mengambil sampel darah para peternak di tiga Kecamatan di Kabupaten Sukabumi, yakni Kecamatan Cicurug, Cikembar dan Kebonpedes pada 2007.

"Pengambilan sampel darah tersebut dilakukan karena pada tahun 2005 di daerah tersebut terdapat unggas yang positif flu burung," kata Ketua Kelompok Peternak Rakyat Ayam Kampung (Keprak) Sukabumi, Ade M Zulkarnain, di Sukabumi, Minggu.

Menurut dia, proses pengambilan sampel darah yang dilakukan tanggal 25 Januari 2007 tersebut melibatkan dua orang warga asing yang berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berkewarganegaraan Belanda.

Selepas diambil sampel darahnya tersebut, lanjut dia, warga sama sekali tidak diberitahukan terkait hasil pemeriksaan, sehingga membuat tanda tanya di kalangan peternak.

"Apalagi selama 18 bulan lembaga yang dipimpin Endang tidak memberikan jawaban yang diajukan para peternak. Kami mengajukan surat kepada Menkes Siti Fadilah Supari tanggal 18 Agustus 2008," jelas Ade.

Dalam surat itu, kata dia, para peternak meminta transparansi hasil pengambilan sampel dan Menkes Siti Fadilah Supari dalam jangka waktu sepuluh hari mengirimkan tim ke para peternak di Sukabumi.

Menurut dia, petugas itu memberitahukan hasil pemeriksaannya negatif flu burung, tetapi saat ditanya dibawa ke mana hasil sampelnya, salah seorang pejabat Puslitbang Bio Medis dan Farmasi menyatakan ada yang dibawa hingga ke Atlanta, Amerika Serikat.

Ade memperkirakan hasil penelitian tersebut ada yang dibawa Menkes Endang hingga ke Hanoi dan masalah itu sama sekali tidak memberitahukan kepada para peternak.

Ia menduga pengambilan sampel darah dalam rangka pembuatan serum kekebalan flu burung terhadap manusia, tetapi sayangnya Endang selaku pimpinan Puslitbang tidak memberitahukan hasil penelitian secara transparan kepada para peternak.

Para peternak mempertanyakan pertanggungjawaban Puslitbang atas sampel darah tersebut.

Ade menambahkan, selama pengambilan sampel, para peternak hanya diberikan lima bungkus mie instan dan satu kaleng susu kental manis.

"Hal ini membuktikan ratusan peternak hanya dijadikan kelinci percobaan. Jika tidak mendapat respon dari DPR, kami akan sampaikan langsung ke Pak Presiden," demikian Ade M Zulkarnain.

Ketika dihubungi sejumlah wartawan, Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning menyambut positif rencana kedatangan ratusan peternak tersebut.

"Laporan para peternak ini akan menjadi salah satu landasan yang diajukan DPR RI sebagai desakan kepada Presiden untuk mengkaji ulang jabatan Menkes yang dipegang oleh Endang Rahayu Sedyaningsih," katanya seraya berharap agar dunia kesehatan Indonesia dapat maju tanpa mendapatkan tekanan dari negara asing.


25 Oktober 2009

Menkes Endang Tak Kirim Bantuan ke Maluku

VIVAnews - Gempa 7,3 pada skala richter (SR) telah mengguncang Saumlaki, Maluku. Departemen Kesehatan sudah memonitor kondisi pasca-gempa yang berada di kedalaman 165 kilometer.
"Saya sudah pantau melalui Pusat Penangulangan Bencana," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih usai rapat koordinasi di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Minggu, 25 Oktober 2009.
Sementara sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Alama (BNPB) tidak menerima laporan adanya korban jiwa, kerusakan, atau pun luka-luka akibat gempa.
Maka itu, Departemen Kesehatan tidak mengirimkan tim serta bantuan ke lokasi gempa. "Tidak ada, karena disana belum ada apa-apa," ujar Menteri Endang.
Kepala Pusat Data sekaligus juru bicara Priyadi Kardono, sebelumnya telah menerima laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maluku. Dalam laporan itu tidak disebutkan ada korban jiwa.
Selain itu, BNPB hingga kini juga tidak diterima laporan korban luka-luka. "Laporan dari BMKG Maluku tidak ada laporan. Gempa di Saumlaki itu hanya terasa guncangan-guncangan saja. Sekitar I sampai II MMI (Modified Mercalli Intensity)," ujar Priyadi.


Menkes Ditantang Serius Tangani Kesehatan Haji

Masalah haji ternyata tidak hanya menjadi masalah departemen Agama saja. Departemen Kesehatan pun dituntut serius menangani masalah haji ini..


Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mesti serius memerhatikan kesiapan pelayanan kesehatan jemaah haji, baik selama di embarkasi maupun di Arab Saudi, demikian Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Irgan Chairul Mahfiz di Jakarta, Minggu.

Menurutnya, kesiapan itu antara lain meliputi ketersediaan obat, antisipasi virus H1N1, Flu Burung, perubahan iklim, serta kesiapan para dokter.

"Hal ini mengingat kondisi jemaah haji bisa terganggu mengingat hadirnya jutaan orang pada kurun waktu dan lokasi yang sama serta prosesi ibadah haji yang cukup melelahkan," katanya.

Sekjen DPP PPP itu mengungkapkan, banyaknya jemaah berusia lanjut memerlukan kesiapan pelayanan kesehatan yang maksimal dari Depkes, termasuk kerjasama dengan rumah sakit di Arab Saudi.

Pihak Depkes sendiri sejak 13 Oktober lalu telah mengirim tim pendahulu kesehatan haji yang berjumlah lima orang ke Arab Saudi, dipimpin Koordinator Penyelenggara Kesehatan Haji Indonesia tahun 2009 Barita Sitompul.

Di Arab Saudi, tim berkoordinasi dengan berbagai sektor, termasuk berkomunikasi dengan rumah sakit yang ada di Jeddah, Makkah, dan Madinah.

"Hal ini dilakukan agar saat pelaksanaan haji tahun 2009, kerjasama pelayanan kesehatan haji berjalan lancar," kata Barita.

Jumlah jamaah haji Indonesia tahun ini 192.835 orang dan akan diterbangkan dalam 478 kloter, sementara untuk mendukung pelayanan kesehatan haji ditugaskan 1.740 orang tenaga kesehatan, terdiri dari 1.434 orang (kloter) dan 306 (non-kloter). Setiap kloter terdiri dari satu dokter dan dua perawat.

Tenaga kesehatan itu satu tim kesehatan haji yang akan mendampingi jamaah haji dalam kloter yang bersangkutan dari tanah air, di Arab Saudi, sampai ke tanah air kembali.


Cara Virus Influenza Menaklukkan Tamiflu

Agar bisa menculik Dewi Sinta, Mahapatih Marica bersiluman menjadi kijang emas, sementara Prabu Rahwana berubah menjadi pendeta tua. Usaha itu mereka lakukan untuk mengelabui dan mengecoh sistem penjagaan terhadap Dewi Sinta. Rahwana akhirnya berhasil mencuri Dewi Sinta. Demikian dikisahkan dalam cerita Ramayana.

Virus, yang merupakan parasit bagi makhluk hidup, juga senantiasa ”bersiluman” dengan cara bermutasi guna mengelabui sistem pertahanan sel inang. Cara ini memudahkan virus untuk memasuki sel dan membuat virus bisa luput dari serangan sel inang. Virus kemudian bisa berbiak di dalam sel inang dan bisa mengakibatkan kematian bagi organisme yang diinfeksi. Bukan hanya itu, dengan bermutasi, virus juga bisa menjadi kebal terhadap obat yang digunakan manusia untuk menumpas virus.

Salah satu virus yang berbahaya bagi manusia adalah virus influenza. Pada kurun lima tahun terakhir masyarakat dunia dihebohkan oleh penyebaran salah satu subtipe influenza A, yaitu H5N1 yang disebut flu burung. Virus ini dilaporkan telah membunuh 262 orang di seluruh dunia. Di Indonesia saja korbannya mencapai 115 orang.

Belum selesai menghadapi H5N1, kini masyarakat dunia dikejutkan oleh merebaknya infeksi dan penularan virus influenza A subtipe H1N1. Dalam waktu yang relatif singkat, virus ini telah membunuh lebih dari 400 orang di seluruh dunia. Dunia pun dinyatakan dalam keadaan pandemi influenza.

Di tengah kecemasan menghadapi pandemi, dilaporkan bahwa mulai ada virus influenza, baik H5N1 maupun H1N1, yang kebal terhadap Tamiflu. Padahal, Tamiflu dijadikan obat antivirus andalan untuk menangkal penyebaran H5N1 ataupun H1N1.

Hambat ”neuraminidase”

Oseltamivir, obat antivirus influenza yang dikenal dengan sebutan Tamiflu, bekerja dengan cara menghambat neuraminidase, yaitu protein enzim yang berada pada permukaan virus. Dalam menghambat neuraminidase, oseltamivir menempel pada sisi aktif enzim tersebut sehingga enzim neuraminidase menjadi tidak aktif. Neuraminidase berperan dalam melepaskan virus yang baru terbentuk sehingga virus baru ini bisa menyebar dan menginfeksi sel yang lain.

Virus yang baru terbentuk sebagai hasil perkembangbiakan di dalam sel awalnya masih menempel pada permukaan sel melalui residu asam sialat. Untuk melepaskan virus dari membran sel inang, neuraminidase memotong residu asam sialat tersebut. Jika aktivitas neuraminidase dihambat oleh oseltamivir, virus yang baru terbentuk tidak bisa lepas untuk menyebar sehingga perkembangbiakan virus bisa dihentikan.

Kondisi ini akan membantu sistem pertahanan tubuh untuk memenangi pertarungan melawan virus influenza yang tengah menyerang sehingga orang yang terinfeksi bisa sembuh.

Namun, jika oseltamivir gagal menghambat aktivitas neuraminidase, virus akan tetap berkembang biak dan bisa menyebar dari sel yang satu ke sel yang lain, walaupun penderita diberikan obat Tamiflu. Keadaan ini sangat berbahaya dan dapat mengancam nyawa penderita. Sebagai contoh, kasus kematian penderita akibat terinfeksi H5N1 yang kebal terhadap Tamiflu antara lain dilaporkan terjadi di Vietnam serta akibat infeksi H1N1 yang kebal Tamiflu dilaporkan terjadi di Belanda.

Mutasi gen ”neuraminidase”

Virus influenza bisa berubah menjadi kebal terhadap Tamiflu karena terjadi mutasi pada gen neuraminidase, yaitu gen penyandi protein neuraminidase. Mutasi adalah perubahan basa nukleotida pada molekul DNA atau gen, misalnya, perubahan basa sitosin (C) menjadi basa timin (T). Perubahan basa ini dapat mengakibatkan perubahan sandi genetik yang selanjutnya bisa mengubah residu asam amino dari protein yang disandi.

Gen neuraminidase berukuran 1.362 pasang basa dan menyandi protein neuraminidase, yang terdiri dari 454 residu asam amino. Mutasi C menjadi T pada basa nukleotida yang ke-763 mengubah residu asam amino yang ke-454 pada protein neuraminidase dari histidin menjadi tirosin.

Perubahan ini mengakibatkan tempat penempelan oseltamivir pada protein neuraminidase berubah sehingga oseltamivir tidak lagi bisa terikat pada neuraminidase (lihat Gambar). Akibatnya, aktivitas neuraminidase tidak bisa dihambat dan replikasi virus tidak bisa dihentikan oleh Tamiflu. Mutasi lain yang juga dilaporkan menimbulkan resistensi terhadap Tamiflu adalah mutasi yang mengubah residu asam amino ke-292 dari arginin menjadi lisin dan yang mengubah residu ke-294 dari asparagin menjadi serin.

Untuk mengantisipasi munculnya mutasi yang berbahaya pada virus influenza, sekuen atau urutan basa nukleotida DNA virus yang sedang berjangkit perlu dianalisis secara rutin. Perubahan gen neuraminidase perlu dipantau guna mengantisipasi berjangkitnya virus yang resisten terhadap Tamiflu. Selain itu, obat antivirus influenza alternatif juga perlu dikembangkan. Pengobatan menggunakan beberapa senyawa dengan cara kerja yang berbeda juga perlu dipertimbangkan.



Sumber: www.kompas.com

24 Oktober 2009

WHO: 5.000 Orang Tewas akibat Virus A-H1N1


KOMPAS.com — Hampir 5.000 orang dilaporkan tewas karena terinfeksi virus A-H1N1 atau swine flu sejak infeksi ini muncul tahun ini dan menyebar menjadi pandemi global. Demikian menurut laporan badan kesehatan dunia (WHO), Jumat (23/10) di Jenewa, Swis.

WHO menyebutkan, angka pasti jumlah korban tewas mungkin lebih tinggi dari laporan tersebut, mengingat banyak negara yang berhenti menghitung kasus infeksi swine flu. Negara yang melaporkan adanya korban tewas akibat virus tersebut untuk pertama kalinya adalah Iceland, Sudan, Trinidad, dan Tobago. 

Di London, Inggris, produsen vaksin GlaxoSmithKline PLC mengatakan, satu dosis vaksin sudah cukup untuk melindungi anak-anak dari penularan virus H1N1. Dalam keterangannya, Glaxo menyebutkan, satu dosis vaksin sudah cukup untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak untuk melawan virus. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan di Spanyol terhadap 200 anak berusia enam bulan hingga tiga tahun.

Pernyataan tersebut dikeluarkan untuk menyanggah pendapat para ahli yang mengatakan bahwa anak-anak memerlukan dua dosis vaksin karena sistem kekebalan tubuh mereka lebih lemah daripada orang dewasa.

Vaksin Pandemrix produksi GlaxoSmithKline mengandung adjuvant, senyawa kimia yang menguatkan bahan aktif vaksin dan meningkatkan respons sistem imun tubuh. Meski kebanyakan vaksin flu di Eropa pada umumnya mengandung adjuvant, tetapi belum banyak data yang membuktikan keamanannya pada kelompok anak-anak dan ibu hamil.

Adjuvant sendiri sudah digunakan oleh Glaxo dalam produk vaksin flu dan sudah dipakai oleh 41.000 orang dalam menghadapi penularan flu burung, swine flu, dan influenza biasa.


Alumni Farmasi ITB: Menkes Baru Harus Lebih Fresh

Ikatan Alumni Farmasi ITB berharap terpilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II mampu membuat trobosan baru dalam 5 tahun mendatang.

Demikian dikatakan ketua IAF ITB Ahmad Fuad Afdhal dalam releasenya kepada Berita8.com, "Diharapkan memberikan perbaikan dalam bidang kesehatan serta adanya inovasi dan terobosan baru pada bidang kesehatan," katanya.

Lanjutnya dikatakan, saat ini, Indonesia sangat membutuhkan Menteri Kesehatan yang jernih memahami bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam suatu negara lebih sebagai akumulasi hasil (outcome) keterpenuhan hak-hak dasar warganegara pada empat bidang dasar yaitu gizi , perumahan, sanitasi, dan pendidikan yang memadai ketimbang sekadar hasil dari ketersediaan pelayanan pengobatan di rumah sakit.

" Peran keterpenuhan keempat bidang di atas sangat besar dalam meningkatkan indikator-indikator kesehatan masyarakat penting seperti penurunan angka kematian dan peningkatan harapan hidup," tandas Ahmad.

Sebelumnya, Endang Rahayu Sedyaningsih adalah direktur di Center for Biomedical and Pharmaceutical Research & Programme Development National Institute of Health Research & Development-MOH (Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Depkes) sejak Februari 2007.(Bm/RR)


Sumber: berita8.com


Menkes: Namru Ditutup, IUC Jalan

Apa yang telah dirintis oleh Ibu Siti Fadila Supari, ternyata tidak diteruskan Oleh Menkes yang baru.... Salah satunya adalah hal yang di bawah ini.. Gimana ya kok jadi kayak gini sih.. Namru jilid Baru.. hehehehehe

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, laboratorium Amerika Serikat Naval Medical Research Unit-2 (Namru-2), yang merupakan kerja sama Indonesia-AS ditutup. Kerja sama ini diganti menjadi Indonesia-United States Center for Medical Research (IUC) yang fokus pada kemajuan teknologi di bidang biomedis. Rencananya, IUC mulai beroperasi pada Januari 2010, dan tidak akan melibatkan militer.

Menurut Endang, kerja sama biomedis yang dilakukan Indonesia-Amerika Serikat dapat berupa pengembangan alat diagnostik, identifikasi virus dan bakteri, serta lainnya. "Pendekatan kerja sama ini baru awal-awal. Nanti saya lihat lagi. Saya akan usahakan ini termasuk dalam program 100 hari," ujar Endang kepada para wartawan seusai mengikuti rapat perdana Kabinet Indonesia Bersatu II di Gedung Utama Sekretariat Negara, Jakarta.

Terkait program 100 hari, katanya, Departemen Kesehatan akan berusaha menyeimbangkan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Saat ini, peran rumah sakit sudah cukup kuat. Sementara itu, peran puskesmas dan posyandu akan ditingkatkan lagi, baik itu dalam hal sumber daya manusia, fasilitas, dan ketersediaan obat. "Selain itu, program jamkesmas akan diteruskan. Jika ada masalah, kita akan coba selesaikan," ujarnya.



Abaikan Siti Fadilah, SBY Dinilai Pentingkan Konglemerasi

JAKARTA--Tidak terpilihnya kembali mantan Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari disesalkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Indonesia Sehat.

"Kami menyesalkan Presiden SBY yang tidak mempertahankan menteri wanita seberani dan setangkas Siti Fadilah dalam kabinet barunya," ujar Koordinator Nasional Forum Indonesia Sehat, Wahyu Andre Maryono, Kamis (22/10).

Menurut Wahyu, jejak rekam Siti Fadillah di mata publik sebagai sosok kritis. Salah satu tindakannya adalah mengingatkan World Healthy Organization (WHO) dalam kasus pengembangan sampel virus H5N1 di dalam proyek Namru-2. Serta menolak upaya privatisasi rumah sakit pemerintah yang bertentangan dengan UUD 1945 dan UU No 23/1992 tentang Kesehatan.

23 Oktober 2009

Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Tempati Urutan Ke-6 Penyebab Utama Kematian

Yogyakarta - Dinkes. Penyakit paru seperti Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah terbesar pada kesehatan pernapasan. Bahkan saat ini, Indonesia masih menempati urutan ke 3 penyumbang kasus TB di dunia.

Demikian dikatakan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Dr.dr. Siti Fadilah Supari. Sp.JP(K) dalam sambutan tertulis yang dibacakan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Prof. dr. Candra Yoga Aditama. Spp(K).Mars, ketika membuka Pertemuan Ilmiah Khusus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) di Hotel Garuda, Yogyakarta, Kamis (23/4).


Selain Pertemuan Ilmiah Khusus, yang berlangsung hingga 25 April mendatang dan diikuti anggota PDPI dari seluruh Indonesia, diselenggarakan pula pameran.

Melansir data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Menkes menyebutkan, pada tahun 1990 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia. Dan pada tahun 2002 menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.


WHO juga menyebutkan setidaknya ada 5 penyakit paru sebagai penyebab utama kematian, yakni 17,4% dengan rincian infeksi paru mencapai 7,2%, PPOK 4,88%, ca paru 2,1% dan asma 0,3%. Sementara dari hasil Riskeda 2007 ujar Menkes, ancaman penyakit menular seperti TB, ISPA penurunannya sangat lamban, sementara di sisi lain ancaman penyakit tidak menular bertumbuh cepat, nahkan transisi epidemologi telah berlangsung seiring dengan transisi demografi.

Menurut Menkes, perubahan iklim yang bermanifestasi pada pemanasan global secara otomatis akan mempengaruhi perubahan lingkungan, agent, dan host yang akan berpengaruh pula terhadap derajat kesehatan manusia termasuk kesehatan paru.


“Kondisi ini tentunya perlu mendapat respon segera dari semua pihak sesuai perannya masing-masing termasuk organisasi profesi kesehatan,” tegas Menkes seraya berharap Pertemuan Ilmiah Khusus PDPI yang sangat strategis ini akan menghasilkan update konsep yang inovatif dan kesamaan persepsi terkait dengan isu kesehatan respiratory chronic dan respiratory diseases.


Sementara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui Sekda Ir. Tri Harjun Ismaji. MSc antara lain menyatakan bahwa angka penemuan penderita penyakit paru di DIY tahun 2003 mencapai 26,69%, tahun 2004 34,77%, tahun 2005 56,48%, dan tahun 2006 51,54%.


“Melihat tingginya angka penderita penyakit paru dari tahun ke tahun dan belum tercapainya target pengobatan, maka berbagai upaya untuk pemberantasan harus terus dilakukan dengan sungguh-sungguh penuh totalitas dan dedikasi yang tinggi,“ pintanya.


Diselenggarakannya pertemuan ilmiah ini Gubernur memberikan apresiasi positif, dengan harapan semoga nantinya akan terbangun komitmen yang kuat serta pemikiran stategis dalam menanggulangi penyakit paru yang diderita oleh masyarakat.


MER-C: Waspadai Namru Baru

Ada-ada aja ya, abis Namru-2, eehh sekarang muncul USAID Center for Biomedical and Public Health Research. Kaya nggak ada kerjaan lagi ya diriin lembaga penelitian baru tuh yang bebas dari segala kepentingannya USA kek... ini dia berita selengkapnya.....

JAKARTA, KOMPAS.com
— Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) mengkhawatirkan keberadaan kerja sama sipil-sipil antara Indonesia dengan pihak asing dalam bidang kesehatan yang dibangun Departemen Kesehatan Indonesia yang bernama USAID Center for Biomedical and Public Health Research. Kerja sama tersebut merupakan kelanjutan dari Naval Medical Research Unite (Namru) yang keberadaannya menjadi kontroversi.

"Menkes sebelumnya, Siti Fadhilah, sudah menutup Namru, tapi diteruskan dengan kerja sama sipil dengan sipil bisa jadi Namru yang baru," ujar Ketua Presidium Mer-C Jose Rizal Jurnalis di kantornya, Jumat (23/10).

Ia mengatakan, kerja sama tersebut berbahaya. Pasalnya, pihak-pihak yang ada di dalamnya dapat membawa virus keluar-masuk tanpa pemeriksaan. Hal tersebut memberikan kemungkinan untuk membuat jenis penyakit baru yang sulit disembuhkan.

Jose mengatakan, saat ini negara maju mengincar virus dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Virus menjadi lahan bisnis yang menjanjikan karena banyak uang yang dapat dihasilkan dari bisnis vaksin virus. "Jika sudah mempunyai virus, maka dapat dibuat vaksinnya. Vaksin tersebut dapat dijual dengan harga yang mahal. Dari virus yang ada, dapat dibuat jenis penyakit baru dan vaksinnya dijual lagi," papar Jose.

Oleh karena itu, kata dia, meskipun USAID Center for Biomedical and Public Health Research memiliki konteks kerja sama, masyarakat Indonesia harus tetap waspada. Akan jauh lebih baik jika lembaga swadaya masyarakat dapat membentuk lembaga khusus penelitian khusus agar sampel virus tidak bocor dan jatuh ke tangan yang salah. "Kalau bocor dan sudah direkayasa, maka akibatnya akan jauh dari awalnya," ucap dia.


PMI Bangun 2.000 Rumah Bambu Untuk Sumbar

Palang Merah Indonesia (PMI) berencana membangun sebanyak 2.000 rumah bambu sebagai tempat hunian sementara bagi korban gempa bumi di wilayah Provinsi Sumatra Barat.

Berdasarkan siaran pers dari PMI di Jakarta, Jumat (23/10), program rumah bambu tersebut merupakan target penting untuk direalisasikan mengingat terdapat ribuan warga yang saat ini hidup di tenda-tenda pengungsian.

Rumah bambu menjadi konsep unggulan PMI untuk program sementara para korban gempa. Contoh rumah bambu yang telah rampung terdapat di halaman kampus Universitas Bung Hatta di Kota Padang.

Koordinator Operasional Posko PMI Daerah Sumatra Barat Hidayatul Irwan memaparkan, 2.000 unit rumah bambu rencananya akan segera direalisasikan setelah penandatanganan kesepakatan kerjasama antara PMI dan pihak pemerintah daerah setempat pada Sabtu (24/10) mendatang.

Irwan juga memaparkan, terdapat tiga macam klasifikasi ukuran rumah bambu, yaitu 4x4 meter, 4x4,5 meter, dan 4x6 meter.

Setiap unit rumah bambu yang memiliki kapasitas lima orang itu diperkirakan membutuhkan anggaran biaya dari Rp2,5 juta hingga Rp3 juta.

Hunian sementara tersebut direncanakan akan dibangun di Kota Padang, Kota Pesisir Selatan, Kabupaten Pariaman, dan Kabupaten Agam.

Untuk tahap pertama, PMI merekomendasikan pembangunan dilakukan di Desa Tungkal Selatan yang mengalami kerusakan terparah dibandingkan dengan desa lainnya di daerah Pariaman Utara.

Terdapat 35 relawan PMI yang dikerahkan untuk terlibat pada tahap pertama proses pendirian rumah bambu.

Mereka berasal dari PMI Cabang Padang, PMI Cabang Padang Pariaman, PMI Cabang Agam, dan PMI Cabang Pesisir Selatan.(Zh/At)




Sumber: berita8.com


Siti Fadilah Titipkan Jamkesmas ke Menkes Baru


Jakarta,  (ANTARA) - Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari menitipkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang dia rintis sejak awal kepada Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.

"Saya titip Jamkesmas, jangan sampai masa transisi mengganggu kelancaran program ini," kata Siti saat memberikan sambutan pada acara serah terima jabatan Menkes di Departemen Kesehatan Jakarta, Kamis malam.


Ia menyilakan Menkes Kabinet Indonesia Bersatu II menanyakan berbagai hal menyangkut Jamkesmas kepadanya.

"Saya sediakan 24 jam kalau Bu Endang mau bertanya," kata mantan Menkes yang sejak tahun 2005 merintis pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin melalui Program Jamkesmas tersebut.

Dia juga meminta Endang tetap melanjutkan program-program pro rakyat yang sudah dirintis selama ia menjabat seperti Desa Siaga, Kemitraan Bidan dan Dukun, serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) untuk menurunkan kematian ibu.

"Tata hubungan luar negeri Departemen Kesehatan yang sudah tertata, khususnya dengan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), saya harap Endang melanjutkan dengan rasa nasionalisme tinggi," katanya.

Saat menjabat sebagai menteri kesehatan, Siti Fadilah memrotes mekanisme pertukaran virus Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sehingga organisasi tersebut kemudian merevisi kebijakan pertukaran virusnya. Hingga saat ini, pembahasan mekanisme pertukaran virus baru masih dibahas rinciannya.

"Pekerjaan rumah yang lain, kita sedang menyiapkan vaksin H5N1 dan H1N1 serta bahan baku obatnya. Tolong dilanjutkan," katanya.

Endang, sebagai menteri kesehatan yang baru, menyatakan akan melanjutkan program-program pro rakyat yang dianggap baik.

Semua program pro rakyat yang baik akan diteruskan. Yang belum lancar akan dicari dimana masalahnya dan diperbaiki, katanya.

"Saya mohon dukungan dari semua," kata Endang pada acara yang dihadiri pula oleh mantan Menteri Kesehatan Farid Anfasa Moeloek beserta sang isteri Nila Djuwita Anfasa Moeloek, yang sebelumnya termasuk kandidat calon menteri kesehatan.


22 Oktober 2009

JANGAN MELIHAT ABORSI DARI SISI MORAL SEMATA

JAKARTA- Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Musdah Mulia, meminta agar masyarakat jangan melihat aborsi dari sisi moralitas semata, namun juga dilihat dari segi hak individu akan system reproduksinya.
“Karena setiap orang memilki hak atas tubuhnya, termasuk hak atas rahimnya jika dia wanita,” katanya dalam acara peluncuran buku “Inkultruasi Islam : Menyemai Persaudaraan, Keadilan dan Emansipasi” , di Jkarta, Rabu (21/10).

Musdah berpendapat, aborsi terjadi karena dipicu oleh adanya kehamilan yang tidak diinginkan sehingga perlu ditelusuri lagi mengapa kehamilan yang tidak diinginkan itu dapat terjadi.
Musdah menyayangkan, anak-anak di Indonesia tidak diajarkan sejak dini mengenai bagaimana menjaga system reproduksi mereka dan hak-hak mereka akan system reproduksi tersebut. Mereka tidak diajarkan untuk membedakan mana belaian kasih saying dan mana belaian cabul.
“Akibatnya, ketika mereka beranjak dewasa, maka terjadi kehmilan yang tidak diinginkan yang memicu tindakan aborsi,” katanya menandaskan.

Ia kemudian memaparkan, tiap tahunnya terjadi kasus aborsi di Indonesia mencapai angka dua hingga 2,5 juta, atau 43 kasus aborsi tiap 100 kehamilan. Sebagian besar pelaku aborsi berusia antara 20-29 tahun, Aborsi juga tidak hanya dilakukan oleh remaja yang belum menikah, namun juga oleh wanita yang telah bersuami.

Musdah menampik jika dirinya dianggap sebagai orang yang mendukung terjadinya praktik aborsi di masyarakat. “Hanya saja, menurut saya seharusnya setiap orang berhak menentukan apa yang mau merelakukan terhadap tubuh mereka, termasuk menolak untuk disentuh,” katanya.

Selain itu, menurut wanita kelahiran Bone, Sulawesi selatan ini, masyarakat dianjurkan untuk mengajari anak-anak sejak dini untuk tidak membiarkan tubuhnya disentuh oleh orang lain jika bukan untuk masalah pembersihan. “Akan sangat baik jika anak mengerti masalah privacy atas dirinya,” kata Musdah.(din/ant/tb).



Sumber:
www.bkkbn.go.id

Pengungsi Sukamanah Kesulitan Air Bersih dan Terserang Penyakit

BANDUNG, KOMPAS.com - Nasib 4.174 pengungsi korban gempa Jawa Barat asal Desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, yang masih bertahan di tenda pengungsian masih belum jelas. Sementara realisasi bantuan dari pemerintah pusat untuk renovasi rumah mereka yang rusak akibat gempa tidak kunjung jelas, pengungsi kini harus menghadapi serangan penyakit dan kesulitan air bersih.

"Saya sudah tidak betah tinggal di tenda pengungsian. Kalau di siang hari rasanya panas dan kalau malam hari dingin sekali. Saya juga was-was setiap malam karena takut angin kencang merobohkan tenda," kata Deti (26), ibu rumah tangga yang sudah lebih 1,5 bulan ini tinggal bersama suami dan tiga anaknya di tenda pengungsian.

Berlama-lama tinggal di tenda pengungsian dirasa memberatkan pengungsi. Alasannya, kondisi lingkungan di tenda pengungsian juga kurang sehat. Banyak pengungsi anak-anak maupun dewasa yang terserang penyakit gatal-gatal dan diare. "Air di sini warnanya kekuningan. Anak saya berkali-kali mencret," ujar Deti. Lilis (39), pengungsi lainnya juga mengeluhkan anak lelakinya yang gatal-gatal selama mengungsi.

Air bersih di tempat pengungsian sering kali habis, sehingga warga harus mengambil air dari keran milik Perkebunan teh Malabar yang lokasinya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi pengungsian. Meskipun air berwarna dan tidak sehat, pengungsi terpaksa mengonsumsinya.

Bau tidak sedap di lokasi pengungsian juga amat mengganggu pengungsi. Bau itu bersumber dari selokan pembuangan air kotor yang dibuat di tepian masing-masing tenda pengungsi. Selokan itu menampung sisa air kotor pengungsi dari kegiatan memasak, bah kan mencuci pakaian.

"Banyak juga pengungsi yang seenaknya buang air kecil di selokan itu karena kondisi gelap dan toilet umum cukup jauh," kata Asep Rohman (31), pengungsi yang sehari-harinya bekerja sebagai petani sayuran.

Pengungsi juga mengeluhkan banyaknya nyamuk di tenda pengungsian akibat kubangan air kotor yang tidak mengalir dengan baik.




Jabar Kekurangan 1.063 Bidan Desa

Jakarta - Depkes. Jawa Barat masih kekurangan 1.063 bidan desa. Dari kebutuhan bidan desa sebanyak 5.868 orang, yang baru tersedia 4.805 orang.Untuk menutupi kekurangan tersebut, Pemerintah Provinsi Jabar akan segera menempatkan 400 bidan yang sedang menjalani pendidikan dan mengisi kekosongan di Desa.

Hal itu diungkapkan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di sela-sela saat pengarahan kepada para bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) yang akan ditempatkan di puskesmas desa dan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah), di Gedung Sate, Bandung, Selasa (20/10).
Sisa kekurangan, 663 bidan akan dituntaskan secara bertahap, di antaranya dengan memperpanjang penempatan bidan hasil rekruitmen tahun 2006 dan 2007 serta memperpanjang penempatan bidan PTT Pusat.
"Pemprop Jabar serius membangun sektor kesehatan. Khususnya peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Untuk itu, anggaran kesehatan tahun 2009 alokasinya mencapai 5 persen. Lebih tinggi dibanding alokasi tahun sebelumnya yang hanya 1,5 persen," tegas Heryawan

Menurut Heryawan, pembangunan sektor kesehatan Jawa Barat diarahkan pada pengembangan aspek preventif dan promotif, yakni dengan membudidayakan pola hidup bersih dan sehat.
Sejumlah fokus pembangunan kesehatan di Jabar antara lain, memperluas cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, memberantas penyakit menular, khususnya penyakit TBC, malaria dan HIV/AIDS. "Itu beberapa hal yang menjadi fokus pembangunan kesehatan," jelas Heryawan.


21 Oktober 2009

ADA PERBEDAAN ANTARA KB DAN KESEHATAN

Kepala Kantor Keluarga Berencana (KB) Jakarta Timur, Syrus Siregar, mengatakan, ada perbedaan antara keluarga berencana (KB) dengan kesehatan. Petugas KB, menurut Syrus, harus mencari akseptor meskipun calon akseptor diberi ongkos dan diberi obat dan pelayanan KB secara gratis, tetapi tetap tidak mudah menjaring akseptor. “Berbeda dengan kesehatan, orang akan mencari dokter, bahkan rela membayar dan membeli obat,” ungkapnya.

Di Jakarta Timur, katanya, untuk meningkatkan akseptor pihaknya melakukan sosialisasi ke tempat-tempat kumuh dan padat penduduk yang sebagian besar warganya tergolong kurang mampu. “Di tempat-tempat kumuh yang warganya kurang kurang mampu tidak memikirkan program KB. Di situlah kita member pemahaman pentingnya ikut KB,” paparnya.

Sementara itu, Kasubdit PSM Kantor KB Jaktim Herry Sudrajad, menejlaskan, menjadi akseptor KB, selain mendukung program pemerintah, juga dapat meningkatkan kesehatan ibu dan mengurangi risiko kematian ibu dan bayi. “Dengan mengatur jarak kelahiran anak maka kesehatan ibu dan anak akan lebih baik,” katanya.

Mengingat hal itu, Herry menyatakan pihaknya juga mensosialisasikan Program Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak (KHIBA) kepada para penyuluh KB tingkat kelurahan dan kecamatan, serta sejumlah wartawan.

Mengenai materi sosialisasi, Herry menyebutkan antara lain implementasi program KHIBA, yaitu perencanaan kehamilan yang aman dan sehat, serta membahas tentang perawatan ibu dan anak pasca melahirkan .(na/pel).



Sumber: www.bkkbn.go.id

PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SIAPKAN REFORMASI KESEHATAN

Jakarta - Depkes. Setelah melakukan reformasi pendidikan pada masa jabatan pertama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan reformasi kesehatan pada masa jabatan kedua nanti. “ Saya tengah menyusun reformasi kesehatan dalam buku cetak biru, termasuk dalam program 100 hari nanti akan melakukan banyak agenda bidang kesehatan ”, kata Presiden SBY ketika melantik 17 anggota Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) di Istana Negara Jakarta tanggal 3 September 2009.

Menurut Presiden SBY, periode lima tahun mendatang akan dilakukan reformasi kesehatan gelombang pertama yang meliputi penambahan anggaran kesehatan, kesejahteraan tenaga kesehatan yang bertugas di daerah sangat terpencil, pedalaman dan pulau-pulau terluar dan pembangunan rumah sakit kelas dunia harus dapat diwujudkan.

“ Lima tahun mendatang harus kita pastikan Indonesia memiliki world class hospital yang memungkinkan warga negara Indonesia tidak perlu sedikit-sedikit berobat ke luar negeri. Saya percaya layanan kesehatan di dalam negeri dan saya ingin makin berkembang, makin mapan, makin baik fasilitas dan prasarananya. Indonesia tidak kurang pakar di bidang kesehatan, kemampuan dan teknologi kedokteran yang dimiliki. Saya mengajak masyarakat untuk berobat dan melakukan chek-up kesehatan di dalam negeri sendiri“, ujar Presiden SBY.

Presiden selanjutnya menegaskan, dalam lima tahun mendatang Posyandu, Puskesmas dan rumah sakit juga harus diupayakan memiliki perlengkapan semestinya sehingga Saudara kita yang kurang beruntung dapat memperoleh pelayanan gratis melalui program Jamkesmas dan masyarakat yang dicover dengan jaminan kesehatan lain bisa mendapatkan pelayanan kesehatan lebih baik dan bermutu.

Menurut Presiden SBY, kesehatan merupakan hak dasar rakyat, karena itu kesehatan digunakan sebagai ukuran yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup manusia selain pendidikan dan pendapatan. Oleh karena itu Presiden minta anggota KKI yang akan bertugas sampai tahun 2014, agar kepercayaan rakyat diemban dengan melaksanakan tugas dengan baik untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Presiden juga mengharapkan kepada para dokter dan dokter gigi sebagai kaum professional harus memiliki dua kebutuhan mendasar, yaitu kompetensi dan etika profesionalisme, dua-duanya adalah kebutuhan kembar yang harus dimiliki seorang prefesional.

“ Lahirnya KKI untuk memastikan bahwa dua persyaratan yang harus dimiliki dokter dan dokter gigi dapat diwujudkan di negeri ini”, kata Presiden.

Presiden mengingatkan. meskipun lembaga ini berdasarkan UU bersifat otonom, mandiri, independent tetapi harus berada dalam sistem nasional atau aturan yang berlaku di Indonesia.

Anggota KKI periode 2009-2014 yang dilantik sebanyak 17 orang, yaitu : Dr. Yoga Yuniadi, dr, SpJP (K), Dr. Tri Erri Astoeti, drg, M.Kes (Asosiasi RS Pendidikan), Daryo Soemitro, dr, Sp.BS (K) ( Kolegium Kedokteran Indonesia ), Dr. Fachmi Idris, dr, M.Kes, Dr. Wawang Setiawan Sukarya, dr, SpOG (K), MARS, M.H.Kes ( Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia), Dr. H. Bambang S. Trenggono, drg, M.S wakil dari Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi Indonesia, Prof. Dr. Hardyanto Soebono, dr, Sp.KK (K) (Asosiasi Institusi Kedokteran Indonesia ), Azrial Azwar, drg, Sp.BM, I Putu Suprapta, drg, M.Sc (Persatuan Dokter Gigi Indonesia), Afi Savitri Sarsito, drg, Sp.PM ( Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia ), Sumaryono Rahardjo, S.E, MBA, Adriyati Rafly, Atika Walujani Moedjiono, Ir. M.P.H (Tokoh Masyarakat), Dr. Laksmi Dwiati, drg, M.M, M.H.A, Mohammad Toyibi, dr, Sp.JP (Departemen Kesehatan), Prof. Dr. Menaldi Rasmin, dr, Sp.P (K), Sri Angky Suekanto, drg, Ph.D (Departemen Pendidikan Nasional).


Hadir dalam pelantikan Ketua MPR RI Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua MPR RI, Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) dan beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu serta pejabat tinggi Negara lainnya.

KKI mempunyai fungsi, pengaturan, pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis dan mempunyai tugas : melakukan registrasi dokter dan dokter gigi, mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi, serta melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai fungsi masing-masing.

Dalam periode 2005 sampai Agustus 2009 telah diterbitkan Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi sebanyak 104.741 orang dengan rincian : dokter 66.743 orang, dokter spesialis : 18.757 orang, dokter gigi : 18.757 orang dan dokter gigi spesialis 1.431 orang.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes. go.id, atau kontak@puskom.depkes. go.id.


70 Juta Masyarakat Indonesia Masih BAB Sembarangan


Detik health.com : Jakarta, Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) yang benar ternyata masih belum banyak diterapkan masyarakat Indonesia, terutama mereka yang hidup di daerah terpencil. Departemen Kesehatan mencatat 70 juta orang di Indonesia masih punya kebiasaan BAB sembarangan.

Data terakhir yang dikeluarkan Depkes, hampir 30 persen masyarakat Indonesia yang berusia di atas 10 tahun masih suka BAB sembarangan. Bila dikonversi dengan jumlah penduduk Indonesia, maka ada sekitar 70 juta orang Indonesia yang punya kebiasaan jorok tersebut.

Padahal BAB sembarangan bisa mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit, terutama diare. "Sampai saat ini, diare menjadi pembunuh nomor satu balita. Sekitar 31,4 persen balita meninggal dunia karena diare," ujar Direktur Penyehatan Lingkungan Ditjen PP-PL Depkes Dr Wan Alkadri dalam acara seminar 'Cuci Tangan Dari Sudut Pandang Islam' yang digelar di Hotel Lumire, Jakarta, Senin (19/10/2009).

Seminar yang diadakan dalam rangkaian Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) itu menyoroti pentingnya menerapkan BAB yang sehat dan bersih dengan menggunakan sabun. Namun masalahnya, kebanyakan mereka yang BAB sembarangan tidak punya fasilitas sabun atau bahkan air bersih sekalipun.

"Boro-boro pakai sabun, air pun tidak ada. Jadi bagaimana mau menerapkan pola hidup bersih dan sehat?" ujar seorang peserta seminar yang menyayangkan kurangnya fasilitas air bersih di beberapa kawasan dan lingkungan kumuh di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Depkes pun rencananya akan menggalakkan program pemberantasan 70 juta penduduk Indonesia yang masih BAB sembarangan. Masyarakat Indonesia terutama yang berpendidikan rendah perlu diberi tahu bahwa kebiasaan tersebut bisa merugikan diri sendiri, keluarga serta warga lainnya.

Di sisi lain, kalangan ulama yang hadir pada acara tersebut mencoba mengkaji masalah ketidaktersediaan air bersih dari sudut pandang Islam.

"Dalam Islam disebutkan bila tidak ada air, bisa menggunakan batu atau tanah untuk menghilangkan hadas dan najis. Atau kalau tidak ada bisa pakai daun, kayu, atau kertas," ujar Dr. Isnawati Rais, MA, seorang pakar fiqih Islam dan juga dosen paska sarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Isnawati mengatakan bahwa keberadaan sabun saat ini memang sangat berguna. Namun jika tidak ada sabun pun, masih bisa menggunakan syarat dan ketentuan yang dibolehkan dalam ajaran Islam, seperti di zaman dahulu kala.

"Kalau tidak ada air untuk wudhu bisa tayamum pakai tanah atau debu, atau kalau mau cebok bisa pakai batu," ujarnya. Namun ketentuan itu justru berlawanan dengan pola hidup sehat karena tanah diketahui merupakan tempat berkembangnya cacing. Untuk menghindarinya, Isnawati menyarankan sebaiknya menggunakan tanah kering.

Sementara Malaysia saat ini sudah memproduksi sabun khusus untuk membersihkan najis Mughaladoh yang berasal dari air liur hewan yang diharamkan. "Hampir 90 persen sabun itu dibuat dari tanah liat dan 10 persennya air dan bahan lainnya," jelas Isnawati.

Dengan adanya sabun itu, menurut Isnawati, masyarakat bisa lebih praktis kalau terkena air liur hewan tidak halal karena tidak perlu repot-repot mencari tanah untuk membersihkannya.

Pola hidup sehat memang tidak bisa menjadi kebiasaan begitu saja. Perlu waktu lama untuk menerapkan kebiasaan sehat, salah satunya kebiasaan BAB dan cebok. Oleh sebab itu, Isnawati menganjurkan agar seorang anak dididik hidup bersih sejak masih bayi.

"Contohnya, kalau masih bayi bagusnya jangan sering-sering pakai pampers, karena anak jadi tidak mengenal dan diajarkan cebok. Sebaiknya pampers digunakan jika akan bepergian jauh saja," tutur Isnawati.

20 Oktober 2009

Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah Berbagai Penyakit

Jakarta - Depkes. Cuci tangan pakai sabun memang cara sehat paling sederhana. Tetapi sayang belum membudaya. Padalah bila dilakukan dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti diare, tipus, bahkan flu burung dan flu baru H1N1. Penyakit diare misalnya dapat diturunkan kasusnya sampai 40 persen hanya dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kalau digabung dengan kegiatan lain misalnya tidak buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya, pengelolaan air minum yang benar maka CTPS dapat mencegah diare sampai 80-90%. Berkaitan dengan peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, Depkes menyelenggarakan Seminar “Cuci Tangan Pakai Sabun dari Sudut Pandang Islam”.


Seminar dibuka Dirjen P2PL Depkes, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama dan diikuti 150 peserta dari Pimpinan Pusat Muhamadiyah, PP Pemuda Muhamadiyah, PP Nasyiatul Aisyiyah, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhamadiyah, Majelis KKM PP Muhamadiyah, Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Pengurus Besar Pusat Mahasiswa Islam Indonesia, LSM Air, Aman Tirta, Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), Sebagian Pejabat di lingkungan Dinas Kesehatan Jakarta, Bappenas, Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional, Dekan FK UI, Dekan FKM UI, Dekan FK Universitas Muhamadiyah, dan Tim CTPS Direktorat Penyehatan Lingkungan Depkes.

Tujuan seminar untuk menggali dasar-dasar pemikiran dan ajaran Islam terkait perilaku CTPS serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga mengatakan, para alim ulama, penceramah, ustadz/ustadzah, cendekiawan dan pemimpin agama Islam mempunyai peran yang sangat besar dalam menyampaikan pesan-pesan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) karena sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam. Selain itu CTPS juga sejalan dengan ajaran Islam yaitu kebersihan sebagian dari iman.

Dirjen P2PL mengharapkan seminar ini sebagai forum bagi para alim ulama dan ustadz/ustadzah, cendikiawan dan pimpinan agama Islam untuk membicarakan pentingnya CTPS sebagai upaya kesehatan preventif, sebagai pendorong dalam menciptakan advokasi di kalangan pemangku kepentingan dan masyarakat luas, serta penggalang komitmen para ulama dan pemimpin agama dalam berbagai kegiatan keagamaan.

Dalam seminar dibahas topik “Syiar Islam dalam Meningkatkan Perilaku Higiene Masyarakat“ oleh Dr. Masyhuri Amin, Dewan Pakar MUI, dan “Implementasi Perilaku Higiene di Lingkungan Masyarakat Islam dan Tantangannya” oleh Dr. Isnawati Rais, MA, Dosen Paska Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Pelaksanaan puncak acara HCTPS tahun 2009 dipusatkan di halaman kantor DPP Muhammadiyah Jakarta tanggal 15 Oktober 2009 dan serentak dilaksanakan juga oleh berbagai lembaga/instansi pemerintah, organisasi non pemerintah, organisasi/ lembaga internasional, perusahaan produsen sabun di berbagai daerah di Indonesia sebagai bentuk komitmen bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesehatan diri dan keluarga untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.

Pelaksanaan Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) tahun 2009 mengusung tema global ”Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah”, Indonesia memilih sub tema: CTPS kebiasaan yang Menyenangkan dan Menyelamatkan dan CTPS cegah pandemi influenza.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

KB GRATIS DI 44 PUSKESMAS KECAMATAN DKI JAKARTA

Sebanyak 44 Puskesmas di wilayah DKI Jakarta, mulai awal 2010, akan melayani masyarakat untuk program KB. Selain di 44 Puskesmas tersebut, pelayanan KB gratis juga akan dilaksanakan secara ‘jemput bola’ dengan menggunakan mobil pelayanan KB Keliling.

“Tahap awal pelayanan KB gratis akan dilaksanakan di 44 Puskesmas Kecamatan, 267 Puskesmas Kelurahan, dan 6 RSUD yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Seluruh warga yang membutuhkan pelayanan KB di Puskesmas akan dibayarkan retribusi dan jasa medisnya oleh pemerintah secara kapitasi,” papar Kbid Kesehatan Reproduksi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB (BPMPKB) DKI Jakarta, Hendry Novrival di Jakarta, Selasa (13/10).

Ia mengungkapkan, di tahun 2002 hingga 2007, terjadi penurunan angka pelayanan KB. Dari 100 persen PUS, hanya 62 persen PUS saja yang menjadi akseptor. “Sisanya belum ber-KB,” katanya.

Menurut Hendry, sosialisasi KB kepada masyarakat masih kurang. Selain itu dukungan anggaran juga menjadi kendala. Oleh karena itupihaknya selain mengandalkan petugas KB, juga menjalin kemitraan dengan masyarakat, termasuk menggandeng media massa guna menyampaikanpesan-pesan KB kepada masyarakat.

Sedangkan sosialisasi dan pelayanan KB hingga ke wilayah-wilayah padat penduduk yang banyak terdapat keluarga miskinnya, pihaknya berupaya menambah mobil unit pelayanan KB di setiap wilayah kota.

Pemprov DKI Jakarta saat ini telah memiliki dua unit mobil pelayanan KB yang dioperasikan secara bergiliran ke setiap wilayah setiap hari. “Di Jakarta tiada hari tanpa pelyanan KB. Nantinya setiap wilayah kota akan diberikan satu unit mobil,” ujar Hendry.

Meski Provinsi DKI Jakarta memiliki ‘total vertility rate’ (TFR/jumlah anak per perempuan) 2,1, namun pihaknya terus berupaya agar terjadi pertumbuhan seimbang di wilayahnya. Hal ini agar terwujud keluarga kecil bahagia sejahtera dan memutus rantai kemiskinan.(em/ pel).



Sumber: www.bkkbn.go.id

ICW Laporkan Nama Penghilang Kata Tembakau

UNDANG UNDANG KESEHATAN

ICW Laporkan Nama Penghilang Kata Tembakau

Gatra.com : Idonesian Corruption Watch (ICW) akan melaporkan sejumlah nama yang diindikasikan terlibat dalam penghilangan ayat tembakau, dalam Undang-Undang (UU) Kesehatan yang baru disahkan DPR.

Ada tiga nama yang kami kantongi, dari unsur legislatif dan eksekutif, yang terindikasi secara sengaja malakukan penghilangan ayat itu dan akan kami laporkan mulai Senin (19/10) ini," kata Kepala Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW, Ade Irawan, di Bandarlampung.

ICW akan melaporkan ketiga nama tersebut masing-masing kepada Badan Kehormatan DPR, Mabes Polri, dan Komisi Pemberantasan Korupsi, karena melihat adanya penghilangan secara bersama-sama oleh sejumlah pihak dengan konspirasi tertentu. "Motivasinya sudah jelas, yaitu uang, dan kami melihat penghilangan ayat tentang tembakau ini jelas mengarah kepada unsur kesengajaan," kata Ade.

Ade berharap, pemerintah dan lembaga terkait harus membongkar dan menyelesaikan penghilangan ayat tersebut melalui jalur hukum.

Jika itu tidak dilakukan akan menjadi preseden buruk bagi perkembangan demokrasi dan penegakan hukum ke depan. "Ini adalah sebuah konspirasi, siapapun tidak bisa seenaknya melakukan penghilangan ayat dalam undang-undang, karena itu harus diusut tuntas," kata Ade.

Sesuai tata tertib DPR, UU dinyatakan selesai setelah pembahasan tingkat dua atau paripurna pengesahan, sehingga tindakan perubahan, penambahan atau penghilangan pasal dan ayat di luar rapat paripurna merupakan tindakan ilegal.

Berdasar data yang terkumpul, hasil paripurna pasal 113 UU Tentang Kesehatan berisi tiga ayat, namun saat pengiriman kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk ditandatangani dan disahkan, ternyata pasal itu hanya berisi dua ayat. Dan ayat 2 yang ikut disahkan paripurna ternyata hilang.

Penghapusan tersebut dilakukan tidak cermat dan tidak diikuti penghapusan pasal demi pasal.

Sehingga, UU Kesehatan pasal 113 yang berisi dua ayat masih memiliki tiga ayat penjelasan, karena penjelasan dari ayat 2 masih tetap ada, dan tidak ikut dihapus.

Ayat yang dihapuskan itu berbunyi, "Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat, cairan, dan gas, yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan atau masyarakat sekelilingnya".